Malam tengah merajai dunia dengan kegelapannya. Bintang yang bertabur tertutup oleh polusi yang menjadi udara di pusat kota.
Pria muda tengah menenteng tas kerjanya dengan bangga. Ia baru saja meninggalkan tempat dimana ia bisa menggunakan kemampuannya, dan memberikan pengobatan pada orang yang membutuhkan.Devano itulah nama pria bergelar dokter itu berjalan memasuki apartement yang ia tinggali. Sekilas ia mengingat pesan yang 30 menit di kirimkan oleh adik tersayang nya. Ia tersenyum sembari menunggu lift dihadapan nya terbuka lebar.
Ting..
Suara lift terbuka menampakkan pria muda lain dengan jaket hitam dan celana jeans keluar dari lift. Sekilas Devano memandang pria yang baru saja keluar itu.
Sepertinya tidak asing..- batinnya lalu memasuki lift dengan tenang.
Sampai di depan kamar apartement yang di tinggalinya jari telunjuk nya menekan password untuk membuka kamar apartement nya.
Gelap adalah pemandangan pertama yang menyapa penglihatannya. Tak lama setelah itu, bau anyir darah segar menembus masuk ke area penciuman nya.
Cemas ada seseorang yang saat ini tengah ia cemaskan. Dengan ragu Vano menekan saklar lampu di apartement nya. Tidak ada yang aneh. Namun fikirnya berkelana pada gadis kecilnya. Dengan cepat pergerakan kakinya mengarah pada kamarnya, yang sekarang menjadi kamar adiknya.
Lagi-lagi kegelapan yang menyapa penglihatanya,namun berkat cahaya dari luar ruangan vano masih bisa melihat sesuatu yang seperti mimpi baginya.
***
Braaakkk!!!!!
Suara benturan keras menggema di sebuah bilik dengan cahaya remangnya.
Dorongan keras membuat gadis bertubuh mungil yang kini tengah tersungkur dilantai itu benar-benar tak berdaya. Entah sudah berapa kali pukulan ia dapatkan, seringkali pula dia membalasnya dengan goresan pisau di lengan dan di leher tegas pria jangkung yang sedari tadi tak henti-hentinya membanting dan memukul wanita itu."Bagun!!!" teriak pria itu dengan lantangnya." Kau tak mendengarku?!!" teriak nya lagi membuat wanita mungil itu gemetar. Sudah sering dia dihadapkan dengan situasi seperti ini. Namun bagaimanapun juga ia akan merasa takut jika nyawanya sekarang berada di tangan seorang pembunuh kelas atas seperti pria tampan yang satu ini.
Pria itu melangkah mendekat secara perlahan. Sepatu kets yang ia kenakan
Menapaki lantai berdebu yang bercampur dengan beberapa tetesan darah akibat goresan benda tajam.Sedangkan wanita yang saat ini masih tersungkur di lantai, berusaha sekuat tenaga untuk menegakkan kembali wajahnya.
Pria itu mendekat dan berjongkok di hadapan wanita mungil dengan nama Fani yang perlahan mulai mendongakan wajahnya menatap sepasang lensa garang Rian.
"Aku tau kebusukan mu, sayang.." Tangan kekarnya terulur mengusap rambut fani yang berantakan dan peluh yang mulai membasahi wajah baby face nya.
Tidak dengan bentakan, melainkan dengan suara serak yang terdengar begitu menggoda bagi wanita yang mendengarnya."Rian, aku tak akan menyerah." Ucap wanita malang itu dengan sedikit kesulitan. Sesak di dadanya karena punggung nya terbentur tembok.
Rian tersenyum, halus, dia bahkan tidak marah. Begitu melihat Fani yang terlihat sangat seksi dimatanya karena cucuran keringat di pelipis di tambah beberapa helai rambut yang menambah kesan seksi di mata rian membuat kemarahannya seakan menguap seketika. Tidak bukan menguap, namun ia juga tidak bisa mengendalikan hasrat nya bahwa ia menginginkan sesuatu saat itu juga.
Dengan cekatan lengan kekar rian merengkuh fani ke dalam pelukan hangatnya. Wanita mana yang akan menolak jika di perlakukan seperti ini bukan?
"Maaf.." Bisiknya tepat di telinga kiri fani, semburan nafas Rian yang hangat tentu membuat sang empu bertahan agar tidak mengikuti kemauannya. Karena jika ia menuruti kemauannya dan keinginan Rian, sama saja ia menggali kuburan nya sendiri sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood Maker
Mystery / ThrillerBLOOD MAKER cerita yang publish di akun Chan-lyn61 bakalan update di sini, bwt yg undh pernah baca di akun sebelumnya ditinggal aja, lanjut baca disini. okey ;)