Erina yang baru saja menyesap kopi dari gelas ke empatnya seketika menatap seseorang yang tiba-tiba duduk di hadapannya dengan wajah tidak percaya.
'Kok dia bisa tau gue di sini, ahh pasti si babu Kian nih, emang dasar gacor.'
"Kamu marah sama saya?"
Gadis itu seketika memalingkan mukanya, "Gak kok."
Wildan mengangguk, "Ya udah ayok temani saya makan siang."
"Lo beneran belum makan siang? Gila, udah jam 2 gini."
"Kan saya nunggu kabar dari kamu,"
"Sorry,"
"Gak papa kalau kamu gak mau nemenin saya makan, yang penting saya udah ketemu sama kamu, jadi biarin saya ngomong."
Erina menatap Wildan dengan serba salah, 'Kenapa sih, kan gue malu.'
"Kamu ingat, kapan pertama kali kita ketemu?"
'Dua minggu lalu, di depan gedung Ilkom.'
"Satu bulan yang lalu, lebih tepatnya tiga puluh sembilan hari yang lalu, di perpustakaan."
'What? Gila udah selama itu, tapi kan kita pertama kali tabrakan ala sinetron itu dua minggu yang lalu, gue gak inget pernah ketemu Wildan tiga puluh sembilan hari yang lalu, buseh deh lengkap banget lagi, tiga puluh sembilan hari.'
"Itu satu minggu setelah saya jadi mahasiswa di sini, saya lihat seorang cewek yang keliatan stres banget sambil mantengin layar laptopnya, dia keliatan kesal tapi abis itu dia seperti mau nangis."
'Ohh, gue ingat. Itu waktu gue lagi ngerjain tugas yang deadline nya tinggal beberapa jam lagi. Jadi waktu itu ada Wildan, gila maluin banget lo Yerina.'
"Pertemuan kedua kita, kamu yang waktu itu lagi lari-lari gak sengaja nabrak saya, awalnya saya mau negur, tapi ketika saya tau itu kamu, nyali saya menciut gitu aja, jadi saya langsung pergi gitu aja, begitupun dengan pertemuan kita yang ketiga, lagi-lagi kita tabrakan di tempat yang sama."
"Saya ini bego banget, mau kenalan aja gak berani, sampai saya gak sengaja liat Ridho yang upload foto kamu, saya iseng tanya-tanya sama dia, dan akhirnya dapat akun Instagram kamu, tapi gak berani buat follow."
Erina hanya terdiam menyimak dengan mata yang sudah berkaca-kaca, entah mengapa mendengar Wildan bercerita seperti itu membuatnya senang, terharu dan tidak menyangka.
"Lalu pertemuan ke empat kita, lagi-lagi saya pengecut banget dan saya malah minta Ridho, Kian sama Bian buat cerita soal kamu. Mereka keliatan excited banget waktu itu, sampai saya pikir, mereka juga suka sama kamu."
"Perlu waktu satu bulan lebih buat saya memberanikan diri nyapa kamu, tapi kamu bilang, kita gak usah ketemu lagi. Jujur, saya gak bisa dan gak mau, saya mau kenal sama kamu lebih dekat lagi dan saya minta maaf kalau ada kata-kata saya yang kemarin bikin kamu gak suka."
Erina menggelengkan kepalanya membuat air mata haru yang sejak tadi di tahannya seketika tumpah.
"Rin, jangan nangis dong. Please, maafin saya."
Erina menghapus kasar air matanya, "Bahasa lo formal banget, bikin gue nangis."
Mendengar itu Wildan menghela napas, bisa-bisanya Erina malah bercanda di situasi seperti ini.
"Rin, jangan jauhin saya ya?"
"Kenapa sih lo gak paham, gue tuh malu... Ah elah, anjim banget emang mereka."
![](https://img.wattpad.com/cover/233271494-288-k908729.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅𝐋𝐎𝐖𝐄𝐑𝐒 (#𝟗𝟔𝐥𝐢𝐧𝐞)
Fanfiction🅁🄰🅂🄰 🄻🄾🄺🄰🄻 𝑴𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒂𝒕𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒕𝒆𝒓𝒋𝒆𝒃𝒂𝒌 𝒇𝒓𝒊𝒆𝒏𝒅𝒛𝒐𝒏𝒆, 𝑴𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒂𝒕𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒆𝒅𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒌𝒎𝒂𝒕𝒊 𝒎𝒂𝒔𝒂 𝒓𝒆𝒎𝒂𝒋𝒂. 🅅🄸🅂🅄🄰🄻 🄲🄻🄰🄸🄼 𝐘𝐞𝐫𝐢𝐧 𝐆𝐟𝐫𝐢𝐞𝐧𝐝 𝐉𝐨𝐲 𝐑...