Bab 15

9 3 2
                                    

Aku tak tahu dengan sikapnya, kadang ia marah, berbicara datar, dan dingin. Kadang pula dia bersikap lembut, ada apa dengan dia?
~Nayla Az-Zahra

-Suara Hati Nayla-

Tak ada yang pernah tahu betul dengan sikap seseorang. Kadang marah, kecewa, kesal, sedih, lembut bahkan kasar. Itulah yang membuat Nayla bingung pada Dafa. Hari ini, sikap Dafa kerap berubah-ubah. Nayla tak mengerti ada apa dengannya?  Hati Nayla terus bertanya-tanya, namun tak urung mendapatkan jawaban. Salah satu caranya agar emosi Dafa tidak meledak-ledak adalah dengan terus bersikap baik pada Dafa. Sebab jika kekesalannya itu dibalas dengan kemarahan, Dafa berubah menjadi orang yang paling kasar di dunia ini menurut pandangan Nayla. Nayla berdoa kepada Rabb-nya, Ya Allah yang Maha membolak-balikkan hati. Semoga Kak Dafa bisa berubah menjadi orang yang lebih baik. Batin Nayla.

Dafa baru saja pulang ke rumahnya. Tak seperti biasanya, Dafa pulang dengan perasaan bahagia. Sedari tadi ia mengembangkan senyuman, mengukir manis di bibirnya itu. Dafa berjalan menuju kamar sembari senyam-senyum sendiri, kalaulah ia sekarang ada di jalan pastilah orang mengira Dafa sudah gila. Ibu Dafa yang sedang menyapu lantai tak jauh dari kamarnya itu, dikejutkan dengan perubahan sikap anaknya. Ya, Dafa tinggal bersama ibunya, ayahnya sudah meninggal sejak ia masih kecil.

Ibunya Dafa terus menatap anaknya yang sedari tadi tersenyum menuju kamar. Ibunya Dafa_Linda terperangah, sejak kapan anaknya bahagia seperti itu? Biasanya sehabis kuliah wajahnya kusam karena tugas atau kegiatannya di kampus. Linda pun menghampiri Dafa yang masih setia dengan senyuman yang terukir dari bibirnya, "Dafa, kamu kenapa Nak? Nggak biasanya senyam-senyum sendiri?" tanya Linda menggoda Dafa.

Melihat Linda yang tiba-tiba ada di dekatnya, Dafa merasa malu. Sebab sedari tadi ia fokus pada lamunannya, hingga ia tak menyadari bahwa Linda telah memperhatikan tingkahnya yang sangat berbeda 180 derajat.

"Ibu? Nggak kok Bu. Dafa lagi pengen bahagia aja." Jawab Dafa sembari menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal sebab ia merasa malu kepada Linda, ibunya Dafa yang sangat lembut itu.

"Ibu pernah muda Nak, kamu lagi jatuh cinta ya?" Linda mendekati Dafa, lalu kembali menggodanya.

"Nggak kok Bu." Dafa mulai menyangkal, namun sikapnya tak bisa membohongi Linda. Linda tahu, jika Dafa gugup saat ditanya, pasti ia tengah menyembunyikan sesuatu.

"Nggak apa deh dirahasiakan. Ibu akan menunggu kabar itu." Ucap Linda terkekeh pelan. Linda adalah sosok ibu yang sangat mengerti Dafa, walaupun anaknya itu memang pemarah tapi Linda tahu bagaimana cara menghadapinya. Maka dari itu, Dafa tak pernah kesal pada ibunya kecuali pada orang lain. Hanya dengan kelembutan seorang ibu membuat ia merasa lebih tenang.

"Kamu udah sholat Nak?" tanya Linda lembut.

"Udah kok Bu, di kampus." Jawab Dafa berbohong. Selama ini Linda selalu menyuruh anaknya sholat. Tetapi Dafa sering membohonginya. Linda tak pernah gentar untuk selalu menasehati Dafa untuk menjadi anak yang baik dan ia terus berusaha agar anaknya bisa menjadi orang yang penyabar. Walaupun itu sangat sulit baginya. Hati Dafa sangat keras untuk menerima itu semua.

"Dafa ke kamar dulu Bu." Ujar Dafa seraya meninggalkan Linda, lalu menuju kamarnya. Kamar adalah tempat ternyaman bagi Dafa, ia lebih suka menyendiri dan menenangkan pikiran dari hiruk pikuk keramaian.

Dafa merebahkan tubuhnya di atas ranjang, ia menyunggingkan senyuman lalu terkekeh pelan.  Kejadian beberapa jam yang lalu membuat ia tak henti-hentinya merasakan kebahagiaan. Ada apa dengan Dafa? Mengapa sikapnya berubah?

Kebahagian tersebut, membawa ia kembali pada kejadian beberapa jam yang lalu.

"Apa kabar bro?" tanya sahabat Dafa yang bernama Arka yang sedari tadi menunggunya di lapangan basket.

Suara Hati Nayla~TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang