Hiding My Heart

639 84 32
                                    

𝙃𝙮𝙪𝙠𝙟𝙖𝙚 𝙋𝙊𝙑

Aku sedang sakit, beberapa bulan terakhir aku harus bolak-balik ke rumah sakit untuk memeriksa apakah kondisi jiwaku sudah membaik atau masih sama saja.
Meminum beberapa obat untuk meredakan rasa sakit di jantungku—rasanya seperti di remas hingga sulit berdenyut, sakit sekali.

Beberapa bulan yg lalu, aku dan kekasihku memutuskan untuk berpisah. Setelah perdebatan hebat yg membuat kami sepakat untuk berakhir.Aku percaya bahwa keputusan kami benar-benar karena kami memang sudah tidak bisa bersatu.

Rasanya baik-baik saja ketika hari-hari berlalu. Ku rasa, dengan menepikannya dari pikiranku akan membuat semuanya baik-baik saja.

Nahas, beberapa hari setelah kami putus, aku menemukan mantan kekasihku sudah memiliki kekasih baru. Seluruh tubuhku terasa hancur saat itu, kami menjalin hubungan tidak sebentar—3 tahun. Dan dalam beberapa hari ia menggantiku dengan orang lain.

Mana mungkin aku siap dengan kondisi ini? Mana mungkin aku berfikir dia sanggup menukarku hanya dalam hitungan hari? Aku tidak siap, aku terguncang—pastinya. Aku baru menyadari ternyata aku masih begitu mencintainya ketika melihatnya bersama orang lain. Ternyata, menepikannya dari ingatanku hanya caraku membohongi diri sendiri.

Tidak, sama sekali aku belum merelakannya.

Berhari-hari meringkuk di tempat tidur, menangis sendirian, tidak mau makan, bahkan berfikir untuk mati saja. Bodoh kah? Tentu, aku bodoh. Tapi rasanya memang seperti itu, aku tidak mengada-ada.

Aku tidak bisa menjelaskan rasa itu secara rinci namun didalamnya terdapat cemas, takut, sedih, sakit, dan marah. Menyadari bahwa kondisiku sangat buruk, aku tak mau membiarkan diriku larut. Aku memutuskan untuk pergi ke psikiater.

Benar saja, aku didiagnosa ini dan itu. Menyedihkan.

Sebenarnya, dokter sudah melarangku untuk mengemudi selama kondisiku belum stabil. Namun aku tidak menurutinya, dia pikir aku sudi menyusahkan orang-orang disekitarku karena aku sakit jiwa? Tidak mungkin.

Aku tidak ingin orang-orang terdekatku tahu bahwa aku mengalami ini, jadi aku bolak-balik ke rumah sakit sendirian. Dan tentu saja ini sangat berbahaya. Hehehe.

𝗣𝗥𝗔𝗔𝗔𝗞𝗞𝗞𝗞 ❗ "Ahh..."

Aku terperanjat, terkejut menyadari aku baru saja menabrak seseorang. Astaga, aku barusan melamun, melanggar lampu lalu lintas dan menabrak seseorang. Aku panik bukan kepalang. Memeriksa orang yg baru saja ku tabrak, apa dia mati?

Oh.. Ia hanya pingsan.

🍁

"Kau sudah bangun?" ujarku cemas. Pertanyaan retoris memang, tapi apa lagi? Itu satu-satunya kalimat yg hadir dikepalaku ketika pria ini mengerjapkan matanya.

Ia menatapku tajam, "Siapa kau? Oh, kau yg menabrakku tadi?"

"Maafkan aku" jawabku sambil menunduk.

"Ini dimana?" matanya mengedar ke seluruh ruangan.

"Dirumahku, kau bisa istirahat disini untuk sementara"

"Sialan, gara-gara ini aku tidak bisa hadir di pertemuan penting! Menyusahkan saja, bagaimana bisa kau menabrakku padahal jelas-jelas lampu merah?! Kau bodoh atau gila?" ujarnya membentakku.

"Ya, aku gila. Maaf."

Ia terdiam, "Ah sudahlah, aku harus pergi."

"Tidak! Kau masih perlu dirawat, lukamu cukup serius"

Ia berdecih, "Aku tidak punya waktu untuk sakit, aku punya banyak pekerjaan"

"Kau bekerja di LabelSM bukan? Maaf, tadi aku memeriksa kartu nama-mu, tenang saja, aku punya kenalan petinggi disana, aku sudah meminta izin untuk istirahatmu."

Hiding My Heart [One Shoot]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang