YOU
.
.
.
Aku kembali termenung dengan wajah yang lesu menatap ruangan dengan kaca didepanku, dengan Bokuto didalamnya dengan pakaian putih yang membuat kedua tangannya terikat.
Apa yang membuatmu menjadi seperti ini. Aku berjalan menemui salah satu perawat penjaga dan penjaga itu membiarkanku masuk dengan melihat Bokuto-san yang kesakitan menahan suntikan morphine, "Kuatkan dirimu."
.
.
Aku terdiam saat itu masih sore dan kami semua berada di gym dengan keadaan biasa dan berlatih seperti biasa namun tiba-tiba saja lampu gym mati aku memutuskan untuk menuju gudang mencoba mnecari saklar yang berada di sana namun pintu gym tertutup dan disusul gedoran kencang disalah satu tempat diluar gym, kami takut tentu saja tapi disana tidak ada pelatih dan hanya beberapa anak saja. Melihat keadaan yang tidak memungkinkan Konoha-senpai menyusulku dan memutuskan menemaniku sayangnya tidak lama ledakan terjadi dan asap aneh keluar dari sela-sela jendela. Apa yang terjadi sebenarnya? Dan selanjutnya semua nampak buram bagiku. Walau aku masih bertahan aku mencoba mencari bantuan dengan mencari benda berat yang dapat menghancurkan jendela. Ketika aku menemukan sebuah palu dan mulai memukulkannya disaat bersamaan pandanganku mulai kabur dan yang kuingat sebuah langkah kaki mendekati.
.
.
.
Aku terbangun dengan mendengar suara teriakan yang sangat pilu dan sangat lirih. Tapi itu terasa berisik dan menyesakkan ditelinga, mencoba membuka mata aku mencoba berteriak tapi, mulutku dibikap oleh seseorang dan aku melihat dengan jelas...
"Bokuto-san?"
"Oh, kau sudah bangun manisku? Kupikir aku membuatmu tertidur terlalu lama. Syukurlah pertunjukan baru dimulai, kau lihat itu sayang? Itu akibatmu kau mengkhianatiku." Aku terdiam tubuh Konoha-senpai berlumur darah dengan pucat dan sebuah gergaji yang...
Aku menangis dan terisak mencoba untuk tidak melihatnya. Apa yang membuatnya menjadi seperti ini? Sementara aku melihat Akaashi-san yang meronta-ronta dengan tali yang mengikat tubuhnya dan aku baru tersadar tubuhku diikat dan digantungkan diudara. "Apa kau sudah gila Bokuto-san!" Akaashi-san menjerit dengan wajah ketakutannya.
Bokuto berbalik menatap Akaashi. "Coba saja," Akaashi meronta dengan tali yang diikat erat pada tangannya dan Bokuto terdiam menuju sebuah kursi dan melihat Akaashi yang berusaha dengan keras melepaskan diri. "Waktumu habis," Sebuah besi melesat mengenai tulang belaka Akaashi. Erangan kesakitan dirasakannya dan setelah itu dirinya terkapar dengan darah yang memenuhi tubuhnya. "Dan waktu untukmu juga sudah cukup sayang, aku akan menikmatimu disaat terakhir saja." Pengait rantai yang tersambung dengan tubuhku dilepas menyebabkan diriku jatuh dan dengan gampangnya Bokuto-san mengangkatku dan berjalan keluar ruangan. Menuruni tangga dengan cepat dan sampai diruangan seperti lorong yang panjang dan gelap. "Nikmati kesendirianmu sayang." Pintu itu tertutup aku semakin ketakutan dengan suara Konoha-san yang terkapar lemah terakhir kulihat tapi kini, teriakan lirih itu semakin terdengar kencang. Pusing semakin lama melanda dan makin lirih pula teriakan yang didenagr aku terdiam termenung, memikirkan waktu kapan ini akan berakhir? Atau aku juga akan diperlakukan sama? Aku mendengar suara pintu terbuka entah sudah berapa jam aku terkurung disana.
"Kini kau hanya miliku sayang..."
DOR
.
.
.
.
.
Air mata itu aku mengusapnya dengan lembut diatas ranjang rumah sakit, wajah yang pucat pasih itu dengan lirih menatapku. "(Name), sakit..." ujarnya pelan seperti berbisik. "Tidak akan lama kok, Bokuto-san bertahan ne?" dengan anggukan lemah pria itu menangis. "Aku akan datang lagi menjengukmu," anggukan kembali kuterima. Diatas meja tidak jauh darinya tertera dokumen identitas disana.
Nama. D : Koutarou
Nama. B : Bokuto
Umur: 18 tahun
Gender: Laki
Penyakit: Skizofrenia Paranoid
Masa rehab: 4 bulan - sekarang
Aku terdiam, menatapnya kembali yang kini tertidur dengan tenang akibat efek obat. Aku melihat beberapa perawat yang masuk. Menarik ranjang itu dan melewatiku seakan aku tidak berdiri disana, seperti angin. "Aku harap kau tau, aku tidak akan pernah nyata."
.
.
.
.
Ya, itu hanya sebuah khayalan atau halusinasi belaka? Memimpikan bertemu seseorang yang akan selalu berada disisinya yang menyayanginya dan melindunginya. Sedari awal memang Bokuto tidak mengharapkannya tapi itu terus terbayang dengan semua hal yang dilaluinya. Trauma masa kecil, keluarganya yang hancur, seakan itu selalu menghantuinya. Berharap segera berakhir tapi semakin parah dirirnya dibuat rasa kesal yang menumpuk dan siap kapan saja akan meledak. Layaknya bom waktu yang siap meledak kapan saja. Sedari awal itu semua tidak nyata. Dia hanya tau jika dia malam itu bertemu seseorang yang mirip dengannya yang dapat dianggapnya kakak dengan kedua pribadi yang berbeda, dan semua tau jika Bokuto Koutarou selama ini hanya hidup dalam kesendiriannya. Berita tentang pembunuhan itu? Itu tidak nyata setidaknya tidak dengan kedua temannya tapi kedua orang tuanya yang mengakibatkan dirinya memikirkan cara membunuh mereka walau dalam angan-angan saja. Kenyataan yang paling disesalkan sesungguhnya dirinya tidak sadar jika telah melakukan hal yang sangat diinginkannya didalam lubuk hatinya, berlindung dari kedua orang tuanya yang membuatnya mejadi sedemikian rupa dan tanpa sadar dia melakukan itu atas dasar keinginannya bukan sadar dalam alam sadarnya.
MAKASI YANG UDAH BACA! :) bay
FIKS YA INI UDAH TAMATT BAY!
KAMU SEDANG MEMBACA
IT'S ABOUT OUR NOT YOU OR ME (BOKUTO KOUTAROU)
FanfictionAku terduduk menatap gadis di depanku ini. Gadis cantik yang selalu kupikirkan. Dan setiap kali memikirkannya aku bahkan tersenyum tapi, dia kini menatapku marah karena aku mengambil sesuatu darinya. "Kembalikan!" pintanya tapi aku hanya tersenyum...