Summary :
Sebuah perjodohan kuno harus menjadi pedang diantara tali persaudaraan si kembar Choi. Kekalutan hati dan rasa cinta yang harus kandas menyertai pernikahan keduanya. Choi Changmin yang sudah mulai menaruh hati pada sosok Pangeran bijaksana...
#Subjudul diambil dari salah satu track di Mini Album The First
AWAS! WASPADALAH! Typo berserakan!!!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sekali lagi, helaan nafas terdengar dari sosok Omega manis yang setia menatap pintu tertutup di depannya. Tangannya penuh ragu untuk mengetuk dan menggeser pintu itu. Changmin menatap nampan yang ada di tangan, mengingat sang kakak yang dua hari ini sangat susah dibujuk makan. Tentu saja dia ikut sedih, dan kali ini, dia sendiri yang menawarkan pada Taemin untuk membujuk Chanhee makan.
Tangannya mengetuk pintu kamar itu lalu mengatakan kedatangannya. Tidak ada sautan dari dalam, Changmin menghela nafas, dengan perlahan pintu itu digeser. Terlihat Chanhee sedang duduk di dekat jendela, menatap pemandangan malam dari jendela itu. Dinginnya angin yang masuk tak dihiraukan.
Changmin meletakkan nampan makan malam Chanhee di depan sang kakak, lalu ikut duduk menatap ke luar jendela.
"Bulan biru sudah lewat, tapi kenapa malam terasa tetap sedingin ini?" mendengar suara sang adik, Chanhee sontak menoleh. Dia kira yang akan datang pasti sang ibu, nyatanya ini malah adik kembarnya.
Changmin ikut menoleh, Omega manis itu tersenyum menatap sang kakak.
"Aku tahu ini pasti berat dan tidak adil untukmu. Tapi kita terjebak dan tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan tawaranku yang ingin bertukar posisi pun ditentang mentah-mentah oleh orang tua kita." Changmin menunduk. "Maafkan aku."
Chanhee mendekat, memeluk tubuh kecil Changmin yang justru terisak merasakan pelukan hangat sang kakak.
"Gwaenchana. Aku hanya terkejut dan butuh waktu sendiri untuk menenangkan hati dan pikiran. Maaf telah membuat kalian khawatir." Changmin menggeleng keras dalam dekapan Chanhee.
"Hyungnim harus makan, mereka sudah menentukan tanggalnya. Aku dengar, sekitar seminggu lagi. Hyungnim tidak boleh sakit di saat hari bahagia itu." Chanhee hanya bisa terkekeh pilu mendengar kata 'hari bahagia'. Bagaimana bisa dikatakan hari bahagia jika keduanya bahkan tak saling mengenal dan tiba-tiba harus tinggal bersama dan menjalani bahtera rumah tangga?
"Hyungnim mungkin tidak percaya, tapi menurutku, Hyungnim adalah Omega yang sangat beruntung bisa menjadi pendamping Pangeran Sangyeon." Ada nada iri pada perkataan itu. Chanhee menatap sang adik tak mengerti.
Kedua saudara kembar itu saling menatap, Changmin tersenyum lalu menggenggam tangan lentik sang kakak.
"Aku mungkin terlalu dini menilainya, tapi... selama bertemu dengannya, dia adalah Alpha yang baik. Dia perhatian, bertanggung jawab, bijaksana, dan sosok yang sangat mengayomi." Changmin tersenyum kala mengingat bagaimana semua sikap Sangyeon selama mereka menghabiskan waktu bersama. "Aku bahkan sempat berpikir betapa beruntungnya orang yang bersanding dengannya nanti. Dan..... " Changmin menatap Chanhee yang sedari tadi menyimak ceritanya, dia tersenyum menatap wajah cantik sang kakak. "Aku bersyukur karena ternyata orang beruntung itu adalah kakakku sendiri."
