「 Chapter 3 」

347 65 1
                                    

Dering ponsel terdengar, Sicheng bergegas mengambil ponselnya yang terletak diatas meja. Tertera nama Yuta di layar ponselnya, kekasihnya itu ingin mengajaknya melakukan free call.

Menghela nafas, Sicheng menekan tombol reject. Pekerjaannya yang sebagai fotografer lah membuat Sicheng menolak panggilan tersebut. Karena sebentar lagi, ia akan memotret sesi pre wedding.

Belum ada semenit, ponselnya berbunyi lagi. Kali ini Sicheng berdecak, dibiarkannya benda pipih itu hingga panggilannya terputus. Setelahnya—Sicheng menekan tombol power off, agar tidak mengganggu kegiatannya selama memotret pasangan yang akan melakukan pre wedding mereka. 

Oh, astaga. Bisakah kekasihnya itu tidak menelpon dirinya sehari saja?

Sungguh! Sicheng mulai merasa terganggu dengan Yuta yang menghubunginya sebanyak 10x dalam sehari. 1 kali panggilan biasanya akan berlangsung selama 1 jam. Apakah Yuta tidak puas dengan hal itu? Kegiatan Sicheng menjadi sedikit terhambat akibat sifat posesif kekasihnya itu; selalu bertanya apakah dirinya berpaling atau tidak.

Benar-benar menyebalkan!

---

Malamnya, saat hendak tidur, Sicheng mendapat panggilan lagi dari Yuta setelah ia menghidupkan ponselnya yang seharian ini dalam mode power off. Setelah menyelesaikan tugasnya, Sicheng tak menghubungi Yuta kembali. Ia masih kesal dengan pria tampan itu. Itulah sebabnya mengapa Sicheng tak menghubungi kembali kekasihnya.

"Ya? Ada apa?" Wajah Sicheng terlihat datar. Dan suaranya pun terdengar malas saat ia bertanya.

"Kau kemana saja sayang? Aku merindukanmu, aku mencoba menghubungimu tapi selalu gagal. Ponselmu sepertinya dalam keadaan mati. Apa kau.. Kehabisan baterai atau—"

"Aku sibuk!"

Dengan cepat Sicheng memotong ucapan yuta di seberang sana. Sicheng benar-benar muak dengan sifat kekasihnya itu, dan juga, telinganya sakit mendengar ocehan Yuta yang terlalu panjang dan berlebihan. Seolah dirinya melakukan hal negatif disini, tetapi kenyataannya tidak—ia sibuk dengan pekerjaannya.

"Sesi pemotretannya selesai jam berapa?" Tidak ada permintaan maaf dari pemilik suara di seberang sana. Yuta malah menanyakan hal itu.

Sicheng memutar bola matanya malas. "Tadi siang." Jawabnya ketus.

Yuta tertawa di seberang sana, tertawa hambar tepatnya. "Haha.. Seharusnya kau menghubungiku kembali setelah kau selesai melakukan pemotretan Sicheng."  Ucapnya dengan suara lirih.

"AKU KESAL DENGANMU YUTA!" Bentak Sicheng, "kau selalu menelpon disaat yang tidak tepat! Kau selalu menelponku setiap saat. Aku merasa terganggu Yuta!" Nafas Sicheng terengah; menahan emosinya.

"Oke, oke.. Aku yang salah disini, maafkan aku. Kau benar, aku menganggumu. Maaf karena menelpon disaat kau tengah melakukan pekerjaanmu. Aku.. Akan menutup telponnya, kita lanjutkan besok pagi, selamat malam." Suara Yuta terdengar bergetar, setelah berucap seperti itu ia menutup sepihak panggilannya.

Sicheng melempar ponselnya sembarangan di sebelah ranjangnya. Ia merebahkan tubuhnya di ranjang empuk tersebut sembari menatap langit-langit kamar. Kenapa jadi seperti ini?

Ini bukan pertama kalinya dirinya dan Yuta bertengkar. Tetapi, kenapa pertengkaran kali ini membuat pikirannya tidak tenang? Untuk alasannya, Sicheng sendiri juga tidak tau. Ada kemungkinan karena merasa bersalah; seharusnya ia mengalahkan egonya dan menghubungi yuta. Tentu pertengkaran ini tidak akan terjadi.

Jika sudah begini, selanjutnya akan terasa canggung.

.

.

.

TBC

Silahkan tebak sendiri apa mereka baikan atau ngga :D

Oh ya, ff ini gak jdi ThreeShot ya guys :D

Promises •yuwin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang