11. Following

51 21 1
                                    


"Kalo lo kenapa masuk SIDTS?" Tanyaku pada Tobi.

"Gu-gue." Ucap Tobi dengan mata yang langsung berkaca-kaca.

"Lo? Lo kenapa?" Tanyaku sambil mendekat ke arah Tobi yang mulai menangis.

Menangis dalam diam tentunya. Punggungnya mulai berguncang hebat menandakan tangisannya semakin lama semakin kencang. Aku menepuk-nepuk bahunya, Dinda yang di sebelah kanannya berusaha berbicara dengan Tobi. Sementara Silla dan Ale hanya duduk mematung di seberang bangku kami sambil bertanya-tanya dengan raut muka yang kebingungan. Selang beberapa menit tangisan Tobi berhenti. Ia membuka tangannya yang sempat ia telungkup kan tadi, mungkin untuk meredam suara tangisnya dan untuk menyembunyikan wajahnya dari anak-anak yang sedang beristirahat di kantin ini. Silla mengambil beberapa tissu yang memang sengaja ia bawa setiap kami makan di kantin seperti ini, ia mengulurkan nya pada Tobi dan langsung diambil dengan cepat.

"Makasih ya Sill." Ucap Tobi masih sesenggukan.

"Lo kenapa si anjir, tiba-tiba nangis gitu." Tanya Ale masih dalam wajah kebingungan.

"Emang, kan gue cuma nanya alesan lo masuk SIDTS. Bukan mukulin lo ampe babak belur." Tambahku.

"Bentar dulu, gue masih nangis begini lo tanyain. Ngga ada adab lo jadi temen." Ucap Tobi sambil mengelap ingus.

"Ya maap, gue abis dipanggil BK nih." Ucap Tobi.

"Iewww jijik banget lo." Sambar Silla.

"Anjir, kenapa lo?" Tanya Ale.

"Hehehe gue abis nge-prank orang." Jawab Tobi mulai tersenyum namun Hidungnya masih merah akibat menangis tadi.

"Kok nge-prank orang sampe urusannya ke BK si?" Tanya Dinda.

"Emang. Berasa abis buntingin anak orang lo." Tambahku.

"Kelewatan lo ya?" Sambar Silla.

"Iya kali ya, ampe gue mau dilaporin polisi." Ucap Tobi buka suara.

"Hahhh?" Teriak aku, Silla, Ale, dan Dinda serempak.

"Gila lo ndroo, abis ngapain?" Tanya Silla cepat.

"Bukan kelewatan lagi ini anjir, ngapain lo?" Sambarku.

"Kebawa april mop gue." Jawab Tobi sekenanya.

"Yang bener anjir." Cerca Ale.

"Iya iya, jadi gini ceritanya tadinya emang mau cuma nge-prank sehari doang pake nama samaran gitu, terus gue ngakunya tuh kalo gue itu adek kelas. Anak kelas X ips 3. Dan ternyata orang yang gue prank bener-bener nyariin gue karena alesannya gue mau masuk ekskul paduan suara dan orang yang gue prank itu adalah Weina. Adeknya pelatih gue, lo tau kan Sill? Din? Le? Anak kelas lo itu." Ucap Tobi panjang lebar.

"Gue juga tau kali, dia kan famous." Sambarku.

"Oya ya gue lupa." Jawab Tobi.

"Trus yang gue pertanyakan apa hubungannya sama masuk SIDTS?" Tanya Silla.

"Jadi gini, gue ngga enak sama pelatih gue. Dan itu yang jadi penyebab gue ngga jadi nyanyi kali ya pas demos?" Ucap Tobi.

"Mungkin." Jawab Ale.

" Btw lo nge-prank dia udah dari sebelum demos dong?" Tanyaku.

"Hehehe iya." Jawab Tobi.

"Tapi kok sampe segitunya si, sampe dilaporin ke BK segala?" Sela Dinda.

"Mungkin dia terlanjur baper, karena udah dibohongin kaya gini and well pas dia nyari orangnya eh malah adek kelas yang sebenarnya adalah Tobi." Sambarku.

Ephemeral [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang