Hanahaki (1)

316 21 3
                                    

Dia belum pernah seperti itu sebelumnya. Rasa sakit itu seolah ingin membuatnya menyerah saat itu juga.

Shu Sakamaki x Reiji Sakamaki.
.
.
.
Typo, BxB, Yaoi, Incest, Angst, Sad.
.
.
.
Rate: T.


Entah kenapa hari itu, SMA Ryoutei sedang ramai. Banyak yang membicarakan kejadian kemarin malam.

Di salah satu koridor, pemuda dengan surai gelap berjalan dengan perlahan. Pandangannya mengarah ke bawah dengan tatapan sendu yang sama sekali tak cocok untuk wajahnya.

Kakinya terus berjalan sejak tadi, tak peduli jika ia akan menabrak seseorang nantinya, dirinya hanya ingin sendiri untuk saat ini.

Kilasan peristiwa kemarin tiba-tiba saja berputar di kepalanya, seolah ingin membuatnya untuk terus mengingat kejadian tersebut.

Bak tanda peringatan bagi dirinya bahwa dirinya telah kalah terlebih dahulu sebelum berjuang.

Harusnya dia tahu bahwa mendapatkan hatinya itu susah. Terlampau susah malah.

Harusnya dia mendengarkan ucapan saudara-saudaranya, mencoba untuk berpaling dari kakaknya dan lebih dekat dengan saudaranya yang lain.

Harusnya dia bisa menerima kenyataan ini, kenyataan bahwa dirinya tak akan di anggap.

Harusnya..

Dirinya mengukir senyum miris, kepalanya menunduk membuat wajahnya tertutupi bayangan. Kaki-kakinya masih terus berjalan entah kemana. Typingannya berdengung sekali dua kali kala mendengar berita baru-baru ini.

"... Hey, hentikan"

Nafas yang biasanya tak ia butuhkan mendadak ia hirup rakus. Dia tak pernah seperti itu sebelumnya, dia vampire ingat. Vampire tak butuh udara untuk bernafas, mereka hanya meminum darah untuk hidup.

Tapi nyeri di dadanya membuatnya harus menghirup oksigen lebih guna menghilangkan rasa sakitnya.

Dadanya serasa di himpit sesuatu, seolah ada beban jutaan ton menimpa dadanya menyebabkan pernafasan tak seperti biasanya.

Kepalanya pening, dia bahkan mulai merasakan bahwa keadaan di sekitarnya bergoncang. Pandangannya mengabur dan kadang tak teratur, padahal dirinya ingat jika dia mengenakan kacamatanya.

Langkahnya mulai memberat bersamaan pula dengan kepalanya yang semakin pening.

"... Sakit, ken-a-pa.. Ini?"

Ada apa dengan dirinya? Kenapa dia tak seperti biasanya?

"Arghh.. Sakit"

Matanya terpejam erat, pening di kepalanya semakin menjadi. Seperti ada sebuah palu yang menghantam kuat kepalanya berulang.

Dengan perlahan dia mencoba membuka matanya, pandangannya masih tak beraturan dan semakin tak karuan saat dia tetap memaksakan diri.

Tangannya terangkat hendak menarik rambut gelap miliknya, berusaha menghilangkan rasa pening tersebut.

Pandangannya mulai menghitam, telinganya kembali berdengung hebat hingga ia yakin bahwa dirinya menjadi tuli mendadak.

Dalam sekejap kesadarannya hilang, tubuhnya tumbang begitu saja di lantai koridor yang sangat sepi.

Cairan merah keluar dari lubang hidungnya dengan deras, mungkin jika di biarkan siswa lain pasti akan menduga bahwa dirinya adalah korban pembunuhan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Zutto...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang