...
Namaku Bokuto Koutarou apa aku sangat bodoh ya? Atau aku sangat polos? Entahlah. Ngomong-ngomong aku menyukai seorang gadis yang menjadi calon manager baru. Memang benar aku diam-diam meliriknya. Jika saja Konoha yang setiap saat tidak menggodanya. Berhenti membuatku cemburu, mungin kini aku tidak akan mengganggunya dan menbuatnya mendengar suara toaku. "Bokuto-san, berhenti membuat Konoha-san berisik." Aku menatap Akaashi kesal. "Dia yang menggangguku AARGKHASEH!" Konoha menatapku kesal. "Kapan aku yang mengganggumu Bokuto!" Tidak mendengarkannya aku mengambil minuman yang tidak jauh dariku. "Bokuto, bukankah itu sangat berlebihan?" Shirofuku menghampiriku. Aku hanya terdiam dan membiarkan dia mengoceh dengan aku tidak mendengarkan ocehannya hingga akhir. Ketika pulang aku memutuskan untuk pulang sendirian tidak seperti biasanya aku akan pulang bersama Akaashi. Entahlah hari ini moodku sangat jelek sekali.
Aku membuka pintu dan terlihat ibuku yang menyiapkan makanan dan mungkin ayahku masih bekerja membuat kami bertiga jarang ketemu. Jika pun ibuku pulang sekarang pasti ada hal yang membuatnya pulang sangat awal. "Koutarou, tolong belikan kaa-san bumbu yang ada di daftar ini. Kita kehabisan bumbu dirumah, maafkan aku yang terlalu sibuk bekerja ini." Aku hanya menurutinya. Jam menunjukan pukul tujuh malam, tidak lama sebenarnya setengah jam yang lalu aku telah membeli semua bahan yang ada di daftar yang diberikanku. Tapi, saat ini aku tengah menghindari seseorang tadi jadi aku cepat pulang.
Ketika sampai ayahku telah tiba dan saat ini sedang duduk disofa menikmati kopi hangat dengan melihat televisi. "Koutarou," aku menoleh dan menghampirinya. "-tolong kau bantu ayah besok. Kau bisakan?" Aku mengangguk meng'iya'kan perkataannya. "Ayah ingin kau membantu ayah mengantar barang nenekmu yang tertinggal disini. Dan bantu ayah juga mengambil barang ditempat pamanmu." Aku mengangguk dan pergi menuju kamarku, entahlah hari ini aku bukan seperti diriku seperti biasanya. Aku merasa kesal entah tapi pada siapa dan rasa kesal itu terus membuatku marah.
Pagi sekali kami sekeluarga pergi sekalian menjenguk nenek yang jarang kami kesana. Ditengah perjalanan Akaashi menelfonku dan menanyakan mengapa aku tidak mengikuti latihan. Aku membalas sekenannya saja. Hingga menjelang sore dan kini aku masih dirumah nenekku.
Minggu pagi aku memutuskan melakukan jogging disekitar rumahku setelah kami pulang tadi malam lebih tepatnya jadi aku mulai melakukan aktivitasku yang tidak biasanya.Tepat ketika aku berhenti ditaman kota untuk mengistirahatkan diri. Aku memandang awan sambil bersenandung kecil. Aku menutup mataku, mengingat mimpi buruk yang kuimpikan semalam.
.
.
.
"Aku..."Aku melihat seorang pria memakai topeng yang tidak kukenal tapi, mengapa aku merasa dia ada disekitarku selama ini? Dan aku melihat seorang gadis yang mungkin lebih muda dariku dengan seragam yang terlihat familiar, tapi aku tidak dapat melihat wajahnya yang tertutup tubuh pria itu. Aku mencoba untuk menghampiri tapi setelah lebih dekat aku berhenti. Kakiku kaku bahkan untuk bergerak pun tidak bisa. Itu gadis yang kusukai, tapi tubuhnya penuh bercak darah. Dan ketika aku melihat pria dengan topeng itu aku terkejut itu...
Aku membuka mataku dan melihat 'dia'dengan tangannya memegang pundaku. Tapi segera diurungkannya dan wajahnya bersemu. "Aku kira senpai tertidur," ujarnya dengan malu tapi aku tau dia mencoba mengajakku berbicara. "Aku hanya merenungkan sesuatu," dia mengangguk tapi setelahnya aku memutuskan untuk meninggalkannya tapi, dia menahanku? Dia menatapku bingung dengan wajah yang gelisah. "Apa kita pernah bertemu?" Aku hanya tersenyum dan melepaskan genggaman tangannya. "Mungkin? Tapi memang kurasa kita pernah." Aku tersenyum dan meninggalkannya.
Aku memutuskan merendam tubuhku dalam air hangat mencoba merilekskan diriku tapi aku kembali melihat cermin yang tidak jauh dariku. "Aku mencintaimu..." aku menenggelamkan tubuhku didalam bathup. Hari minggu dengan baju latihan aku memutuskan untuk berlatih sendiri karena aku datang sangat pagi dan sekolah masi sepi, tapi aku mendengar suara seseorang didalam loker dan kulihat itu Konoha dengan sebuah pisau disembunyikannya. Aku terkejut tapi aku mencoba bersembunyi dan mencoba mencari informasi darinya. "Aku...akan memilikinya dan selamanya dia menjadi miliku." Aku terdiam kaku perkataan yang sama, seperti dalam mimpiku. Aku memutuskan berlari mencoba mencari jalan dengan berpura tidak mendengar dan tidak tahu.
Aku tersadar ketika aku berada jauh dari tempat sekolah dan pandanganku berkunang, apa yang terjadi pada tubuhku? Tenggorokanku rasanya sangat panas. Pandanganku buram dan aku bertemu dengannya sesaat sebelum semuanya gelap.
Aku tersadar jika aku berada di tempat sebuah kamar tapi terasa asing. Aku mencoba memahami sekitarku dan aku merasakan tangan yang halus menyentuh dahiku, "Untungnya demammu sudah turun, bagaimana bisa kau sakit demam tinggi tapi kau berada dijalan?" Aku hanya terdiam dan setelahnya aku kembali membaringkan tubuhku. Tanpa sadar aku menangis dan membuatnya khawatir. Setelahnya aku mencoba mengistirahatkan tubuhku sebentar dan waktu cepat berlalu dan kini sudah menjelang sore.
Aku kembali melihat wajahnya yang sangat cantik itu, aku tersenyum dan berterima kasih karena dia telah merawatku. Aku berjalan pulang dengan wajahku yang lesu namun sebuah tangan kurasakan dibahuku dan itu tangan Konoha. Wajah yang biasa ditunjukan itu tersenyum kini menatapku dengan pandangan yang belum pernah kulihat pada dirinya sebelumnya. "Bokuto-san, bisa kita bicara sebentar?" Aku mengikuti semua perkataannya hingga dengan tubuhku yang masih lemas belum pulih sepenuhnya kini aku hanya bisa pasrah ketika dia membawaku disebuah gym.
Aku melihat dia memberikanku sebuah minuman didalam gelas namun, bewarna merah pekat dan terlihat aneh. "Bokuto-san kau pasti hauskan? Aku membawakan minuman ini khusus untukmu. Jangan lupakan rasanya yang sangat manis." Dia tersenyum dan menyodorkanku tapi aku menolaknya secara halus tapi, seketika wajahnya kesal dan dengan paksa menyodorkan minuman itu padaku. "Minum sedikit saja, walau mungkin rasanya terlalu sangat manis untukmu tapi aku yakin itu cukup tidak membuatmu muntah jika saja aku tidak bilang itu darah Akaashi." Aku menyemburkannya dan melempar gelas yang diberikanku. "Kau apa!" aku mulai merasa tidak nyaman, pertama mengapa dia membawaku di gym dengan minuman aneh dan sebuah tas yang ditaruh tidak jauh darinya tapi kini dia mengunci pintu gym membuatku dan dirinya saja yang berada didalam gym.
"Satu kata saja Bokuto, tidak usah pakai embel apapun kau tau maksudku," dia mengambil tas itu dan mengeluarkan pisau yang kuliat tadi pagi kini dia menatapku kesal. "-cukup aku saja yang tau jika kau menjadi mayat setelah ini." Aku berlari jauh dan mencoba menghindar beberapa kali, dengan tubuhkku yang masih lemas ini. Aku mencoba berlari sejauh mungkin mencoba mencari cara agar aku bisa keluar dari tempat ini. Aku oleng dan dia menancapkan pisau itu pada punggungku dan dia membaliku mencoba melawan dengan sisa tenaga dan pandanganku yang kabur dan blur.
Tusukan dalam yang menyakitkan kurasakan dan nafasku tersendat ditengorokanku seakan tidak akan keluar jika aku tidak berteriak dengan sangat kencang. "Aku tau kau menyukai (name) tapi, sekali kau menyukainya seperti layaknya Akaashi, kau juga akan mati." Dengan sisa nafas yang kupunya, "Apa tujuanmu melakukan ini padaku?" Dia tersenyum dan semakin memainkan pisaunya yang menancap didadaku. Dengan menarik dan menusuknya berulang kali. "Matilah dan selamanya dia akan menjadi milikku,...."
Gelap yang kurasa dan semuanya gelap dan beberapa kali kurasa tusukan kembali menghunjam di dadaku, sangat dalam.
.
.
.
Aku memandang jauh melihat bayangannya yang terlalu jauh dan tidak bisa kugapai, apa pada akhirnya aku dan dirinya tidak akan bersama? Hingga akhirnya aku akan tersapu bersih seperti debu...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Seorang bernama Bokuto Koutarou seorang siswa dari sekolah SMA Fukurodani, pagi ini dia telah melakukan aksi telah membunuh kedua temannya yang bernama Konoha Akinori seangkatannya dan seorang siswa kelas dua bernama Akaashi Keiji serta seorang gadis kelas satu bernama (fullname) yang dinyatakan hilang selama tiga hari."
KAMU SEDANG MEMBACA
IT'S ABOUT OUR NOT YOU OR ME (BOKUTO KOUTAROU)
Fiksi PenggemarAku terduduk menatap gadis di depanku ini. Gadis cantik yang selalu kupikirkan. Dan setiap kali memikirkannya aku bahkan tersenyum tapi, dia kini menatapku marah karena aku mengambil sesuatu darinya. "Kembalikan!" pintanya tapi aku hanya tersenyum...