Kalau aku, percaya bahwa semua kejadian di dunia ini bukanlah sebuah kebetulan. Melainkan takdir. Seperti ia yang tiba-tiba datang masuk kedalam kehidupanku.
🌻🌻🌻
Dua hari yang lalu.
Uring-uringan sepanjang jalan, aku tidak memperhatikan jalan dan orang-orang di sekitarku yang mulai memandangiku dengan aneh. Gara-gara makhluk jantan yang kurang ajar itu, sore hariku benar-benar menjadi hancur. Berbagai macam pikiran-pikiran aneh dan emosi-emosi liar mulai berkecamuk di otakku. Rasa sedih dan kesal bahkan beradu satu. Sehingga aku tak tau bagaimana harusnya aku bersikap. Inging meluapkan emosi takut menangguk malu, seperti ingin menangis tapi tak mau.
Sembari sesekali membenarkan totebag ku, aku berjalan dengan cepat. Menuruni anak tangga tanpa memerhatikan turunan. Aku berhenti sejenak ketika melihat kantin dikerumuni banyak manusia-manusia kelaparan. Pandanganku menyapu meja-meja yang ada disana, hingga menemukan tiga orang tengah makan dengan tenang.
Bruakkkk!!
Aku menggebrak meja dengan agak kencang, membuat ketiga temanku terlonjak kaget sekaligus melemparkan tatapan kesal padaku. Tanpa menghiraukan pandangan mereka, aku langsung duduk dan menyambar botol tumbler milik Mia kemudian segera meneguk habis sisa air yang ada.
Kudengar Mia mendesis kesal setelah mengetahuiku menghabiskan airnya. "Lo kesel boleh," Ia segera menyambar tumbler nya yang sudah kosong dari tanganku. "tapi ga gini juga. AH SEBAL!" gerutunya sembari memasukkan tumbler kosongnya kedalam tasnya dengan ekspresi tak ikhlas.
"MAAPIN. DEHIDRASI GARA-GARA EMOSI SOALNYA." Jawabku ngegas, dan kusadari emosiku kembali muncul ketika mengingat makhluk jantan yang satu itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Quarter Life Crisis
ChickLitBLURB Cinta, sahabat, jati diri. Manusia selalu memiliki fase pencarian ketiga hal tersebut. Mudah? Jelas tidak. Akan ada muncul masanya ketika yang seiring menjadi sangat asing. Yang tak biasa menjadi terbiasa.