Sungai ibukota mengalir deras
Laut ibu pertiwi membentang luas
Inginku melihatnya tanpa sekat
Serta menikmatinya tanpa syaratLingkungan alamku semakin elok
Lantaran sang teknologi kian mencolok
Orang-orang pun sekarang berteknologi
Seakan teknologi menjadi kunciInilah lingkungan alamku
Tetapi kini terbelenggu
Oleh hiruk-pikuk kota ini
Yang sibuk dengan dunianya sendiriAkulah seonggok makhluk
Makhluk yang memberontak
Terjerembab pada suatu ruangan
Ruangan canggih namun penuh kebisuanInilah teknologiku
Sangat maju, namun semu
Hingga sulit mencari celah keluar
Agar atmaku dapat berkoarWahai engkau yang berteknologi
Hati-hati dengan jemari
Gunakan teknologi dengan bijaksana
Janganlah kamu terlenaTeknologi membuatku sesak
Lingkungan alamku di rusak
Lalu kemudian terpasung
Masyarakatnya pun terkungkungSampai kapan mau seperti ini?
Terus bergantung pada teknologi
Tanpa sadar alammu menangis
Hati manusia lama-lama terkikisAkulah sang pengkhianat
Mengkhianati alamku yang padat
Sebab sang teknologi menghasut
Akhirnya aku pun terhanyutWahai sang teknologi
Kau membuat orang tak lagi saling peduli
Jua alamku kau rusak
Orang-orang pun terisakTeknologi merupakan racun
Racun yang mematikan
Namun juga sebagai cahaya
Cahaya sanubari bangsaTeknologi harusnya berdampak positif
Tetapi kenapa malah negatif
Ini tergantung pemakainya
Maka gunakan sesuai batasannyaWahai orang-orang berteknologi
Maukah kalian membantu kami?
Kerusakan harus diberantas
Lalu kembalikan yang telah kandasJagalah lingkunganmu
Teknologi bisa merusak alam ini
Tanamkan rasa peduli
Teknologi tetap dijunjung tinggi
KAMU SEDANG MEMBACA
tak kasat makna
Puisievolusi ; perubahan secara berangsur-angsur dan perlahan-lahan dibaca dengan hati, dan hati-hati ya.