Diary

18 9 2
                                    

Kalau dilihat lama- lama Zara cantik juga. Aku tersenyum tanpa alasan saat memandangi wajahnya. Ada sesuatu yang membuatku senang tapi ku tak tahu apa.
"Hey jangan melamun. Nih minum." Zara memberikan minuman Sprite padaku. Aku pun membuyarkan lamuanku tentangnya.
"Terima kasih ya."
"Oh ya, Arkan. Aku pulang ya. Udah sore nih. Dah..." Zara pun melenggang menjauh untuk pulang.
"Hey Zara!"
Dia menoleh ke arahku.
"Ya?"
"Nama lengkapmu siapa?"
"Zara Lateefa Khanza."

***

Aku mengambil buku di laci dan meraih sebatang pulpen untuk menulis.
This is my diary. Tertera disitu judul dengan huruf kapital MY GOALS. Aku pun membaca lalu menambahkan isinya.

MY GOALS
• Membagikan makanan pada anak- anak jalanan
• Membantu orang tua menyebrangi jalan
• Mengajari anak- anak yang putus sekolah
• Mengajari orang tua yang buta aksara untuk membaca
• Membangun rumah pohon di kebun jambu (hihihi)

Zara pun berpikir sejenak sambil membalik- balik buku diary-nya. "Hmm kurasa segini dulu deh. Kalo ga tercapai aku takut kecewa."

Aku mensengar suara ketukan pintu dari luar. Ternyata mama.
"Zara... keluar nak!" Panggil mamaku.
"Iya ma. Ada apa?" Aku pun membuka pintu lalu menyusul langkah mamaku. Dan langkah kami terhenti di ruang tamu.
"Kamu besok mulai masuk di SMA Pelita Bangsa ya."
Aku menarik napas panjang dan berusaha rileks sejenak.
"Yaa apa boleh buat ma. Iya Zara akan sekolah disana."
Mama mengusap rambutku dan kemudian kembali ke kamarnya lagi.
Kalau boleh jujur, aku tak suka bersekolah di sekolah itu. Itu sekolah elit. Aku lebih suka sekolah di sekolah biasa supaya 'GOALS'ku tercapai semua. Tapi mau gimana lagi kalau mama udah mengurus surat pindahnya ke sekolah itu?

Aku merebahkan diri di sofa dan mengambil remote tv di atas meja. Lalu ku tekan tombol on dan tv pun menyala. Setelah menemukan siaran tv yang bagus, aku berlari kecil ke dapur untuk mencari teman menontonku. Apalagi kalau bukan cemilan dan ice cream. Aku suka ice cream. Baru saja aku mendaratkan pantatku ke sofa lagi, seseorang menekan bel rumah dengan tak sabaran. Aku pun dengan malasnya bangun untuk membuka pintu.
"Yaaa sebentar... siapa sih malam- malam gini?"

Galaxy on your eyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang