Di pagi yang cerah di hari Senin ini, jalanan sudah dipenuhi banyak kendaraan bermotor. Biasa, Senin adalah hari yang sibuk untuk semua orang. Lihat saja jalanan kota ini sekarang, banyak motor yang berusaha mencari celah untuk menyalip mobil-mobil yang ada di depannya. Tak terkecuali untuk Kim Yoo Jung, gadis itu terlihat berlari menuju halte yang penuh dengan manusia hendak menunggu bus. Setelah sampai di halte, dengan napas sedikit tersengal dan harus berdesakan, ia mengecek jam di handphone. Pukul 06.15.
"Shit, kurang 45 menit lagi," umpat Yoo Jung dalam hati.
Gadis itu melirik ke sekelilingnya. Sepertinya, bukan hanya dia yang mengumpat, karena sebagian besar orang di halte itu juga mendengus pelan dan sesekali melirik jam tangan.
Setelah lewat 15 menit, akhirnya bus putih berukuran besar yang sudah ditunggu-tunggu itu pun mulai nampak dan segera orang-orang berebut masuk begitu bus sudah berhenti di depan halte. Begitu juga Yoo Jung, ia dengan gesit menerobos kerumunan orang dan langsung mendapatkan tempat duduk favoritnya bila naik bus, posisi tengah menghadap jendela.
***
"TUNGGU DULU," Yoo Jung berteriak pada salah seorang wanita yang hendak menutup pintu sebuah ruangan, membuat si wanita berhenti dan menatap gadis yang tengah berlari ke arahnya.
"Maaf saya terlambat, apakah akan dimulai ?" Tanya Yoo Jung dengan napas sedikit tersengal.
"Apa kau sudah registrasi ?" Tanya si wanita dengan tangan membuat gerakan seolah meminta pada gadis itu.
Yoo Jung paham dan hanya mengangguk, "Iya," dan menyerahkan selembar kertas pendaftaran padanya.
Si wanita memeriksa sekilas lembar pendaftaran yang diterimanya, lalu mengangguk kecil, "Baiklah, kau boleh masuk, dan segera cari tempat duduk karena seleksi akan segera dimulai," wanita itu lalu melangkah mundur untuk memberi jalan pada gadis itu, "Oh dan juga, taruh tasmu di belakang, kau hanya bisa membawa alat tulis dan berkas pendaftaran," lanjut wanita itu lagi, dan dibalas dengan anggukan tanda mengerti dari gadis itu, "Baik," lalu ia segera berlalu dan menemukan kursi kosong di barisan ketiga dari belakang.
Saat pintu ruangan besar itu sudah ditutup dan semua peserta sudah duduk di kursi masing-masing, sesosok pria tinggi dan bertubuh kekar menaiki panggung tes dan langsung memberikan salam dan petunjuk pelaksanaan tes. Saat pria itu berbicara dan menjelaskan, banyak kepala di ruangan itu yang tertarik dan sedikit histeris, terutama wanita, apalagi kalau bukan karena wajahnya yang tampan, bahkan saat pria itu baru memasuki ruangan, hampir semua kepala di ruangan itu menatapnya kagum.
"Perkenalkan, saya Park Seo Joon, ketua pelaksana seleksi beasiswa kerjasama USA – Korea Selatan tahun ini."
"Sebelumnya, akan saya informasikan, kalian para peserta pasti juga sudah tahu, bahwa USA memberikan kesempatan pada 5 lulusan SMU terbaik di Korea Selatan untuk menimba ilmu di 2 University terkenal, Columbia University dan Stanford University, untuk itu kami benar-benar melakukan seleksi ketat dengan system gugur di tiap tahapan seleksi, dan hasilnya terpilihlah kalian, 30 besar yang sekarang hadir disini. Beri tepuk tangan pada diri kalian,"
Suara tepuk tangan menggema di seluruh ruangan, begitu juga Park Seo Joon, dia juga ikut antusias bertepuk tangan, dan mengedarkan senyuman ke seluruh ruangan, yang menambah hysteria peserta.
"Baiklah, saya tidak berlama-lama, saya akan langsung masuk pada intinya,"
"Seleksi kali ini adalah tahapan terakhir, jadi saya berharap kalian benar-benar melakukan yang terbaik, karena jalan kalian menuju tahap ini sangat sulit sehingga bisa menyingkirkan 3000 peserta lainnya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Two People
Não FicçãoKisah tentang dua orang, yang saling menguatkan dan berbagi mimpi. Kisah tentang sebuah proses perjalanan hidup, yang tak selamanya mulus dan sesuai harapan. Yah, hanya mimpi yang dapat membuat seseorang tegar. Yah, HANYA MIMPI.