Bab 2

40 5 0
                                    

Manusia hanya bisa berencana, namun Allah-lah yang Maha menentukan. Semua atas kehendak Allah, apapun akan terjadi atas kuasa-Nya.
~Nayla Az-Zahra

-Suara Hati Nayla-

Allah Ta'ala berfirman dalam QS. Ya-Sin: 82:
Innamaaa amruhuuu izaaa arooda syai'an ay yaquula lahuu kun fa yakuun

Artinya:
"Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, Jadilah! Maka jadilah sesuatu itu."

***

"Mama gak kenapa-kenapa kan?" tanyanya kepada wanita itu yang sedari tadi mencoba membenarkan posisi tubuhnya lalu menyambut tangan sang gadis.

"Iya Nak, Mama baik-baik saja."

"Hiks ... Hiks aku gak mau Mama kenapa-kenapa," Nayla menangis sejadi-jadinya dalam pelukan Meysa. Ia takut jika harus kehilangan Meysa juga, walaupun ia tahu tidak ada manusia yang abadi di dunia ini. Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian pikirnya. Ia hanya ingin semasa hidupnya bisa membuat Meysa bangga, karena 1 tahun yang lalu Nayla belum dapat membahagiakan kedua orang tua kandungnya. Ia telah lebih dulu meninggalkan Nayla untuk selama-lamanya.

***

Nayla tergopoh-gopoh mengemasi buku-bukunya serta dengan sigap meluncur ke meja makan.

"Nay ... Buru-buru amat sih." Ujar ibu Nayla_Rita, ia terheran melihat tingkah Nayla yang cekatan mengambil roti serta mengolesi selai dengan cepatnya.

"Biasa Bu, anak kita emang disiplin orangnya. Takut telat ya Nay?" Ledek ayah Nayla_Imron melihat Nayla fokus dengan sarapan paginya.

Makanan yang disantapnya habis tak tersisa, ia pun dengan sigapnya mengambil air minum dan meneguknya lalu membuka pembicaraan kepada kedua orang tuanya itu yang sedari tadi terkekeh melihat tingkah lucu anak mereka.

"Ayah, Ibu." Panggil Nayla.

"Iya, kenapa Nay?" sahut Rita sembari membereskan meja makan.

"Mau ngomong apa Nay?" sambung Imron.

"Hari ini Nay mau nerima rapor, ibu dan ayah ke sekolah ya. Bentar aja please ... " Nayla membujuk ayah dan ibunya untuk mengambilkan rapornya.

"Memangnya itu ketentuan dari sekolah Nak?" tanya Imron penasaran.

"Iya Yah, kata wali kelas harus bawa orang tua kalau mau ambil rapor. Tahun ini beda dengan tahun sebelumnya." Jelas Nayla meyakinkan kedua orang tuanya.

"Jadi gini Yah, Nay ke sekolah duluan sama Maya, Ibu dan Ayah nanti menyusul. Soalnya penerimaan rapor yang diambil oleh orang tua itu pukul 8 pagi, sebenarnya Ayah saja yang mengambilnya nggak apa-apa, tapi Nay maunya Ayah dan Ibu hehe. " Sambung Nayla panjang lebar.

"Serakah anak kita Bu," Imron terkekeh pelan.

Maya sahabatnya Nayla tepat berada di depan rumah sederhana milik keluarga bahagia Nayla, ia memarkirkan motornya dengan sigap.

"Assalamu'alaikum Nayla ... " Teriak Maya.

"Wa'alaikumussalam." Jawab Nayla dan orang tuanya serentak.

Keluarga bahagia Nayla yang tengah berada di meja makan, sontak menghentikan pembicaraan mereka saat sedang asyik bercanda.

"Bu, Yah kayaknya itu Maya deh. Nayla pamit ke sekolah dulu ya. Udah ditungguin." Nayla beranjak dari tempat duduknya dan mencium pungguk tangan kedua orang tuanya.

Suara Hati Nayla~TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang