|01| Kisah Awal

82 21 62
                                    

Happy Reading❤
Jangan lupa vote and komen.♡

Maaf ya ditinggal berbulan-bulan😭

"Garis takdir yang mempertemukan kita.
Ketika sebuah kata 'asing' menjadi 'ingin sering'. Iya, ingin sering ada di sampingmu."


Suara deritan kursi bergeser memenuhi ruangan bernuansa putih nan dingin.
Suara helaan napas terdengar disana, juga ketukan jari seolah sedang menunggu dengan tidak sabar.

"Selamat pagi," sapa Pak Danang.

Suara berat mengintruksi, semua orang diruangan itu mendongkak, memperhatikan satu sisi yang paling berbeda di sudut meja.

"Selamat pagi," jawab mereka.

"Kita lanjutkan rapat yang kemarin sempat tertunda ya." ucap Pak Danang.

"Iya pak." serentak seluruh anggota rapat menjawab.

"Jadi bagaimana rencana Latihan Dasar Kepemimpinan yang akan kita adakan bulan depan?" tanya Pak Danang.

Acara rapat telah dimulai, rapat kali ini membahas tentang Latihan Dasar Kepemimpinan untuk anggota osis dari berbagai sekolah yang akan diadakan bulan depan.

***

Selama duduk di kursi dalam ruang rapat forum osis ini, aku merasa terus diperhatikan oleh sepasang mata yang terus mengikuti setiap gerakanku. Pemilik sepasang manik mata itu bernama lengkap Glen Hamif Megantara. Namun lebih dikenal dengan nama Glen Megantara. Dia adalah salah satu anggota osis dari SMA Cakra Buana.

Rapat telah diakhiri sejak tadi oleh Pak Danang selaku pemimpin rapat forum osis se-kabupaten hari ini.

"Afika, mana proposalnya yang kemaren?" tanyaku pada Afika.

"AIH ANGGRETTA. GUA LUPA BAWA, GIMANA DONG?" tanya Afika histeris.

"Ah lo gimana sih." ucapku kecewa.

"Emang harus banget hari ini ya minta tanda tangannya?" tanya Afika.
"Iya lah, kalo gak hari ini kapan lagi?" Aku kembali melempar pertanyaan pada Afika.

"Bulan depan udah acaranya tau fik, kita harus cepet ngajuin proposalnya." ucapku pada Afika.

"Yaudah besok gua bawa deh. Apa mau sekarang? Gua balik dulu nih ngambil proposalnya?" tanya Afika.

"Yaudah balik gih sono, gua tungguin. Auto nunggu sendirian gua." ucapku.

"Yaelah Ta, nunggu bentaran doang ngeluh mulu lu" ujar Afika.

"Iya yaudah sono cepet!" perintahku pada Afika---sahabat sekaligus anggotaku dalam organisasi osis.

"Eh Fika, gua nunggunya di Taman kecil deket lapangan basket ya." ucapku pada Afika sebelum keduanya pergi.

"Okeee." ujar Afika.

***

Retta melangkahkan kakinya menyusuri Taman kecil yang dihiasi dengan tumbuhan yang dominan hijau itu. Ia memainkan ikat rambutnya yang berada dijari tangan.

ANGGRETTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang