Bab. 3

202 28 25
                                        

Bell berbunyi menandakan waktu istirahat telah berakhir, seluruh murid sudah kembali kekelas masing-masing.

Naruto diperjalanan menuju kelasnya mendadak menghentikan langkahnya hal itu tentu saja mengundang tanya dari sosok pemuda yang berjalan beriringan dengannya.

"Ada apa Naru?" Tanya Menma.

Naruto menoleh kearah Menma dengan senyum lima jari khasnya.

"Aku sepertinya ingin ketoilet, kau duluan saja masuk kekelas, Menma." Jawab Naruto.

Menma mengangguk lalu meneruskan langkahnya sedangkan Naruto langsung berbelok kearah toilet sekolah.

.
.

Setelah menuntaskan masalah kecilnya Naruto kini berdiri didepan wastafel, ia mengucurkan air keran lalu membasuh wajah dan tangannya.

Begitu ia selesai dan menatap kearah cermin iapun harus dibuat terkejut ketika melihat sosok itu berdiri dibelakangnya dan tengah menatap tajam dirinya.

"Senpai."

"Hn." Sahut siraven datar, pemuda itu perlahan menghampiri Naruto yang masih membelakanginya.

Naruto yang merasakan hawa tak nyamanpun mendadak merinding disekujur tubuhnya.

"Ka..kau mau apa senpai?" Tanya Naruto gugup.

Ia tak sanggup berhadapan lebih lama dengan Sasuke yang menurutnya memiliki aura dingin yang menyeramkan.

Jujur saja Sasuke adalah tipe orang yang paling ingin ia hindari karena saat berhadapan dengannya untuk yang pertama kalinya Naruto sudah merasakan firasat tak nyaman dan seolah ada yang berbisik ditelinganya agar ia segera menjauh dari siraven.

Sasuke menarik tubuh yang membelakanginya itu hingga punggungnya menabrak dada bidangnya.

Naruto yang tak terima dengan perlakuan senpainya mencoba untuk melepaskan diri, iapun meronta dipelukan senpainya.

"Lepaskan senpai!"

Sasuke tak mengindahkan ucapannya, ia malah dengan sengaja mengendus area leher lalu menciuminya secara sensual, Naruto menggeliat tak nyaman ia berusaha menghindari sentuhan bibir Sasuke.

"Kenapa kau menolakku?" Tanya Sasuke tepat ditelinga Naruto.

Naruto sudah menduganya jika perlakuan Sasuke padanya pasti berhubungan dengan penolakannya tempo hari, pria itu memang sempat berkata jika takan melepaskan begitu saja walau ia menolak Sasuke ribuan kali.

"Karena aku tidak bisa menerimamu senpai, jika senpai mau kita bisa menjadi tema..akh." Naruto memekik keras saat ia merasa jika Sasuke mengencangkan pelukannya seolah ingin meremukan tulangnya.

"Kau tahu, aku benci penolakan." Geram Sasuke, dapat Naruto lihat melalui kaca didepannya jika wajah senpainya menggelap dengan sorot mata bak predator yang siap melahap mangsanya.

"Senpai, banyak murid disekolah ini yang menyukaimu bahkan gadis yang selalu berjalan disampingmu selalu menatap penuh cinta padamu, kenapa senpai tidak menerimanya saja."

Lagi, Naruto hampir saja menjerit saat dirasa pelukan Sasuke mengerat namun kali ini ia bisa menahannya.

"Tapi aku hanya ingin kau 'cantik', dan aku sangat marah karena betapa beraninya kau berbicara dengan pemuda lain." Nada bicara Sasuke semakin dingin.

"Apa hakmu berkata seperti itu senpai, aku bebas untuk dekat dengan siapapun."

Kemarahan Sasuke semakin tak terkendali kali ini ia mendorong tubuh Naruto kesamping hingga bahunya menabrak tembok kamar mandi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tamashi No KyoufuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang