"Aku akan berhasil Eomma, Da Reum, Sa Rang, Seyoen," gumam Yoo Jung dalam hati. Sambil tetap memandangi foto itu, air mata kini mengalir dari matanya, lalu dia membenamkan foto itu ke dadanya.
15 menit kemudian, Seo Joon masuk lagi ke ruangan itu diikuti beberapa panitia seleksi lainnya sambil membawa selembar kertas, membuat semua peserta mengalihkan perhatian padanya. Kali ini tidak ada senyum histeris lagi, karena ketegangan yang tercipta di ruangan besar itu. Pun Yoo Jung, memandang pria itu dengan penuh harap dari kursinya.
"Saya sudah memegang hasilnya," Seo Joon menatap mata-mata penuh harap di depannya, "Apapun yang terjadi, kalian sudah berusaha dan bekerja keras. Saya bangga pada kalian," ucapan Seo Joon barusan berhasil membuat beberapa peserta menangis lagi.
"Baiklah, yang saya sebutkan namanya silakan maju ke depan untuk menerima simbolis beasiswa dari Mr. Dean Jonathan selaku Menteri Luar Negeri USA," Seo Joon berbisik sebentar pada Mr. Jonathan.
Seo Joon mengambil nafas dan membuangnya pelan sebelum membaca.
"Park Ha Na,"
"Kim Sae Rom,"
"Lee Tae Ri,"
"Ahn Bok Su,"
Seo Joon sengaja berhenti saat menyebutkan nama terakhir. Mata Yoo Jung benar-benar sudah berat sekarang. Ia harus siap mendengar nama terakhir.
"Kim ..... Yoo... Ra,"
Pemilik nama yang telah disebutkan tadi spontan kegirangan, menyisakan kekecewaan berat peserta lain yang tidak terpilih. Yoo Jung bahkan sudah lemas, ia tidak percaya mendengarnya. Namanya tidak ada dalam daftar terpilih, padahal ia tidak mengalami kesulitan berarti dalam tes tadi. Yoo Jung lalu menundukkan kepalanya, Ia menangis, sangat menangis.
"Okay, Mr Jonathan please give a scholarship symbol to them," ucap Seo Joon pada Mr. Jonathan begitu para peserta terpilih tiba di panggung, "Dan.... Untuk pemilik nama Kim Yoo Jung," tambahnya lagi, ia menunggu respon dari si pemilik nama, namun tidak ada yang mengangkat tangannya. Ia paham, sepertinya semua kepala yang tidak terpilih itu sedang kecewa sehingga tidak meresponnya.
"Untuk Kim Yoo Jung,...."
"Kim Yoo Jung, jika kau masih disini, tolong jangan pulang dulu,"
Setelah penyerahan simbolis beasiswa selesai, para peserta lain pun membubarkan diri keluar dari ruangan diikuti para panitia. Namun tidak Yoo Jung, gadis itu masih duduk di kursinya, masih menunduk, dan menangis.
Seo Joon melihat gadis itu, itu pasti Kim Yoo Jung, pikirnya. Ia lalu menghampiri gadis itu.
"Kim Yoo Jung ?"
Gadis itu tidak menjawab. Seo Joon bisa mendengar tangisannya, ia kemudian paham, lalu memegang pelan bahu Yoo Jung, dan berhasil membuat gadis manis itu mengalihkan wajah padanya. Seo Joon melihat matanya yang merah dan tangis sesengukkannya.
"Kau Kim Yoo Jung ?" Seo Joon bertanya lagi dengan lembut.
Yoo Jung mengangguk.
"Bisakah kau berhenti menangis ? Ada yang harus saya bicarakan denganmu," Yoo Jung lalu mengelap air mata dengan punggung tangannya, dan berusaha menghentikan air matanya.
"Mari ikut saya," kata Seo Joon pada Yoo Jung,memberi isyarat pada gadis itu untuk mengikutinya.
***
Yoo Jung kini sudah berada di dalam ruangan kerja Seo Joon, yang berada di lantai tiga gedung yang menjadi tempat seleksi tadi. Seo Joon menatap lekat Yoo Jung dari balik meja kerjanya.
"Apa kau sedih dengan keputusan tadi ?"
Yoo Jung memberanikan diri menatap balik pria yang lebih tua 9 tahun darinya tersebut setelah terus menunduk, "Tentu saja Pak, siapa yang tidak ?"
"Jangan panggil Pak, panggil saja aku Seo Joon, atau Oppa kalau kau mau,"
Yoo Jung tidak menjawab, ia kembali menunduk.
"Usiamu 17 tahun dan sudah lulus dari SMA Seoul dalam waktu 2 tahun dengan nilai sempurna, indeks 4,... benar ?"
Yoo Jung hanya mengangguk. Ia tidak mengerti, semuanya sudah tertulis jelas di data laporan nilai SMA nya, kenapa harus ditanyakan lagi padanya.
"Kenapa kau ingin cepat mendapat beasiswa ini ? kau tahu kan, peraturannya minimal harus menjelang usia 18 tahun, itu berarti kau seharusnya mengikuti beasiswa ini 1,5 tahun lagi,"
"Saya pikir saya sudah lulus, dan juga bisa mengerjakan semua soal seleksi, sepertinya itu sudah cukup," jelas Yoo Jung.
"Oh, itu tidak bisa, kau tahu kenapa kedua Negara menetapkan batasan umur ?"
Yoo Jung menggeleng pelan, "Karena usia itu juga jadi penentu kematangan emosi seseorang. Kami berpikir bahwa usia 18 tahun itu sudah cukup matang untuk mandiri, apalagi nantinya kau akan tinggal di Negara lain tapi kau juga membawa identitas Negaramu,... dan kau tahu, apa yang membuat saya kagum padamu ?" ucap Seo Joon lagi, ia kini memandang antusias pada gadis itu.
Yoo Jung mulai memperhatikan pria itu sekarang, arah pembicaraan mereka mulai menarik untuknya.
"Sepertinya kau berhasil mengelabui semua hasil psikotest, dan membuat kami berpikir kau sudah sesuai kriteria. Sebenarnya nilaimu adalah yang tertinggi dari semua tahapan seleksi. Para panitia bahkan sampai ingin bertemu denganmu, dan lihat, kau sudah duduk di depanku,"
Yoo Jung tercengang mendengar fakta itu, lalu ia paham arah masalah ini, "Kau sudah tahu sekarang kan kenapa kau tidak terpilih ?" Tanya Seo Joon, ia yakin gadis secerdas Kim Yoo Jung akan cepat mengerti situasi yang ia jelaskan tadi.
"Apakah benar-benar tidak bisa, maksud saya, seperti yang Anda bilang tadi, saya punya kemampuan," Yoo Jung mencoba memohon pada Seo Joon.
"Usia itu juga jadi kriteria kemampuan, tapi ...... " Seo Joon menghentikan kata-katanya, membuat Yoo Jung menunggu. Seo Joon bisa melihat ekspresi penasaran di wajah gadis itu.
"Aku mendengar kalau tahun depan kemungkinan akan ada kerjasama beasiswa lagi dari USA, kalau kau bersedia menunggu sampai tahun depan, kau mungkin akan saya bantu untuk langsung lolos tanpa seleksi, tapi ada syaratnya ,.."
"Apa itu ?"
"Selama satu tahun ini sampai waktu seleksi tiba, kau harus bersekolah lagi di SMA Gangnam, SMA Gangnam punya kelas khusus untuk pencari beasiswa sepertimu, pastinya dengan standar yang tinggi juga,"
Yoo Jung mengernyitkan dahi. Dia sudah lulus tapi dia harus sekolah lagi ? terdengar tidak masuk akal untuknya.
"SMA Gangnam salah satu yang punya channel langsung dengan Kementerian Luar Negeri Korea Selatan, jadi jika kau sekolah disana, kau bisa langsung direkomendasikan saat pengumuman beasiswa itu datang,.............. Bagaimana ?"
Yoo Jung tampak berpikir, "Saya tidak punya cukup uang untuk bersekolah lagi,"
"Karena aku yang memasukkanmu kesana, kau tidak akan membayar apapun, kecuali hanya nilai yang konsisten sempurna, karena satu kali penurunan nilai akan membuatmu kehilangan kesempatan,... apa kau bersedia ?.... kau tahu, sebenarnya aku ingin meloloskanmu, tapi hanya dengan cara ini aku bisa membantumu,"
"Kuharap kau menerimanya, karena aku tertarik padamu, juga melihat tangisanmu tadi, sepertinya beasiswa ini sangat kau harapkan,"
Yoo Jung memandang sendu pada Seo Joon, persis seperti saat ia memandang foto keluarganya tadi, "Tentu saja,"
Dan bisa dipastikan, Yoo Jung menerimanya,menerima syarat dari Park Seo Joon.

KAMU SEDANG MEMBACA
Two People
No FicciónKisah tentang dua orang, yang saling menguatkan dan berbagi mimpi. Kisah tentang sebuah proses perjalanan hidup, yang tak selamanya mulus dan sesuai harapan. Yah, hanya mimpi yang dapat membuat seseorang tegar. Yah, HANYA MIMPI.