Malam itu tepat pukul dua malam, Anna mengendap-endap dengan pakaian serba hitam menuju apartemen Brans. Di punggungnya terdapat ransel yang berisi peralatan yang sudah ia siapkan dengan matang. Katakanlah Anna yang selama ini mengikuti Brans diam-diam, ia tahu password apartemen Brans tanpa perlu bersusah payah mendobraknya hingga membangunkan seantero apartemen.
Ting!
See? Mudah sekali, Anna tinggal melangkahkan dirinya ke dalam, berjalan menuju pintu di sebelah ruang makan, perlahan Anna memutar knop pintu tersebut, dan seketika pemandangan Brans tertidur pulas bersama wanita itu membuatnya sangat marah, sedih, ia ingin sekali menghajar wanita itu karena sudah lancang tidur tepat di samping Brans sementara Anna selama ini hanya bisa membayangkan hal itu terjadi padanya. Tanpa suara, Anna melangkah perlahan mendekati sisi ranjang keduanya, di tangannya sudah terdapat kain dengan bubuk bius, Anna menempelkan kain itu di dekat hidung Brans kemudian wanita bernama Ashley tersebut. Setelah dirasa cukup, Anna mencoba menyentuh Brans, menepuk pipinya, namun sepertinya Brans dan Ashley sudah berhasil dibiusnya.
"Bagus, sekarang mari kita selesaikan semuanya."
-
Brans mengerjap-ngerjapkan matanya, kepalanya terasa berat dan pusing, ia merasa sekelilingnya tampak blur, yang ia sadari hanya posisinya sekarang yang duduk di kursi dengan keadaan tangan dan kaki terikat dengan kencang.
"Sudah bangun, Brans?"
Brans mencoba menstabilkan penglihatannya, setelah dirasa jelas ia mulai bisa melihat sekelilingnya, ia masih berada di kamarnya hanya saja kenapa ada gadis ini di sini?
"Anna? Kenapa kau bisa ada di tempat kami? Apa yang kau lakukan? Apa-apaan ini?!" Brans mencoba berontak namun semakin ia berontak semakin kencang ikatan tersebut. Anna duduk di samping Ashley yang masih pingsan dengan keadaan sama diikatnya seperti Brans.
"Apa yang kau lakukan pada Ashley? Lepaskan dia!"
Anna tertawa miris, "Wah, hatiku sakit sekali, aku sudah melakukan segalanya untukmu, menyingkirkan semua penghalang di antara kita, tapi kenapa kau malah mau menikahinya? Terpaksa aku harus menyingkirkan jalang ini Brans, karena si jalang ini sama saja seperti para penghalang kita yang lainnya."
"Apa maksudmu penghalang? Jangan mengada-ada kau Anna!" Brans semakin ketakutan ketika Anna menunjukkan sebuah tang di tangannya.
"Jangan munafik Brans, aku tahu kalau kau tidak pernah berubah, masih sama seperti dulu, Brans yang hanya mencintai Anna." Gadis itu seketika tertawa terbahak-bahak membuat bulu kuduk Brans berdiri.
"Aku tidak pernah mencintaimu, sekalipun dalam hidupku aku tidak pernah menaruh hati padamu, jadi sadarlah dari halusinasimu dan lepaskan kami!"
Brak!
Brans kaget setengah mati ketika Anna menggebrak meja di sebelah tempat tidurnya, lalu gadis itu berjalan ke arah Brans dan berlutut di hadapannya mensejajarkan tingginya dengan Brans yang terikat di kursi. "Apa katamu? Kau tidak pernah mencintaiku? Jangan bohong! Aku tahu kau mencintaiku Brans! Lihat mataku, kau tidak bisa membohongiku, tenang saja Brans, sejak dulu aku sudah menyingkirkan mereka semua yang berusaha merebutmu dariku, kau tak usah khawatir, ada aku yang akan selalu mencintai dan melindungimu, aku bisa menyingkirkan semua yang menghalangi kita, semuanya termasuk si jalang itu saat ini juga."
"Ternyata benar, kau sudah gila sejak dulu Anna, kau orang gila! Aku menyesal sekali pernah bertemu denganmu, aku harap tidak pernah bertemu dengan spikopat sinting sepertimu."
Anna tidak percaya apa yang didengarnya, ia segera menjerit dan menjambak rambutnya sendiri membuat Brans semakin ketakutan, gadis itu kemudian mengeluarkan semua isi ranselnya, mulai dari pisau, palu bahkan paku keluar dari sana, semua benda-benda berat dan tajam itu mulai berserakan di lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Psycho ✔
Kısa HikayeJika aku tidak bisa memilikimu, maka orang lain pun tidak. ㅡWARNINGㅡ Cerita ini mengandung kekerasan, kesadisan, dan adegan berdarah lainnya.