1.Dia dan Daia
Pagi ini cuaca begitu cerah. Suasana di sekitar sebuah perumahan masih tenang dan tentram. Namun beda halnya dengan sebuah rumah sederhana dengan cat putih. Suasana didalamnya begitu kacau karena sebuah teriakan yang begitu menggelegar.
“Woii bangun udah malam,” teriak seorang gadis kepada kakak kembarnya. Lah ni anak aneh bener. Kan kalau malam waktunya tidur, ini kok disuruh bangun. Tapi positif thinking aja, mungkin dia belum makan atau mandi. Makanya disuruh bangun.
“Pagi deterjen...bukan malam,”sahutnya dengan mata yang masih tertutup rapat.
“Enak aja lo ngatain gue deterjen,”ujar Daia kepada kakaknya itu. Yah gadis itu bernama Daia Anggraini.
“Lah nama lo kan Daia. Lo juga tahu kan kalau deterjen ada yang namanya daia sama kayak lo,”ujarnya sambil memperbaiki posisinya untuk duduk menghadap adik kembarnya.
“Aisss ini semua gara-gara emak ngasih gue nama yang aneh,”celetuk Daia sambil bersedekap dada. Astagfirullah kamu ini berdosa banget ya nyalahin emak lo sendiri.
“Jangan nyalain emak, untung aja lo bisa lahir sehat walafiat ke dunia ini,”ujarnya.
“Lo mah enak, nama lo ngak terlalu aneh. Lah gue sungguh aneh tapi nyata,”ujar Daia membela dirinya sendiri.
“Terserah lo aja deh. Gue mau siap - siap dulu. Lo juga mending siap-siap sana, ntar kita telat ke sekolah lagi. Ini kan hari pertama kita mos,”ujarnya sambil menuju kamar mandi untuk mandi. Yah jelaslah mau mandi, ya kali mau konser.
“Iya deh iya ...,”ucap Daia yang langsung ngacir ke kamarnya . Mereka memang tidak satu kamar. Karena kalau mereka ditempatkan dalam satu kamar yang sama, maka setiap detik akan terjadi pertengkaran hebat hanya karena masalah sepele.
Setelah beberapa menit, suasana yang sunyi senyap kembali berubah menjadi kacau akibat ulah dua anak kembar.
“Good morning my family, Dia si cantik kambekk,”teriaknya sambil menuju meja makan. Yah gadis itu bernama Dia Anggraini, kakak kembar si deterjen Daia.
Daia yang tidak mau kalah dengan kakaknya pun juga ikut berteriak “Daia yang cantiknya lebih dari si Dia juga kambekk."
“Enak aja lo, gue lebih cantik yah,”ujar Dia. Sebentar lagi perang dunia ke 3 pasti terjadi nih.
“Pede banget lo bambank, udah jelas kalau gue yang lebih cantik,”ujar Daia sambil menjitak kepala kakaknya dengan ganas.
“Aisss sakit woi,”ucap Dia seraya mengelus kepalanya yang menjadi korban keganasan si deterjen.
“Udah deh kalian jangan banyak bacot, mending kalian duduk terus sarapan,”lerai Dedi kakak sikembar.
“Iya...,iya gue yang cantik ngalah,”ucap Dia.
“Tuh kan pedenya mulai lagi,”ujar Daia kepada kakaknya.
“Lo kali yang pedenya udah tingkat desa.”
“Kalian kalau mau ngebacot terus, ntar gue depak lo berdua dari rumah ini,”ancam Dedi. Depak aja ke Filipina, biar bisa ketemu sama jodoh author. Ehh nggak deng. Ntar mereka suka lagi sama jodoh author.
“Jahat bener lo kak,”ujar Dia yang diangguki oleh Daia.
“Makanya jangan ngebacot mulu. Puyeng gue dengernya,”ujar Dedi.
“Ehh kok ada yang kurang yah,”ujar Dia sambil memperhatikan sekitarannya. Do'i lo kali yang nggak ada.
“Iya bener...tapi apa?”tanya Daia.
Dia nampak berpikir. Dan setelah beberapa detik, ia pun langsung teriak.
“Ahha gue tahu,”teriak Dia yang membuat Dedi dan Daia terlonjak kaget.
“Ya ampun dek, lo ngagetin gue aja,”ujar Dedi sambil mengelus dadanya.
“Hehe...maaf gue tadi lagi khilaf,”ucapnya sambil cengengesan.
“Apa yang lo tahu?”tanya Daia kepada saudara kembarnya.
“Yang beda itu karena mama sama papa ngak ada,”jawabnya.
“Lah kak emangnya mama sama papa kemana?”tanya Daia kepada Dedi.
“Mereka lagi kondangan. Tempatnya jauh makanya mereka pergi pagi-pagi,”jawab Dedi.
“Oh gitu toh,”ucap Daia dan Dia kompak.
Setelah sarapan, mereka berdua pun langsung berangkat ke sekolah.
Mereka berdua memutuskan untuk naik angkutan umum. Sebenarnya sih mereka punya motor, tapi karena bensinnya habis jadilah mereka naik angkot.“Aduh nih angkot mana sih, gue udah capek banget berdiri dari tadi,”gerutu Daia sambil menghentakkan kakinya. Awas sepatunya rusak, ntar bolong tau rasa lo.
“Sabar napa...,bentar lagi tuh angkot pasti lewat,”ujar Dia dengan raut muka santainya.
“Gue ngak bisa sabar,”ucap Daia. Orang sabar makin glowing loh.
“Serah lo aja,”ujar Dia.
Setelah beberapa lama menunggu, dari kejauhan mereka melihat sebuah moge menuju ke arah mereka. Semakin dekat......dekat..........dan.......
Duk
“Aduh kepala gue,” teriak Dia karena sebuah botol bekas minuman mengenai kepalanya.
“Wahahahah...,sorry yah gue sengaja,” teriak pria yang dibonceng oleh temannya sambil tertawa ngakak. Nggak ada akhlak ni anak.
“Bego banget si tuh orang, dia kira gue ini tong sampah kali,” gerutu Dia sambil mengelus kepalanya.
“Lo mirip kali sama tong sampah,”celetuk Daia.
“Tau ah gue udah kesel banget,”ujar Dia dengan muka cemberut.
Tbc
Hi gess sekian dulu yah...
Sampai jumpa di part selanjutnya
Kalau ada kesalahan mohon maaf yah...
Jangan lupa vote,koment,share dan follow akun author yah
Salam sayang dari author😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarlah Takdir Yang Menentukan
Teen Fiction"Kenalin nama gue Daia tapi bukan detergen"ucapnya memperkenalkan diri dengan lantang. "Kenalin gue Dia tapi bukan dia yang datang terus ninggalin"ucapnya dengan mantap. Dia dan Daia adalah saudara kembar. Selama 3 tahun mereka berdua memiliki musu...