Tangga Nada

314 24 0
                                    

Kadang, Reiji akan sangat kebingungan hanya untuk sebuah tangga nada.

Shu Sakamaki x Reiji Sakamaki
.
.
.
Typo, OOC, BxB, Yaoi, Incest.
.
.
.
Rate: T++

Hari ini kelas 11-1 atau lebih tepatnya kelas Shu dan Reiji sedang berada di ruang musik sekolah.

Walaupun tempat itu sudah di klaim oleh tertua Sakamaki sebagai wilayah pribadinya, mau tak mau setiap ketua kelas yang akan memakai ruangan itu harus izin terlebih dahulu kepada Shu.

Selain karena wilayah miliknya, kunci ruangan itu pun yang membuat para ketua kelas meminta izin. Ya, kunci ruang musik tersebut di bawa sendiri oleh Shu.

Ruangan itu begitu hening, hanya ada suara sang guru yang masih asyik menjelaskan tentang materi pelajaran pertama mereka.

"Baiklah, kalian hafalkan dulu nada-nada piano tersebut. Besok kita akan mempraktekkannya" Ujar sang guru seraya membereskan barang miliknya.

Tak lama kemudian sang guru pun keluar dari ruangan tersebut, beberapa siswa mengikuti keluar kelas. Entah untuk ke kantin ataupun kembali ke kelas.

Belum sampai 5 menit, ruangan tersebut sudah kosong. Hanya tersisa dua orang yang masih berada di sana.

Salah satu dari mereka masih fokus dengan buku di hadapannya sementara yang satu hanya diam seraya menatap ke arah pemuda pertama.

Shu menghela nafas, dia beranjak dari tempat duduknya dan mengunci pintu.

Dengan cepat berpindah di sebelah pemuda yang masih fokus dengan bukunya.

Dagunya di angkat membuat wajah keduanya kini saling berhadapan. Iris biru laut menatap dalam Iris merah muda di hadapannya.

"Shu, jangan ganggu. Aku ingin menghafalkan tangga nada ini" Reiji mengalihkan pandangannya. Kini kembali fokus pada buku catatan miliknya, tak memperdulikan sang kakak yang masih tetap ada di hadapannya.

Dagunya dengan diangkat, sekali lagi pandangan mereka kembali bertemu.

Reiji mendengus kecil, "Ada apa?"

Pemuda pirang hanya diam, Iris birunya bergulir ke bawah menatap dua belah bibir pucat yang menampakkan sedikit taring milik Reiji.

Ibu jarinya mengelus bibir pucat tersebut dan sesekali menekannya lalu kembali mengelus bibir Reiji dengan halus.

"Kau tahu, aku ingin menciummu" Ujar Shu secara gamblang, dia bahkan tak segan berkata frontal di hadapan Reiji.

Wajah pucat memerah tipis, sebuah kurva tipis tercipta di wajahnya. Reiji mendorong pelan lengan Shu agar menjauh dari wajahnya.

"Baka hentai" Gumam Reiji seraya terkekeh kecil.

Cup

Tepat setelah Reiji selesai bicara, sebuah bibir dingin lain melumat bibirnya.

Awalnya hanya lumatan pelan yang di lakukan oleh Shu, namun lama kelamaan lumatan itu menjadi panas.

Lidah pun ikut andil dalam permainan mereka. Bibir bawah serta atas di lumat bergantian bagai mengemut sebuah permen.

Lidah Shu mengetuk pelan bibir Reiji, meminta izin masuk dan dengan senang hati pemuda megane itu membuka mulutnya.

Tak memperdulikan salivanya yang sudah turun dari sudut bibirnya, Reiji sudah terbuai oleh ciuman panas Shu.

"Hahh.. Hahh... "

Deru nafas terasa di wajah Shu, di perhatiannya mimik wajah Reiji yang memerah dengan saliva yang turun dari sudut bibirnya.

"Jangan lagi Shu. Bagian belakangku masih sakit" Lirih Reiji memohon, sudut matanya sudah di penuhi air mata hanya karena terlalu menikmati berciuman dengan Shu.

Shu menggeram kecil, dia kemudian menjauhkan diri dari Reiji dan mengambil tepat di kursi yang ada di depan bangku Reiji. Satu tangannya menopang sisian wajahnya seraya menatap Reiji yang masih mengatur nafasnya.

Kelereng biru bergulir kembali, kali ini pandangannya tertuju pada catatan milik Reiji. Di sana ada sebuah tangga nada musik.

"Mau kuajari?" Tawar Shu santai.

"Huh?" Satu alis Reiji terangkat heran. Dia masih belum paham apa yang di maksud oleh Shu.

"Menghafal tangga nada. Setiap kau salah aku akan menciumu satu kali bagaimana?"

Reiji terdiam, dia sedang menimang-nimang tawaran Shu. Dia ingin menolak namun waktu yang di berikan oleh sang guru terlalu sedikit. Dia juga agak kesulitan mengenai semua yang berkaitan tentang musik.

'Tapi kenapa konsekuensinya harus begitu?!' batin Reiji miris.

Setiap dia salah menekan not piano, Shu akan menciumnya dan dia hafal tabiat Shu yang satu itu. Dia pasti tak akan hanya mencium dirinya.

Tapi...

"Iya terserahmu" Daripada dia harus mendapatkan nilai buruk di mata pelajaran ini. Dia lebih baik mengorbankan dirinya.

Shu tersenyum, atau lebih tepatnya menyeringai. Dia segera menarik lengan mungil Reiji menuju piano yang ada.

Penutup piano ia buka dan segera menyuruh Reiji duduk di kursi yang ada. Dengan pasrah Reiji menurut, dia duduk di kursi tersebut sementara Shu berdiri di belakangnya.

"Kita mulai, tekan lah not C"

Iris Reiji bergulir kesana kemari, mencari tempat dimana not C berada.

Cup

"Waktu habis, disini not C-nya"

Jari Shu menekan salah satu tuts selepas dirinya mengecup pipi Reiji. Reiji terdiam untuk sejenak, dia berusaha mencerna kejadian yang baru saja terjadi.

"Yak! Shu!! Kau bilang-" Belum selesai dirinya berbicara, telunjuk Shu sudah berada di depan bibirnya membuatnya mau tak mau menutup mulut.

"Disini aku yang mengendalikannya" Dengan suara rendah dia berbisik di telinga Reiji, meniup sejenak telinga yang memerah sebelum mengulumnya.

"Ngh... Sh-Shu.. Berhenti.."

Erangan dari Reiji membuatnya mau tak mau berhenti, desah nafas kecil keluar. Shu menaruh dagunya di bahu Reiji, agar saat Reiji salah ia bisa langsung menciumnya.

"Kita lanjutkan"

Cup

"Balasannya" Gumam Reiji sangat lirih. Dia bahkan memalingkan wajahnya takut jika bibirnya akan kembali di serang oleh Shu.

"Mulai nakal hm? Mau berapa ronde untuk hari ini?"

"Shu! Sudah kubila-Annhh~"

"Hm.. Kau basah"

"Mng~ Ahh.. Ngh!"

Astaga, mereka benar-benar pasangan termesum -_-

Zutto...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang