Episode 21 : Introgation

926 139 63
                                    

Katanya dunia ini ada karena sebuah kesengajaan ataupun tidak kesengajaan, dan katanya, dunia ini ada karena sebuah alasan.

Bukan.

Hal yang aku katakan tadi bukan tentang dunia kalian ataupun big bang theory yang pernah aku jelaskan, tapi ... ini tentang dunia yang aku pijaki saat ini.

Hal yang membuatku terkejut adalah ..., mereka yang notebene kartun ternyata tahu betul siapa yang menciptakan mereka. Pak Nizam Razak dan Pak Anas Abdul Azis sebagai Author, dan hal yang paling membuat jantungku memantul adalah ... ketika ayah BoBoiBoy--Amato--memanggil namaku.

"Lama tak jumpa, Arlina Jinendra."

Aku mematung, tanganku gemetar, tubuhku berkeringat, pandanganku tenggelam dan lebih memilih menatap meja yang ada di hadapanku. Dari mana dia tahu namaku?

Di ruangan yang cukup remang ini aku diawasi oleh dua orang--ralat! Tiga orang; Laksamana Tarung, pemuda berkepala mie, dan Amato. Bukan itu saja, di sebelah kananku terdapat kaca yang terhubung dengan ruangan lain. Ada Yaya, Ying, Sai, Shielda, Gopal, Fang, dan ... BoBoiBoy di ruangan itu. Mereka semua menatapku, entah apa tujuannya.

Aku tidak berani menoleh ke arah mereka. Sai dan Shielda itu judes, BoBoiBoy sekarang menatapku dengan tatapan memusuhi, sementara sisanya netral namun menatapku dengan tatapan tidak percaya. Aku yang dahulu selalu tertawa bersama mereka, seketika dijatuhkan ke dalam jurang. Menyakitkan sekali.

Ngomong-ngomong setelah aku ditampar oleh Komandan Koko Ci, aku langsung dibawa ke sini. Tidak ada yang mencegah mereka saat aku dibawa paksa, bahkan Yaya dan Ying yang biasanya baik hati pun tidak bisa membantu. Saat itu hanya BoBoiBoy versi kecil yang berteriak memanggilku--meski dengan sebutan "ibu"--karena dia terkejut dengan apa yang Komandan Kokoci--Atoknya (kakek)--lakukan padaku.

Aku ingat setiap raungan dan kata-kata yang ia lontarkan. "Jangan bawak amaaaaakkk!" 

Itu setidaknya yang aku dengar. Aku bukan pecinta anak-anak, tapi mendengar BoBoiBoy 'Kecil' berteriak sambil menangis membuat hatiku perih.

"Macam ni, saya nak tanya ... kalau boleh tahu, sejak bila awak boleh masuk kat dalam badan Clone ni?" Amato bertanya, mencoba ramah. Dia tahu kalau aku takut padanya.

Aku tidak takut pada Amato, aku hanya takut ... pada Laksamana Tarung. Tanpa ditanya pun, aku yakin kalian tahu bagaimana tabiat Laksamana bervisual singa itu. Ini sudah lewat pukul tujuh dan aku yakin dia sedang tidak dalam mood baiknya.

Meja digebrakkan, membuat jantungku memantul. Kupikir bukan hanya aku yang terkejut, tapi Amato juga. Aku mengangkat kepalaku sedikit. Laksamana Tarung sudah ada tepat di samping kananku, menatapku lamat dengan amarahnya.

Aku menunduk lagi. Takut.

"Apasal kamu senyap ni hah?!"

Aku ingin menangis.

"Rilek Laksamana, Arlin ni masih remaja lagi, psikologi dia tengah terguncang selepas kena tampar dengan Komander," ucap Amato, menenangkan Laksamana Tarung yang mulai naik pitam.

Laksamana Tarung mendengkus gusar. Dia mengalah.

"Arlin ...." Amato memanggil lagi, kali ini dengan suara yang lembut, sangat lembut. Aku dengan perlahan-lahan mengangkat kepalaku. Mencoba menatapnya. "Kalau boleh tahu ... kenapa kamu boleh masuk kat dalam badan Clone?" tanyanya lagi.

AFTER DIE: Deep to BoboiBoy's World [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang