「 Chapter 4 」

356 71 2
                                    

Hari-hari telah berlalu, dan selama Sicheng berada di New York, hubungannya dan Yuta sedikit canggung setelah pertengkaran malam itu. Bahkan, mereka berkomunikasi hanya melalui chat, itupun terkesan sangat singkat.

Sicheng menghela nafas. Ditatapnya layar ponsel yang memperlihatkan foto dirinya dan Yuta. Wajahnya menatap sendu benda pipih itu, ada rasa rindu yang menjalar di hatinya; rindu hubungannya dengan pria itu sebelum pertengkaran terjadi. Dimana semua masih baik-baik saja, tawa hangat selalu mengalun saat ia dan Yuta melakukan video call.

Jemari Sicheng akhirnya bergerak mencari nomor kekasihnya. Sicheng memutuskan untuk memberanikan diri menelpon Yuta lebih dulu sebelum nanti siang ia akan melakukan check out. Ya, ia harus menghubungi yuta dan berbicara lebih banyak lagi dengannya. Tak bisa dibayangkan jika dirinya sudah kembali nanti, hubungannya dengan pria itu pastinya semakin canggung.

"Halo?" Suara Yuta terdengar serak di seberang sana. Sepertinya pria itu baru saja bangun tidur.

Sicheng menghela sejenak, sebelum akhirnya ia menjawab, "Good morning my man.." Sapa Sicheng dengan suara pelan. Senyum tipis terukir di bibirnya, ya-walaupun Yuta tidak bisa melihatnya.

Yuta membalas sapaan itu dengan terkekeh. "Apa yang membuatmu menghubungiku di pagi ini hm?" Nada itu, Yuta mengucapkannya dengan santai. Seolah tak terjadi apa-apa dengan hubungannya dan sicheng.

"Aku.." Ucapan Sicheng terhenti sejenak, "Yuta, aku ingin minta maaf. Malam itu aku juga salah, tidak seharusnya aku membentakmu. Seharusnya-seharusnya aku menghubungimu kembali hari itu, mungkin jika aku melakukannya, pertengkaran itu tidak akan terjadi." Sicheng mengucapkan itu dengan terburu-buru, namun sepertinya Yuta tidak mempermasalahkannya.

"Lupakan sayang. Semua itu sudah berlalu, kau memaafkanku dan aku juga begitu. Tidak ada yang harus di permasalahkan lagi."

Itu benar. Di hari-hari sebelumnya Sicheng memang mengucapkan hal yang sama; meminta maaf. Yuta bahkan telah memaafkannya, tetapi kali ini, Sicheng mengatakannya lagi. Karena sebelumnya, permintaan maafnya terasa singkat.

"Dan terima kasih, karena telah menghubungiku terlebih dulu." Yuta terkekeh, kemudian melanjutkan ucapannya."Aku sangat senang.. Dan aku juga merindukanmu Sichengie. Aku tak sabar memelukmu saat kau kembali nanti."

Senyum lebar terukir di bibir Sicheng. Entah kenapa ia sangat senang mendengar kekasihnya itu mengoceh lagi.

"Aku juga merindukanmu.. Sangat merindukanmu! Aku ingin melakukan banyak hal denganmu saat kembali nanti." Ucap Sicheng bersemangat.

Kembali Yuta terkekeh di seberang sana, "aku menunggumu sayang. Sampai jumpa di bandara nanti."

Bukan senang hati Sicheng saat ini. Yuta akan menjemput kepulangannya. Oh tuhan, mungkinkah ia akan memeluk erat pria itu seraya menangis layaknya di film-film?

---

Jemari Sicheng tak henti-hentinya bergerak di layar ponselnya; ia tengah mengirim spam chat pada kekasihnya. Sicheng kesal, saat tiba tadi, tak satupun ia melihat keberadaan Yuta. Hingga terpaksa dirinya menelpon supir pribadinya untuk datang, beruntungnya sang supir masih terjaga dan segera menjemputnya.

Promises •yuwin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang