Bab 1

76 7 4
                                    

Jika aku hidup di dunia ini hanya sebagai seorang benalu, maafkan aku.
~Nayla Az-Zahra

-Suara Hati Nayla-

Langkah kakinya gontai, terus berlari tanpa memperdulikan wanita yang sedari tadi mengejarnya. Ia tak menoleh sedikitpun, perasaannya bercampur aduk ketika 15 menit yang lalu ia dipermalukan dengan tak pantas. Sedang seorang wanita tersebut tersengal-sengal kakinya mengejar sang gadis. Wajar saja wanita itu sudah berumur, mengejar gadis muda dengan lincahnya berlari kencang layak seorang atlet. Ia gopoh, lalu terjungkal di jalan.

"Aduh ..." Ringisnya kesakitan dengan napas berat.
Dari jarak sekitar 1 meter, mata sang gadis berkaca-kaca. Ia masih tak terima akan perlakuan terhadap dirinya. Namun, ia juga tak tega melihat sang wanita yang mengejarnya itu terjatuh ke aspal jalan. Sembari menangis, ia menghampiri wanita itu lalu mengulurkan tangannya.

"Mama gak kenapa-kenapa kan?" tanyanya kepada wanita itu yang sedari tadi mencoba membenarkan posisi tubuhnya lalu menyambut tangan sang gadis.

"Iya Nak, Mama baik-baik saja."

***

Seorang gadis sibuk merapikan rumahnya bersama seorang pembantu. Mereka sibuk membersihkan ruangan dalam rumah yang begitu megah, baik itu ruang tamu, ruang makan dan seluruh ruangan lainnya, hal tersebut dilakukan karena akan ada tamu yang spesial. Ya, hari ini keluarga mamanya akan segera datang, namun gadis tersebut melamun tak jelas entah apa yang ada di dalam pikirannya. Sedari tadi ia merasa tak enak, firasatnya aneh. Hidup dalam lingkungan keluarga kaya raya membuat ia merasa tercukupi, namun ia sadar siapa dirinya.

"Non Nayla kenapa? Kok ngelamun?" bi Laras membuyarkan lamunannya seketika.

"Ha? Kenapa?" tanyanya yang sedari tadi tak fokus mengelap dinding kaca yang ia lakukan berulang-ulang pada kaca yang sama.

"Non disuruh Nyonya siap-siap, bentar lagi keluarga Nyonya nyampe."

"Iya Bi."

Ia bergegas ke kamar mengganti pakaiannya dengan gamis warna biru gelap serta jilbab senada yang menjuntai panjang.
Namanya Nayla Az-Zahra, gadis yang baru saja lulus SMA dan sekarang ia tengah mendaftar kuliah di Universitas Indonesia, PTN impiannya. Pengumuman kelulusan adalah suatu hal yang selalu ia nantikan. Hidup serba ada membuatnya selalu berkecukupan, walaupun ia tak pernah meminta lebih. Ia gadis yang sederhana, hidup di tengah keluarga kaya raya tak membuatnya sombong kepada siapapun. Di balik itu semua, terselip rasa takut dalam dirinya ketika keluarga mamanya_Meysa yang berasal dari Kalimantan hendak berkunjung ke rumah mama angkatnya tersebut. Ya, Meysa seorang pengusaha besar di Jakarta adalah mama angkat Nayla, bukan mama kandungnya. Hal tersebutlah membuatnya takut ketika keluarga Meysa hendak berkunjung ke Jakarta dan tentunya Nayla juga akan bertemu dengan mereka. Hal yang ia pikirkan adalah apakah ia nantinya diterima? Apakah ia siap menghadapi semuanya? jika ternyata dikucilkan bagaimana? Nayla merasa bahwa ia wajar jika nantinya dikucilkan oleh keluarga Meysa, sebab dengan entengnya hidup layaknya seorang benalu.

Meysa adalah seorang janda, suaminya meninggal tepat 15 tahun yang lalu, ia tak mempunyai anak, dan sekarang Nayla telah menjadi bagian dari hidupnya, ia telah menganggap gadis itu putri kebanggaan dirinya. Musibah yang menimpa Nayla 1 tahun yang lalu, membuat Meysa merasa kasihan pada gadis shalihah itu. Ia tak tega membiarkan sang gadis sendirian tanpa kasih sayang dari kedua orang tuanya.

Suara Hati Nayla~TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang