Pillow Talk

417 29 0
                                    

Kadang keduanya akan melakukan pillow talk sebelum mereka terlelap.

Shu Sakamaki x Reiji Sakamaki
.
.
.
ModernAU, Fluff, OOC, typo, Yaoi, BxB.
.
.
.
Rate: T

Beatrix melempar cangkir rapuh itu ke dinding. Pecahan cangkir itu sebagian mengenai tubuh pemuda ringkih yang terduduk ketakutan.

Air matanya menuruni pipi gembilnya, sementara pandangannya masih tertuju ke bawah. Seolah enggan menatap sang Ibu yang mengamuk di hadapannya.

"Katakan Reiji! Bagaimana bisa nilaimu turun hah?! Kau juga bolos les selama seminggu! Apa yang kau lakukan hah?! Bermain dengan anak-anak miskin itu?! Bahkan sepupu saja bisa memiliki nilai tertinggi di angkatanmu!" Caci Beatrix geram.

Tangan kanannya meremas selembar kertas yang diketahui sebagai lembar ujian pemuda tadi.

Bibir bawah gigit, menahan tangis dan isakan yang bisa keluar begitu saja.

"Ta-tapi B-bu.."

"Sudah berani melawan juga?! Dimana tata kramamu hah?!" Sebuah tamparan mendarat di pipi mulus pemuda itu.

Reiji terdiam walau air matanya sudah turun begitu deras ditambah pipinya yang terasa panas.

"Menjijikan! Kau itu laki-laki! Kenapa kau menangis hah?!" Tamparan lain kembali ia terima, bukannya berhenti malah semakin membabi buta.

Cairan merah mulai keluar dari sela mulutnya karena bibir yang terluka. Reiji terisak dalam duduknya, dia benar-benar tak menyangka Ibunya akan setega itu padanya.

Dua belah pipi di cengkram membuat pandangan keduanya saling beradu, iris biru milik Beatrix bersitatap dengan iris merah muda Reiji yang terbasahi oleh air mata.

"Sekali lagi kau mendapat nilai buruk dan membolos saat les, aku pastikan akan mengurungmu di ruang bawah tanah" Desis Beatrix penuh kekesalan. Dia kemudian mendorong begitu saja wajah Reiji ke bawah membuat tubuh kecilnya ikut terdorong dan menabrak dinding kamar sang Ibu.

Langkah kaki Beatrix mulai menjauh, pintu kamar ia biarkan terbuka begitu saja, Reiji meringis kesakitan.

Seluruh tubuhnya sakit setelah menerima banyak cambukan dan benturan yang di lakukan Ibunya. Dia mencoba duduk kembali, memfokuskan pandangannya yang kabur karena terbentur dinding.

"Reiji?"

Kepalanya menoleh ke sumber suara dengan sangat perlahan, di sana terlihat siluet kakaknya. Pemuda dengan surai pirang oren itu mendekat, meringis samar saat melihat kondisi adiknya yang babak belur.

Tubuh mungil ia angkat begitu mudah, dengan segera membawa Reiji ke kamar mereka yang ada di lantai atas.

Sesampainya di kamar keduanya, Shu segera meletakkan tubuh Reiji dengan hati-hati di atas ranjang miliknya. Kemudian keluar kamar untuk membawa sebaskom air hangat, handuk, dan juga kotak P3K untuk mengobati sang adik.

Sementara itu, Reiji merebahkan dirinya di kasur kakaknya. Diam-diam meresapi aroma maskulin yang tertinggal disana yang mampu membuat dirinya begitu rileks.

Zutto...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang