Part 4 - Behind the Alley

21 4 4
                                    

Jalanan ditempat ini saat malam lumayan sepi, hanya ada beberapa kedai kecil yang masih terbuka. Begitu pula orang yang lewat disekitar sini.

Suasana sepi diikuti tiupan angin malam yang sedikit mengibarkan rambutku, beserta beberapa suara orang-orang dari kedai sebagai latar membuat pikiranku tenang.

Ditemani oleh beberapa lampu jalanan, aku terus menelusuri jalan dengan santai sambil melihat kelangit berharap ada bintang-bintang kecil yang bisa ku hitung.

Tentu saja tidak ada.

Kemudian aku berbelok ke gang sempit untuk mengambil jalan pintas untuk pulang.

*Brukk*

Tubuhku menabrak seseorang.
"Uh… Maafkan aku."

Pria tersebut mengenakan topi terlalu kebawah sehingga aku hanya bisa melihat bagian bawah wajahnya. Ia hanya menunduk mengangguk kecil, lalu melewati aku berjalan menjauh.

Dengan sedikit penasaran aku memperhatikan pria tersebut. Sangat jarang ada yang mengetahui gang ini karena dari luar hanya tampak seperti gang sempit biasa.

Menghiraukan pria tadi, aku berjalan memasuki gang, tampak tembok sekitar 2 Meter berdiri kokoh sebagai akhir dari gang. Dengan ringan aku melompat dan menjulurkan kedua tanganku keatas, lalu meraih ujung tembok.

Setelah sedikit berjuang untuk naik, aku melompat ke sisi lain tembok dan mendarat ditanah dengan mulus. Sangat sulit melakukannya beberapa bulan yang lalu, sepertinya aku sudah lumayan terbiasa.

Dihadapanku hanya ada semak-semak dan beberapa pepohonan. Tidak banyak yang mengetahui kalau dibelakang sisi tembok itu adalah gang yang langsung menuju ke jalanan kota, sehingga aku sering diam-diam pergi kesini untuk menghemat waktu. Aku hanya butuh 15 menit untuk sampai kerumah lewat gang itu dan butuh waktu 35 menit melalui jalan biasa. Namun, alasanku menggunakan jalan ini tentu saja bukan untuk menghemat waktu ke rumah.

"Miaw~"

"Ya Chika, aku disini."

Kucing dengan kaki gemuk dan bulu oranyenya yang lembut mengeluskan kepalanya dikakiku. Aku membuka tas, mengambil kaleng tuna yang sempat ku beli dimini market sebelah restoran. Lalu membuka penutup kaleng itu, dan memberikannya kepada kucing betina yang kuberi nama Chika.

Beberapa bulan yang lalu, dia sangat kurus, tidak terawat dan lemah. Saat aku secara teratur memberikannya makan, dia menjadi besar dan berisi seperti bola bulu yang empuk. Melihatnya makan dengan lahap, membuatku berjongkok mendekatinya untuk menyentuh perutnya yang gendut, Chika terlihat sedikit terganggu menatap ku sambil terus mengunyah.

"Kau sungguh sehat dalam sekejap."

Hp disakuku bergetar saat aku terus mengganggu Chika makan. Aku mengambilnya dan melihat bahwa Axel menelponku dengan panggilan video. Disini terlalu gelap untuk menerimanya panggilannya, jadi aku berdiri untuk menerimanya ditempat yang bercahaya.

"Sampai bertemu lagi Chika." Ucapku kemudian pergi melalui semak-semak rendah dan melangkah keluar mendapati diriku ditaman bermain kecil.

Aku duduk disalah satu ayunan terdekat dan menerima panggilan. Dari layar hp, terlihat seorang pria dengan rambut coklat kekuningannya acak-acakan dibantal tersenyum cerah kearahku. Lalu suara menjengkelkannya keluar dari speker hpku.

-Kau sungguh lama sekali menerimanya sehingga aku mengira aku akan tertidur sebelum kau menerima panggilanku.

Entah mengapa aku mulai merasa kesal hanya mendengar ocehan omong kosongnya.

"Berisik."

Dengan tertawa geli dia menjawab sambil membuat ekspresi nakal.

-Tapi kau akan selalu menerimanya karena kau mencintaiku, tidak ada orang lain yang menyayangimu sebesar aku kau tahu?

[DISCONTINUED]The DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang