Sebenarnya ada begitu banyak perempuan yang mendekati Brans dengan lancang dan hal itu membuat Anna kewalahan memikirkan cara menyingkirkan mereka semua. Anna pernah memiliki pikiran bagaimana kalau ia kumpulkan semua gadis-gadis bodoh itu di suatu ruangan lalu membakar mereka hidup-hidup, ah tidak, itu akan terlihat jelas dan tidak seru.
Tuk!
Anna mendongak saat sebuah pensil melayang di atas mejanya dan kembali mengacuhkannya. "Hei wajah dingin, sebenarnya apa yang kau pikirkan? Aneh."
Nasib Anna tidak pernah berubah, setelah lulus dari sekolah menengah tempat ia dipanggil si penyihir berwajah dingin, di sekolahnya saat ini ia mendapat julukan baru, si wajah dingin, yang mana hal ini membuktikan jika Anna memang tidak pernah tersenyum, ia selalu menjadi korban bully karena sifatnya yang aneh di mata teman-temannya, ia selalu diam, acuh, dan sibuk dengan dunianya sendiri. Seperti kali ini, Anna hanya membuat coretan di bukunya, jam masuk sudah berbunyi sejak tadi tapi kenapa Brans tidak juga masuk ke kelas, Anna mewanti-wanti dengan cemas. Tidak usah heran jika Brans dan Anna lagi-lagi satu sekolah bahkan satu kelas, atas kehendak Anna semua itu akan terjadi.
Dan sosok Brans berhasil menyita perhatian Anna, laki-laki yang kini duduk di bangku paling depan itu tampak begitu ceria dan humble. Anna dan Brans adalah dua sosok yang sangat berbeda, Anna adalah kebalikan dari sosok Brans yang begitu positif.
"Kau lihat itu? Si wajah dingin sepertinya menyukai Brans." Bisik salah seorang murid yang sedari tadi mengusili Anna dengan melempar pensil maupun kertas.
"Kata siapa kau?"
"Kau tidak lihat? Gadis aneh itu selalu memperhatikan Brans diam-diam."
Anna yang mendengarnya semakin menundukkan pandangan dan sibuk mencoret-coret kertas lagi.
Srak!
Anna terkejut setengah mati ketika murid usil tersebut mengambil paksa buku coretannya. Dan betapa terkejutnya si murid tersebut melihat coretan buku Anna yang dipenuhi dengan nama Brans.
"Hah? Apa ini? Hei semuanya! Lihat! Gadis ini sepertinya terobsesi padamu Brans!"
Celaka sudah, pandangan semua murid di kelas itu kini tertuju pada Anna dan buku yang diangkat murid itu tinggi-tinggi. Anna segera berdiri dan mencoba merebut kembali buku tersebut.
"Brans brans brans brans... wah Brans, apa kau akan membalas cintanya? Sepertinya si wajah dingin ini rela kalau harus disuruh memahat namamu di keningnya hahaha!"
Grap!
Anna berhasil mendapatkan bukunya dan ia segera berlari keluar kelas, para murid mulai berbisik-bisik mengatakan betapa semengejutkan itu sosok Anna, ternyata dia diam-diam juga menyukai Brans. Sedangkan Brans hanya terdiam di tempatnya, ia tidak merespon dan mencoba mengabaikannya, seolah-olah ia sudah terbiasa akan fakta kalau dirinya begitu dikagumi.
Sementara Anna mengurung diri di dalam toilet sambil memeluk bukunya, ia menangis sambil menggigit bibirnya kuat-kuat, tangannya mengepal dan mulai merobek-robek isi kertas ke lantai. Pikirannya mulai kacau, berbagai macam rencana membunuh murid itu terlintas dipikirannya, apa ia harus mencongkel bola matanya hidup-hidup? Atau memahat tulisan 'tai' di keningnya dengan paku? Ide-ide jahat itu memaksa Anna untuk segera melakukannya.
"Aaaarrrgggghh! Akan kubunuh kau! Akan kubunuh! Mati kau! Aaarrrghh!"
Lalu bagaimana dengan Brans? Seperti apa reaksinya? Tentu saja ia pasti akan menghajar habis-habisan murid itu karena sudah lancang pada Anna, iya, Brans pasti mengahajarnya atau paling tidak Brans akan membenci orang itu karena memperlakukan Anna dengan tidak sopan. Anna yakin kalau Brans tidak akan mengabaikannya begitu saja, apa sekarang Brans mencarinya? Iya, Brans pasti kebingungan mencarinya, Brans yang malang. Semua skenario yang diciptakan Anna berhasil menguasainya, ekspektasinya akan sosok Brans begitu sempurna dalam pikirannya. Dan hal baiknya yakni mampu meredakan emosi dalam dirinya, Anna tidak akan membunuh murid biadab itu untuk saat ini, ia harus menahan diri karena semua orang akan mencurigainya jika tiba-tiba murid itu ditemukan sudah jadi mayat.
Anna harus bersabar, ia akan menunggu momen yang pas sampai akhirnya ia akan mencabik semuanya satu-persatu dengan kedua tangannya dan hanya menyisakan Brans dan dirinya di dunia ini, karena bagi Anna, surga adalah dirinya bersatu dengan Brans.
-
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Psycho ✔
Short StoryJika aku tidak bisa memilikimu, maka orang lain pun tidak. ㅡWARNINGㅡ Cerita ini mengandung kekerasan, kesadisan, dan adegan berdarah lainnya.