Bab 1

292 50 66
                                    

RULES
Read doang ❌
Vote doang ❌
Read + vote ✅
Read + vote + comment ✅✅
Read + vote + comment + follow ✅✅✅
--------------------------------------------------------------

Dua Minggu Kemudian

Jangan! Jangan! Tolong... Kembalikan..."

Sepasang kelopak mata itu menyentak terbuka karena gema di kepalanya. Kedua bola mata berwarna coklat gelap di baliknya menyorot ketakutan. Suara penuh ketakutan tadi... Itu suaranya sendiri. Tapi ia tak ingat apa yang membuatnya begitu ketakutan.

Perlahan ia menegakkan tubuhnya, mencoba mengenali keberadaannya. Ia kini menemukan dirinya setengah berbaring di atas ubin semen bercampur pasir dengan penerangan kuning yang suram.

Ia menegakkan tubuhnya lagi hingga dalam posisi duduk. Kini ia bisa melihat sekelilingnya. Deretan toko-toko yang sudah tutup dan lahan parkir yang kosong di seberangnya. Langit pun tampak gelap tanpa bintang. Pantas saja ia tak melihat seorang pun yang melintas. Tampaknya mereka sudah enggan bepergian pada saat seperti ini, meskipun beberapa kendaraan tampak berkelebat dengan kecepatan tinggi di jalan besar di depan sana.

Lelaki kurus itu meringis saat berusaha bangkit. Ia merasakan nyeri di sekujur tubuhnya. Sambil berpegangan pada salah satu dinding toko, ia terus memaksa berdiri tegak. Dan saat telah berdiri sempurna, ia membiarkan tubuhnya bersandar sejenak pada jeruji toko hingga menimbulkan suara gaduh ketika punggungnya beradu dengan jeruji-jeruji itu.

Aku harus terus berlari.

Terpaan angin dingin yang membuatnya menggigil karena pakaiannya hanya kaus putih tipis dan celana hitam berbahan kain serta nyeri di tubuhnya tak menghalanginya untuk kembali berlari.

Aku gak boleh tertangkap.

*

Cassandra mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia benci sempat tertahan di kantor di saat semua orang–mungkin–sudah bersiap tidur. Krishna, bosnya, tak puas dengan hasil kerjanya tadi hingga ia harus melakukan revisi beberapa kali. Bahkan setelah beberapa menit meninggalkan kantor, ia masih merasakan gejolak di dadanya.

Musik. Biasanya musik bisa meredakan ketegangan. Telunjuk lentik perempuan itu pun terulur pada tombol radio di bawah dasbornya. Begitu menyala, yang ia dengar pertama kali adalah siaran berita. Sambil berdecak, ia mulai memutar tombol penala hingga mendapatkan siaran yang ingin didengarnya.

Sesekali matanya bergantian memperhatikan jalanan yang sepi dan layar radio dengan cahaya kehijauan itu. Sesaat kemudian senyumnya merekah saat telinganya menangkap alunan musik lembut yang mengalun pelan dari pelantang di ketiga sisi interior mobilnya.

Namun saat kepalanya kembali mengarah ke depan, sesuatu berwarna putih melesat dari arah kanan menuju bagian depan kendaraannya.

Cassandra menginjak pedal rem dalam-dalam sebelum sempat menabraknya. Samar, terdengar suara berdecit dari luar. Suara ban mobilnya. Tapi sesuatu yang belum ia tahu bentuknya itu sudah menghilang dari pandangan.

Apa itu? Ke mana perginya?

Demi menjawab rasa penasarannya, gadis itu tergesa membebaskan diri dari lilitan sabuk pengaman dan melompat ke luar menuju bagian depan mobil.

Seorang lelaki muda terduduk di bawah cahaya lampu mobil Cassandra yang dibiarkan masih menyorot. Lengannya yang kurus dan putih terangkat melindungi wajahnya dari sorotan lampu. Seperti lengannya, tubuhnya juga tampak kurus. Begitu kurusnya hingga jakun di lehernya terlihat menonjol. Namun begitu, kulitnya begitu putih dan terawat, meskipun ia terlihat agak kotor dan lusuh.

✔Erased [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang