16. Perundingan Renville

35 19 10
                                    


"Masuk."

Ia duduk di belakang kemudi, lalu melajukan mobilnya membelah jalanan. Setelah lima menit kita sama-sama diam, aku mulai bertanya karena tidak kuat lagi menahan pertanyaan-pertanyaan yang dari tadi tersimpan dalam otakku

"Kak Alvin ngapain si?"

Bukannya menjawab pertanyaanku, kak Alvin malah memberikan ponselnya padaku.

"Alamat rumah lo." Ucapnya masih melihat jalanan.

Dengan ragu aku mengambil handphoneku Alvin lalu mencari alamat rumahku dalam aplikasi maps, kemudian mengembalikan nya. Ia melihat ponselnya lalu fokus kembali dengan kemudinya.

"Di halte depan berhentiin mobilnya, aku bisa pulamg sendiri kok."

Lagi dan lagi bukannya menjawab ia malah memasang earphone pada telinganya.

Ihh dasar manusia kulkas.

Tak bisa kau tahan lagi, aku melepas sebelah earphone milik kak Alvin. Spontan ia menepikan mobilnya lalu menghadap ke arahku.

"Kak Alvin ngga perlu repot-repot nganterin aku pulang kaya gini cuma gara-gara disuruh sama kak Bara ya, kenapa si mau disuruh suruh sama orang sampai segininya." Ucapkan kemudian dengan nada penuh penekanan setiap katanya.

Lagi-lagi kak Alvin tidak memperdulikanku bicara. Dan untungnya aku sudah siap siaga jika kak Alvin ingin mengambil earphonenya dariku. Aku mengelak lagi saat kak Alvin ingin mengambil earphone untuk kedua kalinya. Sepertinya ia menyerah, karena sekarang kedua tangannya ia arahkan diatas kemudi. Dengan mata yang masih terfokus kan ke arah jalanan, akhirnya kak Alvin angkat bicara.

"Gue ngga disuruh Bara."

"Trus kalo bukan, kak Alvin yang mau sendiri dong." Ucap ku cepat sebelum ia kembali bungkam.

"Ngga usah GR, tadi di halte ada dua orang yang ngeliatin lo." Jawab kak Alvin masih melihat ke arah luar mobil.

"Ya kan orangnya punya mata." Kataku sambil melihat ke arah kak Alvin yang lagi-lagi tak melihat ke arahku.

Ternyata dia good loking banget:) awww dingin tapi tetep keren:)

"Terserah." Jawab kak Alvin lalu mengambil alih earphone miliknya dari tanganku.

Sebelum kak Alvin memasangkan earphone pada telinganya, aku menahan sebentar.

"Tumben kakak ngomong panjang lebar." Ucapku dengan nada meledek.

Ya tahu sendiri, ia memgacuhkanku dengan memasang earphone ke telinganya. Suasana kembali senyap setelahnya. Kak Alvin memfokuskan dirinya pada jalanan dan earphone yang ia pasang pada telinganya. Sementara aku memilih diam sambil mengamati jalanan yang akan menuju rumahku. Hujan masih mengguyur jalanan dan ada beberapa petir menyambar yang selalu mengagetkanku. Suasana bertambah dingin karena AC yang meyala di dalam mobil, untung saja sekarsng sudah sampai di jalanan rumahku. Kak Alvin menghentikan mobilnya, lalu melepas earphone yang sedari tadi tak ia lepaskan dari kedua telinganya.

"Kak sebenernya Aku mau ngajak Kakak buat mampir, tapi aku tahu pasti 99% ke Alvin bakal nolak. Jadi aku mau ngucapin makasih banyak karena udah repot-repot nganterin aku sampai rumah dengan selamat di bawah guyuran hujan kayak gini." ucapku panjang lebar sambil melihat kak Alvin yang juga sedang melihat ke arahku dengan menaikkan satu alisnya.

"Lo pidato?" Tanya Kak Alvin lalu mengambil sesuatu dari belakang jok yang didudukinya.

Ternyata itu payung lipat berwarna yang sama dengan tadi, namun tak basah. Kak Alvin memberikannya padaku tanpa mengatakan sesuatu dan memang aku sengaja masih stay untuk melihat payung yang masih berada di tangan kak Alvin.

Ephemeral [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang