4. Fakta yang Salah

5.3K 779 21
                                    

"Kayaknya, lo bakal jadi target selanjutnya" ucap sebuah suara dari arah samping Mita.

Gadis itu menghentikan langkahnya, lalu matanya melirik ke arah seorang perempuan yang berdiri tidak jauh darinya.

Mita masih diam.

Perempuan itu melangkah mendekatinya, lalu menyeringai. "Selamat!!! Lo udah berhasil buat Nick penasaran" ucapnya sambil menolehkan kepalanya ke arah lapangan.

"Nick?" Mita menaikan salah satu alisnya.

Mengangguk, perempuan itu menunjuk ke arah Nick, yang sudah kembali bermain basket, namun matanya sesekali melirik ke arah Mita..

"Nick si playboy sekolah kita" gumamnya. "Btw, kenalin gue Anya. Salah satu mantan Nick juga" ucapnya memperkenalkan diri dengan ramah.

"Mita" jawab Mita membalas perkenalan Anya.

"Nama dan wajah yang tak asing" gumam Anya sambil menatap dalam wajah Mita.

Dan bukannya merasa terganggu dengan fakta itu, Mita hanya mengucap "trimakasih" sambil tersenyum.

"Kok lo bilang terimakasih?" Anya mengerutkan keningnya.

"Ya karna berati gue benar-benar manusia ciptaan Tuhan. Bukannya kita punya 7 wajah yang mirip di bumi ini?" Ucap Mita santai, lalu kembali berjalan menuju ruang kepala sekolah.

Baru awal saja, Mita sudah menarik perhatian banyak orang. Apakabar mengenai kedamaian dirinya nanti.

Bagaimana nantinya jika bukan cuma satu orang saja yang menyadari kemiripan Mita?

Mita yang masa lalu adalah jenis gadis dingin yang sombong. Itu menurup pandangan orang-orang.

Apakah Mita harus merubah imagenya, agar tidak terlihat seperti Mita pada masa lalu?
Yaitu dengan cara berpura-pura menjadi gadis ceria yang ramah. Haruskah Mita melakukan seperti itu?

Menghela nafas berat, Mita menundukkan kepalanya. Ada beban berat di punggungnya. Dan ia sudah bisa membayangkan kehidupan sekolahnya nantinya.

^^^

Bel masuk sekolah sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu, membuat para siswa dan siswi berlarian dengan terburu-buru menuju kelasnya.

Namun hal itu sepertinya tidak berlaku untuk Nick dan komplotannya. Ke tujuh orang itu masih terlihat santai di pinggir lapangan, dengan seragam yang sudah terbuka kancingnya.

Wajah mereka penuh keringat, serta beberapa dari mereka, rambutnya bahkan sudah basah oleh keringat. Contoh salah satunya Nick.

Gray, salah satu teman Nick terlihat sibuk dengan panggilan telpnya. Entah apa yang sedang di bicarakan oleh temannya itu.

Setelah selesai dengan panggilannya, Gray kembali berjalan menuju Nick. Wajah Gray terlihat bad mood, entah apa yang mempengaruhinya.

"Kenapa lo?" Tanya Nick bingung. Pasalnya, di saat mereka selesai bermain tadi, Gray tampak biasa-biasa saja. Namun hanya karna panggilan telp seseorang, Gray seketika langsung bad mood.

"Biasa, adek gue ngulah" jawabnya singkat.

Ting ting

Suara klekson motor membuat mereka semua serentak mengalihkan tatapannya ke gerbang sekolah. Di seberang gerbang, ada beberapa orang dengan motor sportnya parkir.

Gray kembali bangkit berdiri. Ia sedikit berlari menuju gerbang. Berbincang sebentar, lalu salah satu orang itu memberikan sesuatu kepada Gray sebelum pergi dari gerbang sekolah mereka.

Gray kembali berjalan menuju Nick, dengan beberapa kunci di tangannya.

"Siapa itu?" Tanya Nick. Pasalnya, ia sedikit sensitif dengan orang-orang rombongan seperti itu. Karna di kepalanya hanya di penuhi dengan perkelahian dan tawuran. Sehingga, rasa was-was selalu muncul jika sudah bertemu dengan rombongan siswa-siswa seperti itu. 

"Kembaran gue, si Mark" jawab Gray kesal.

"Dia ngapain? Pake bawa rombongan segala" tanya Nick penasaran.

Gray menggoyang-goyangkan kunci yang berada di tangannya. "Ngasih gue kunci rumah. Katanya dia mau nginap di rumah gadisnya" jawab Gray yang masih kesal.

"Dan yang tadi, itu gengnya. Ya kayak kita-kita." Lanjutnya.

"Lo punya kembaran? Kenapa enggak sekolah di tempat yang sama?" Tanya Nick menjadi penasaran. Ia baru mengenal Gray kurang dari setahun. Temannya ini merupakan pindahan dari luar negeri. Jelas fakta yang ia dengar baru saja membuatnya terkejut.

"Dia anak SMK. Sengaja ambil SMK karna nungguin gadisnya. Dengar-dengar sih, perempuan yang gue maksud ini, seperti piala bergilir. Mereka berlima, sudah pernah pakai nih cewek. Gue sih enggak ngerti, apalagi yang di lihat dari barang bekas begitu. Tapi intinya gue enggak suka, karna jelas cewek itu buat pergaulan adek gue jadi enggak sehat" ucap Gray melampiaskan kekesalannya.

Info yang di ucap Gray jelas membuat Nick juga merasa ikutan jijik. Membayangkan memakai satu perempuan dan berbagai dengan banyak laki-laki, membuatnya seketika jijik dengan perempuan itu, walau sebenarnya ia tidak mengenalnya secara langsung.

"Lo jauhin lah! Cewek mana sih? Perlu gue kasih pelajaran?" Tanya Nick, yang memang terkenal tidak punya ampun kepada siapapun, tak terkecuali seorang perempuan.

"Gue masih cari tau ceweknya yang mana. Gue dengar-dengar sih, beberapa tahun cewek itu pergi tiba-tiba, enggak tau karna apa. Tapi kemarin katanya udah balik, dan mempersilahkan mereka semua buat main ke tempatnya" ucap Gray merinding. "Sumpah, nih cewek murahan banget" decak Gray kesal.

Nick jadi tidak habis pikir. Walau ia sering bertemu dengan perempuan-perempuan yang selalu memujanya, tapi ia tidak pernah bertemu dengan perempuan seperti yang di ucapkan oleh Gray.

Bukankah terlihat sekali murahannya gadis itu. Atau, apakah gadis itu sama sekali tidak menyadari, bahwa sebenarnya ia sedang di manfaatkan oleh sekawanan laki-laki?

Memikirkan itu saja jelas langsung membuat Nick bergidik jijik.

Di tempat lain, Mita merasakan telinganya gatal, seperti ada yang sedang membicarakannya. Tapi siapa?

"Nak, perkenalkan dirimu!!" Ucap guru wali kelasnya ke dua kali.

Mita tersenyum minta maaf, lalu mulai memperkanalkan diri.

Seperti di katakan di awal, Mita harus memulai ajaran baru dari awal. Sehingga gadis itu sekarang memasuki kelas sepuluh SMA, tidak seperti teman seperjuangannya, yang saat ini sudah memasuki kelas sebelas.

Mita menatap seluruh teman-temannya, berusaha menilai semua karakter mereka.

Setahun berada di rumah penyembuhan, membuat Mita bisa mempelajari segala sifat orang yang berbeda-beda.

Dan melihat banyaknya tampang sinis di kelasnya, membuat Mita yakin, bahwa kehidupan sekolahnya tidak akan sedamai yang di pikirannya.

Tbc

Bad Guy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang