Satu demi satu
Jiwa manusia gugur
Layaknya patera
Yang jatuh dari tangkaiSemua orang terkungkung
Bagai peksi dalam sangkar
Tak pernah bebas terlepas
Dari para manusia jemawaOrang-orang tertindas
Rasa manusiawi kandas
Emosi menjadi terkuras
Oleh para penindasHingga datanglah para pahlawan
Mereka menentang kesengsaraan
Serta menolak kekalahan
Membela sampai titik darah penghabisanMerekalah pahlawanku
Membela tanpa kelelahan
Berlari mengejar kebebasan
Demi mendapat kemerdekaanTanggal 17 kala itu
Kemerdekaan tak lagi semu
Semangat bela semakin menggebuPada masa itu
75 tahun lalu
Yang paling ditunggu
Semua orang berkusu-kusuSetelah penantian lama
Berkumpulah para taruna
Menolak datangnya nidera
Tetapi timbul renjanaYang dulu hanya korona
Kini tak lagi fana
Bagai jatuhnya supernova
Semua tampak nyataPada masa itu
Semua orang penuh haru
Menatap langit dengan gagah
Menolak datangnya alahTanah air yang dulu dipijaki
Oleh manusia tak berhati
Kini telah kembali
Ke kodratnya yang asliUntuk para pemuda-pemudi
Yang menjadi generasi kini
Lanjutkan perjuangan pahlawan kami
Membela tanah ibu pertiwi
KAMU SEDANG MEMBACA
tak kasat makna
Poetryevolusi ; perubahan secara berangsur-angsur dan perlahan-lahan dibaca dengan hati, dan hati-hati ya.