Chapter 3

48 11 0
                                    


Yoo Jung menatap sekolah mewah yang ada di hadapannya sekarang. Ia mulai menimbang-nimbang lagi keputusannya. Apakah ini benar terjadi ? Dia tidak percaya harus bersekolah lagi, dan belajar lagi. Padahal impiannya adalah ia harus segera menyelesaikan SMA dan mencari beasiswa ke luar negeri, dan bekerja di luar negeri, atau paling tidak di Kedutaan Negara. Kalaupun tidak dapat beasiswa apapun, ia sudah menyiapkan rencana cadangan untuk bekerja di perusahaan ternama karena kemampuannya sambil meneruskan kuliah tentunya dengan beasiswa. Sekarang, yang terjadi malah dia harus bersekolah lagi, dan harus tetap bekerja sambilan lagi.

Namun kemudian Yoo Jung menyingkirkan pikiran buruknya dan mulai melangkah memasuki halaman SMA Gangnam yang luas, lalu memantapkan langkahnya menuju ruang Kepala Sekolah, "kau bisa Yoo Jung, fighting !" gumamnya dalam hati menyemangati dirinya.

Yoo Jung berhenti di depan salah satu ruangan, setelah bertanya kepada beberapa guru yang ia temui sepanjang mencari ruang kepala Sekolah, dan membuka pintunya.

"Ah kau sudah datang rupanya, saya sudah menunggumu,"

Wanita paruh baya dengan penampilan elegan tersebut menyambut Yoo Jung yang masih berdiri di depan pintu. Ia lalu membawa Yoo Jung menuju kelas yang disiapkan untuknya.

"Mari kita ke kelasmu,"

Yoo Jung mengikuti kepala sekolah sambil tersenyum kecil, sepertinya akan menyenangkan, kepala sekolah dan guru-guru yang ia temui ramah padanya. Sejenak ia juga bisa merasakan tatapan-tatapan siswa yang beraktivitas di luar saat perjalanannya menuju kelasnya bersama kepala sekolah.

"Seo Joon-ssi merekomendasikanmu, Kim Yoo Jung, kau pasti sangat istimewa,"

Yoo Jung lagi-lagi tidak membalas, dia hanya tersenyum kecil.

Akhirnya mereka tiba di depan sebuah kelas yang cukup kecil, tidak sebesar kelas lainnya yang Yoo Jung lihat di sekolah ini.

"Ah, dia sudah datang, mari masuk," ucap seorang guru yang sedang mengajar di kelas itu, ketika Kepala Sekolah membuka pintu kelas itu. Kepala Sekolah memberi isyarat pada Yoo Jung untuk masuk mengikuti perintah guru tersebut, dan dibalas dengan anggukan kecil olehnya. Setelahnya, Kepala Sekolah berlalu meninggalkan Yoo Jung yang sudah masuk ke dalam kelas.

"Silakan perkenalkan dirimu," sapa si guru perempuan dengan ramah.

Yoo Jung mengedarkan pandangan sekilas ke seluruh ruang kelas sebelum membuka mulutnya, "Saya Kim Yoo Jung, pindahan dari SMA Seoul. Salam kenal," ia lalu membungkukkan badannya seolah memberi hormat pada siswa yang lain. Tiba-tiba matanya bertemu dengan mata seorang siswa perempuan yang duduk di bangku depan. Terlihat tidak ramah menurutnya.

"Nah Kim Yoo Jung, kau bisa duduk di kursi kosong di sebelah Seokwoo," ucap sang guru sambil menunjuk sebuah kursi pada Yoo Jung. Yoo Jung mengangguk mengerti lalu berjalan menuju kursi yang ditunjukkan gurunya.

Saat Yoo Jung sudah duduk di kursinya, matanya lalu tak sengaja menatap kursi di sebelah kanannya yang dimiliki seorang laki-laki,.. Tampan, dan kelihatannya tinggi. Saat ia tidak sengaja melihat laki-laki itu, laki-laki itu tiba-tiba juga sedang melihatnya. Sontak Yoo Jung membuang muka mengarahkan pandangannya ke arah guru.

"Okay,, should we start our class again ?"



***


Yoo Jung hendak ke kamar mandi ketika ia mendengar suara ribut dari kamar mandi perempuan, namun karena memang dia sudah sangat ingin buang air kecil, dia langsung masuk dan mendapati 3 orang siswa perempuan sedang menganggu seorang gadis yang meringkuk di sudut, atau lebih tepatnya "membully". Awalnya Yoo Jung membulatkan matanya kaget, lalu ia bergantian menatap ketiga perempuan pembully di depannya. Ia merasa mengenal salah satunya, 'dia kan siswa perempuan di bangku depan tadi' pikirnya. Namun, ia memutuskan untuk langsung masuk ke bilik kamar mandi kosong, tapi langkahnya dicegat oleh salah seorang dari tiga orang itu.

"Pergi," kata perempuan berambut panjang yang sekelas dengannya itu, Kim Myung Ji tertulis di name tagnya.

"Aku ingin buang air kecil,"

"Ada banyak toilet di sekolah ini, sekarang pergi,"

Yoo Jung menyeringai kecil, "Hah, siapapun bisa memakai toilet ini, ini toilet umum,"

Myung Ji berkacak pinggang, "Kau sepertinya sengaja, atau kau memang tidak bisa mendengar,"

"atau Kau mau datang menolongnya ?" ucap seorang siswa lagi, tertulis Lee Ha Na di nametagnya.

"Cepat pergi," kali ini giliran Son Ha Ni yang berbicara kasar padanya.

Yoo Jung menatap si gadis lemah di sudut, dia tidak bisa jelas melihat namanya karena seragamnya yang berantakan. Yang terlihat jelas, gadis itu menangis sedikit menggigil.

Yoo Jung menyeringai lagi, "Aku tidak peduli padanya," kepalanya menunjuk si gadis lemah, "bahkan pada kalian, aku hanya mau buang air kecil,"

"........... atau aku buang air kecil disini saja, karena kalian menghalangi," ucap Yoo Jung menyindir.

"Yaak... kau,,," Ha Na akan memukul Yoo Jung namun dicegah oleh Myung Ji.

"Jangan, dia masih anak baru,"

Kali ini Myung Ji sepenuhnya menatap tajam Yoo Jung, "Aku sudah memperingatkanmu, dan kau menolak,..." Myung Ji menegakkan tubuhnya, " hati-hati ! " lalu ia membuat isyarat pada Ha Na dan Ha Ni untuk pergi dari toilet. Sengaja ia menyenggol keras pundak Yoo Jung saat melewatinya, begitupun Ha Na dan Ha Ni.

Saat ke 3 orang tadi sudah berlalu, Yoo Jung menatap si gadis di sudut lagi. Gadis itu terlihat mencoba bangkit berdiri namun sedikit terhuyung. Sesaat Yoo Jung ingin menolongnya, namun ia mengurungkan niatnya lalu memutuskan berbalik pergi dari toilet.

"Kau tidak jadi ke toilet ?" pertanyaan yang keluar dari gadis itu membuat langkah Yoo Jung berhenti.

"Ah tidak, aku sudah tidak ingin,"

Yoo Jung akan melangkah pergi lagi saat gadis itu berkata lagi, "Terima kasih sudah menolongku,"

Yoo Jung sedikit terperangah, "Hei, aku tidak menolongmu, aku bahkan tidak mengenalmu,-............ uhm, lebih baik cepat bersihkan dirimu, sebentar lagi bel masuk berbunyi,"

Gadis itu cepat-cepat berkata lagi, kali ini dia terlihat tersenyum cerah, membuat Yoo Jung lagi-lagi tidak jadi pergi, "Namaku Han Ji An,"

Yoo Jung memandang gadis itu dengan campuranrasa kasihan dan tidak peduli. Ia lalu hanya membalas dengan senyuman kecilyang agak dipaksakan, lalu benar-benar pergi dari toilet. Tepat saat itu, beltanda masuk jam pelajaran terakhir berbunyi.


***

Two PeopleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang