「 Chapter 1 」

665 87 7
                                    

Memiliki kekasih posesif seperti Nakamoto Yuta lama-lama membuat Sicheng jengah. Ia bahkan harus menjaga jarak tiap kali berbincang dengan teman sesama prianya, karena—jika terlalu dekat, maka pria tampannya itu akan cemburu berat.

Dan malam ini, tepat pukul 10 malam, dimana seharusnya Sicheng telah terlelap. Tetapi ada satu hal yang mengganggu pikirannya; besok adalah jadwal keberangkatannya ke New York. Isi kepalanya terbayang bagaimana sedihnya wajah Yuta saat melepas kepergiannya nanti.

Waktu 2 minggu memang terasa singkat, namun tidak bagi Yuta. Baginya, 2 minggu serasa 2 tahun. Pria tampan itu memang tak bisa ditinggal jauh oleh Sicheng.

"Aishh! Kau membuatku tidak bisa tidur Nakamoto!" Gerutu Sicheng sembari mengacak rambutnya.

Tangannya mengambil ponsel canggihnya. Sicheng menghidupkan benda pipih tersebut; jarinya bergerak pada layar ponsel tersebut. Malam ini, ia akan melakukan video call bersama Yuta hingga 1 jam kedepan. Entah apa yang akan dibicarakan, yang terpenting kekasihnya itu puas melihat wajahnya sebelum ditinggal pergi ke New York.

Tinn! Tinn!

Bunyi klakson mobil membuat Sicheng tak jadi menghubungi Yuta. Ia tau—bunyi klakson itu berasal dari mobil kekasihnya. Selalu begitu tiap kali Yuta mampir ke rumahnya, pria itu selalu membunyikan klaksonnya berulang kali. Hal itu terkadang membuat Tuan Lee, tetangganya yang telah berusia senja, marah dengan kelakuan Yuta.

Langsung saja, Sicheng berjalan menuju pintu depan. 

Cklek

"Hai." Sapa Yuta dengan cengiran lebar di wajahnya. Sungguh, terlihat sangat menyebalkan. "Daripada bertatap muka melalui ponsel, lebih baik aku menginap saja di rumahmu malam ini." Tanpa Sicheng bertanya, Yuta sudah menjelaskan alasannya berkunjung di malam hari.

Sicheng mendengus. "Baiklah, masuk." Ucapnya ketus. Kemudian menutup pintu setelah Yuta memasuki rumahnya.

"Kau meminjam gitar lagi?" Tanya Sicheng saat matanya memandang tas gitar yang tergantung pada punggung Yuta.

"Tidak," Yuta duduk seraya menyenderkan tas gitarnya disamping sofa. "Aku baru saja membelinya tadi pagi."

Mata Sicheng berbinar. Dengan senyuman lebar ia duduk disamping Yuta. Oh, Sicheng sangat menantikan hal ini; melihat kekasihnya bermain gitar. Sesuai dengan janji Yuta tahun lalu, jika sudah pandai memainkan alat musik itu, maka ia akan membelinya.

"Bisakah kau bermain untukku?" Pinta Sicheng seraya menempelkan dagunya pada bahu Yuta.

"Tidak," tolak Yuta disertai tawa pelan. "Aku hanya membawanya kemari, bukan untuk memainkannya. Lagipula, aku belum terlalu pandai, jadi.. Jangan berharap jika aku akan mengabulkan permintaanmu."

Bibir Sicheng mengerucut. "Oh! Ayolah~" sicheng menggoyangkan lengan yuta berulang kali. "Sekali saja, ya?" Bujuknya dengan memasang puppy eyes.

Nah, jika sudah begini, apa boleh buat? Yuta sangat lemah dengan puppy eyes milik Sicheng. Ia tak bisa berbuat apa-apa, kecuali menuruti permintaan kekasih manisnya itu.

"Okee," yuta mengeluarkan gitarnya, lalu memangku benda tersebut. Ia mengarahkan jari kelingkingnya pada Sicheng, membuat pria manis itu mengernyit. "Promise me, that you won't laugh."

Sicheng terkekeh. Ia menautkan jari kelingkingnya dengan milik yuta. "Uhum, i won't."

Setelah melepaskan tautan jarinya, Yuta mulai memainkan gitar yang berada di pangkuannya. Sebelah tangannya memainkan senar, sedangkan yang satunya lagi menekan kunci dari gitar tersebut. Kemudian, terdengarlah alunan dari gitar yang ia mainkan.

"If i ever were to lose you.. I'd surely lose myself, everything i have found dear, I've not found by myself."

Senyum Sicheng mengembang. Ia sangat menikmati alunan gitar dan suara lembut milik Yuta. Matanya tak bisa berpaling dari wajah pria tampan itu.

"Try, and sometimes you'll succeed, To make this man of me.. All of my stolen missing parts, I've no need for anymore."

"I believe.. And i believe, cause i can see, our future days, days of you and me."

Bersamaan dengan itu, Yuta menatap Sicheng; dengan senyuman tipis yang terukir di bibir pria itu. Sebelah tangannya merangkul pundak Sicheng, lalu membawa kekasih manisnya itu untuk bersender pada bahunya.

Kecupan-kecupan kecil Yuta berikan di kening Sicheng. "Biarkan dulu seperti ini." Ucapnya pelan. "Aku ingin memelukmu hingga puas, sebelum besok kau tinggal pergi selama dua minggu."

Mata itu terlihat berkaca-kaca saat Sicheng menatapnya. Ditangkupnya pipi tirus itu, diusapnya dengan lembut. Setelahnya, Sicheng mendekatkan wajahnya dengan wajah Yuta, bibir cherry itu berulang kali mengecup bibir yuta. Membuat Yuta membalasnya tak kalah lembut.

Tak ada lumatan atau hisapan, hanya kecupan-kecupan kecil yang dilakukan oleh mereka berdua.

.

.

.

TBC

Jiaa emak bapak kita bntr lgi ldr-an guys :v

Dan di real life jg gtu kok :')

Promises •yuwin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang