5. Rencana Terselubung

5K 759 26
                                    

Bel tanda masuk ke dalam kelas baru saja berbunyi. Namun tampaknya Mita tidak berniat pergi dari tempatnya saat ini.

Pemandangan lingkungan sekolah terlihat jelas dari atas sini. Mita merasa nyaman melihat ketinggiannya.

Jika mengingat masa lalu, Mita bisa menghitung sudah berapa kali ia berniat bunuh diri dengan melompakan diri. Namun kenyataan bahwa mamanya membutuhkan seseorang, selalu mengalihkannya agar tidak jadi bunuh diri.

Dan sekarang, dia menjadi orang yang berbeda. Orang yang memiliki kejiwaan yang sudah terobati oleh orang-orang yang benar-benar menunjukkan apa itu kasih sayang dan apa itu keluarga.

Mita tersenyum memikirkan wajah kakak iparnya, yang menerimanya saat sedang kacau dengan tangan terbuka. Kakak iparnya bahkan dengan telatan mengobatinya dengan sabar.

Menghembuskan nafas berat, Mita harus banyak beryukur karna telah berada di posisi ini. Posisi yang ia inginkan selama ini.

"Anak baru!!!" Panggil seseorang dari belakang.

Menolehkan kepalanya, Mita melihat orang itu dengan kening mengerut. Bukankah dia adalah laki-laki yang bermain basket tadi?

"Nama lo siapa?" Tanyanya sambil mengulum senyum menggoda.

Mita semakin mengernyitkan keningnya, bingung dengan sifat orang yang berada di depannya ini. Bukankah orang yang berada di depannya ini terlihat seperti sedang memaksakan diri dengan ramah?

Berbaur dengan dokter dan psikolog selama setahun ini membuat Mita menjadi sering memperhatikan dan menilai seseorang lewat mata psikolog. Seperti yang saat ini ia lakukan.

"Tau gak, senyum lo sekarang udah kayak joker?" Tanya Mita polos.

Dan saat pertanyaan itu selesai di lontarkan, raut wajah Nick langsung berubah seketika menjadi dingin. Laki-laki itu bahkan menatap Mita dengan tajam.

Tersenyum singkat, Mita mendudukan tubuhnya tepat di dinding perbatasan. Jika ia bergerak sedikit saja, Nick yakin bahwa gadis yang di depannya ini akan terjungkal ke bawah, dan dia menjadi seorang tersangka pembunuh. Bukankah itu luar biasa? Kapan lagi dia bisa menjadi tersangka pembunuhan.

"Tenang aja!!! Gue juga jatuh enggak sampai mati." Ucap Mita tenang saat kembali mencoba menilai ekspresi Nick. Gadis itu bahkan melirik ke bawah dengan santai, seakan menilai ketinggian gedung tempatnya berada saat ini.

"Seenggaknya, gue enggak sampai koma, jadi masih bisa bilang kalau lo bukan tersangkanya" lanjut gadis itu yang kini sudah menatap Nick dengan senyum manisnya tersungging di bibir gadis itu.

"So, jadi ada urusan apa sampai jagoan sekolah ini datang ke atap?" Tanyanya kembali pusat awal pertemuan mereka.

Nick terlihat menatap gadis itu sama tajamnya. Ia terlihat sedang berpikir dan menimang-nimang, apakah ia memang harus mengutarakan permintaannya atau tidak.

Dari tempatnya berdiri, Nick bisa melihat bagaimana tatapan si anak baru yang terlihat menangtangnya. Bahkan gadis itu menyeringai saat ini, terlihat sama sekali tidak teritimidasi dengannya. Bukankah semua orang mengenal siapa dia? Kenapa gadis yang di depannya ini sama sekali tidak terlihat takut?

"Lo harus jadi pacar gue sekarang?" Ucap Nick datar. Tidak memperlihatkan bahwa sebenarnya ia sedang gugup. "Karna, kalau lo menolak, jangan salahin gue hidup lo enggak akan aman di sini" lanjutnya.

Namun, bukannya terkejut, Mita malah tersenyum miring. "Owww romantisnyaaa" ucap Mita seperti mengejek."Bukankah ini pengakuan cinta yang paling romantis menurut lo?" Lanjut gadis itu.

"Anggap aja begitu" jawab Nick santai, namun matanya masih menatap tajam Mita.

"Kenapa lo tiba-tiba datang dan minta gue jadi pacar lo? Padahal lo belum kenal gue siapa?" Tanyanya sambil menaikan salah satu alisnya.

"Karna gue harus mencicipi semua perempuan yang ada di sini" jawab Nick santai.

Seringai yang masih tersungging di bibir gadis itu seketika lenyap saat mendengar alasab Nick. Entah kenapa, sifat egois Nick seperti ini membuat Mita teringat dengan mamanya.

"Murahan" gumam Mita tajam, lalu kembali menyeringai. "Kalau begitu okey" jawab gadis itu yang bangkit bediri. "Tapi dengan satu syarat,,," lanjutnya.

"Apa?" Tanya Nick penasaran.

"Biarkan kisah pacaran ini terlihat seperti hubungan pada umumnya. Lo harus terlihat cinta ke gue, harus perioritaskan gue, sehingga semua orang tau kalau kita berdua pacaran" ucap Mita.

Laki-laki itu mengernyitkan keningnya. Persyaratan yang di lontarkan Mita jelas terlihat berlebihan. "Enggak!! Lo siapa yang bisa ngatur-ngatur gue?" Tanyanya tajam.

"Kalau gitu perjanjian batal" jawab Mita santai, lalu terkekeh.

"Sepertinya, pembicaraan kita sudah selesai. Bye!!!" Pamit gadis itu yang berjalan berlalu dari hadapan Nick.

Namun Nick mencegat kepergian gadis itu. Ia menarik lengan Mita, hingga membuat mereka kini saling berhadapan.

"Lo belum kenal gue ternyata" Nick menyeringai. Wajah laki-laki itu mendekat ke arah wajah Mita. "Gue bukan laki-laki dengan tipe yang tegaan ke cewek. Sekarang juga, gue bahkan bisa meremukkan tulang lo" ucapnya dingin.

Mita tidak menjawab. Ia hanya menatap Nick dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Kalau lo enggak mau jadi cewek gue, saat ini juga kehidupan aman lo lenyap" ancamnya.

Gadis itu menggeleng. Mata abu-abu miliknya terlihat mengkilat, saat menatap kembali Nick. Dengan salah satu tangannya yang bebas, Mita ikut mengcengkram tangan milik Nick.

"Lo enggak terima syarat gue, maka perjanjian batal. Gue enggak peduli sama kehidupan sekolah gue, karna gue pernah berada di titik terendah. Mengulang itu semua, enggak masalah di gue. Tapi siapa yang bisa menyangka, bahwa ego seorang jagoan sekolah terluka karna di tolak?" Ucap gadis itu tersenyum.

"Sialann lo!!!"kesal Nick menghantam dinding yang berada di belakang mereka. "Siapa lo sebenarnya?" Tanyanya.

"Perempuan cantik yang berhasil menarik perhatian seorang jagoan sekolah" ucap Mita percaya diri.

"Sialaan!!!" Nick kembali mengumpat kesal. Laki-laki itu bahkan sampai menendang dinding untuk melampiaskan kekesalannya.

Laki-laki seperti Nick ini sebenarnya harus di kasih sedikit pelajaran. Apalagi mengenai pengendalian emosi.

"Okey okey, lo menang. Puas lo!!!" Lampiaskannya menatap Mita dengan tajam. "Mulai sekarang lo cewek gue. Dan ntar bel istirahat, gue tunggu lo di kantin" ucapnya yang langsung pergi meninggalkan Mita sendirian di atap. Nick tidak bisa menjamin dirinya sendiri, bahwa jika dua menit saja ia bertahan dk sana, leher gadis itu akan tetap utuh atau tidak.

Setelah kepergian Nick, barulah Mita menghembuskan nafas legah. Gadis itu bahkan mengibas-ibaskan tangannya untuk melampiaskan kegugupan yang ia tahan sedari tadi.

"Ya ampun!!!" Mita bersuara tidak percaya. Matanya mrngerjab, lalu bibrinya perlahan terkekeh.

"Mau ngasih pelajaran anak orang aja sampai buat gue mau mati berdiri" keluhnya pelan, sambil menatap waspada pintu. Takut-takut Nick muncul, dan ia belum siap menunjukkan wajah dinginnya.

Setelah mendengar pernyataan teman barunya yang juga ternyata mantan pacar Nick, Mita menjadi terobsesi membuat laki-laki itu merasakan patah hati yang sebenarnya.

Walau Nick di sini yang lebih dominant, tapi Mita akan berusaha mengendalikan keadaan. Setidaknya dengan bermain-main seperti ini bisa membuat kehidupan sekolahnya tidak tampak membosankan.

Ia harap begitu, dan ini menjadi keputusan yang tepat.

Tbc

Bad Guy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang