Yoo Jung meregangkan tubuhnya ketika selesai menyalin tugasnya di perpustakaan siang ini. Ah, rasanya sedikit lelah. Padahal ini hari keduanya di sekolah baru, tapi ia sudah mendapat tugas sebanyak ini. Alasan gurunya adalah karena murid khusus beasiswa lain sudah mengerjakan ujian rutin, dan karena Yoo Jung baru masuk, jadi ia juga harus bisa mengikuti walaupun akhirnya diganti dengan tugas. Tidak masalah, Yoo Jung mengerjakannya dengan mudah.
Yoo Jung lalu bangkit berdiri, membereskan beberapa literatur yang tadi diambilnya dan mengembalikannya ke rak asalnya, lalu bergegas menuju lokernya untuk mengambil beberapa buku dari sekolah lamanya yang untungnya masih dia simpan dengan baik.
Baru saja Yoo Jung hendak berbalik dari lokernya, ia ditabrak oleh Myung Ji dan Gengnya, lebih tepatnya sengaja, membuat beberapa buku terlepas dari tangannya begitu juga handphone nya yang langsung pecah. Yoo Jung menatap tajam pada Myung Ji.
"Lihat jalanmu," ucap Myung Ji sambil tertawa meledek lalu berlalu dari Yoo Jung.
"Dasar Buta," umpat Yoo Jung kasar, yang sialnya bisa didengar oleh Myung Ji. Myung Ji lalu berbalik menuju Yoo Jung yang tengah duduk mengambil buku-bukunya dan keeping-keping handphonenya yang berserakan. Belum sempat semua terambil, Myung Ji menendang kasar semua bukunya, membuat Yoo Jung sangat marah.
"Apa kau bilang tadi ?"
Yoo Jung kini bangkit berdiri menghadapi Myung Ji, "Kau Buta, koridor ini luas dan kau menabrakku, dasar kau betina buta,"
Myung Ji yang tidak terima langsung menampar Yoo Jung dengan kuat, membuat gadis itu sedikit terhuyung ke belakang dan dia bisa merasakan pipinya panas dan sedikit darah di bibirnya.
Kejadian itu menarik banyak siswa, tapi mereka tidak melakukan apapun, hanya menonton. Tiba-tiba seorang laki-laki memberanikan diri mendekati kedua gadis itu.
"Myung Ji, sudah hentikan, guru bisa melihatmu," Lee Do Hyun di nametagnya.
"Aku sudah memperingatkanmu, dan kau sekarang malah melawanku, kau benar-benar tidak ingin tenang di sekolah ini,"
Sambil menahan air matanya yang berat, dan sakit di bibirnya, Yoo Jung tersenyum menyeringai, "Aku yang memutuskan tenang atau tidaknya diriku, aku bukan gadis bodoh sepertimu,"
Myung Ji hendak melayangkan pukulannya lagi, tapi dicegah oleh Do Hyun, "sudah hentikan Myung Ji,"
"Lepaskan aku, kau membelanya ?"
"Aku tidak membelanya, aku tidak ingin guru melihatmu begini,"
Do Hyun lalu membawa pergi Myung Ji dan diikuti dua gengnya serta siswa lain yang tadi menonton mereka, meninggalkan Yoo Jung sendirian dengan buku-bukunya yang masih berserakan juga handphonenya. Ia lalu duduk lagi membereskan semua bukunya juga handphonenya. Air matanya sudah jatuh, dengan tetap Yoo Jung menahan air mukanya agar tidak menangis sesenggukan. Tanpa Yoo Jung sadari, ada sepasang mata yang melihat aksinya melawan Myung Ji sedari tadi, dan saat ia akan berdiri lagi, dia melihat laki-laki tinggi teman sebelah bangkunya itu sedang menatapnya sambil bersandar di tembok.
Lama mereka bertatapan, tetapi kemudian laki-laki itu berbalik meninggalkannya.
"Cih, semua siswa disini sampah," umpatnya sambil mengelap air matanya dengan punggung tangan. Sepertinya, keputusannya salah menerima syarat dari Seo Joon, tapi apa boleh buat, ia sudah masuk ke dalamnya, dan akan mengikuti alurnya. Yoo Jung berkali-kali berkata dalam hatinya, 'Aku tidak akan menyerah sampai aku mendapatkan beasiswa itu'.
Saat akan berjalan lagi, dia melihat seorang gadis berlari ke arahnya. Itu si gadis lemah di toilet kemarin.
"Yaa, apa yang terjadi denganmu ?" tanyanya sambil memperhatikan sudut bibir Yoo Jung yang berdarah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Two People
SachbücherKisah tentang dua orang, yang saling menguatkan dan berbagi mimpi. Kisah tentang sebuah proses perjalanan hidup, yang tak selamanya mulus dan sesuai harapan. Yah, hanya mimpi yang dapat membuat seseorang tegar. Yah, HANYA MIMPI.