Begin

10 1 0
                                    

Tadinya Namjoon tidak ada niatan untuk mampir ke kedai kopi langganannya, bahkan pria itu berniat untuk langsung pulang ke apartemen demi melanjutkan tidur berkualitasnya yang tertunda karena harus mengurus project mixtape comebacknya di gedung agensi. Tapi terkadang hati dengan pikiran manusia tidak pernah sinkron.

Alih-alih meminta manager hyung mempercepat laju mobilnya untuk sampai apartemen, Namjoon justru memintanya untuk memberhentikan mobil di kedai kopi. Dia pikir dirinya butuh asupan kafein sebelum kembali ke apartemen. Jadi, disinilah Namjoon, duduk di sofa empuk kedai kopi dengan ditemani segelas ice americano dan sepotong cheese cake serta manager hyung di hadapannya.

Kedua matanya mungkin masih akan fokus beberapa jam ke depan pada layar iPadnya, melanjutkan menulis lirik lagu untuk mixtapenya kalau saja perempuan yang baru masuk ke dalam kedai kopi ini tidak menarik atensinya.

Perempuan itu terlihat sederhana dalam balutan work dress hitam dipadukan dengan blazer kotak-kotak dengan rambut bergelombangnya  yang digerai hingga bahu. Riasan tipis pada wajahnya membuat perempuan itu terlihat cantik. Namjoon pikir tanpa riasan pun sebenarnya perempuan itu memiliki kecantikan yang natural dan dia begitu tertarik.

Sama seperti hormon laki-laki dewasa pada umumnya dimana mereka akan tertarik saat kedua penglihatannya terkunci pada lawan jenis yang mereka temui. Dan fakta itu tidak ditampik oleh Namjoon. Lagipula hanya tinggal dia dari semua anggota grupnya yang belum menikah. Bahkan Jimin akhir bulan ini akan melangsungkan pernikahannya.

Jadi, setelah menelaah kembali alarm perintah yang berbunyi di otaknya untuk segera menghampiri perempuan itu maka di menit berikutnya Namjoon sudah berdiri dari kursinya dengan ice americano ditangannya, meninggalkan manager hyung dengan tatapan bingungnya. Dia  berjalan menghampiri perempuan yang menarik atensinya saat pertama kali datang yang baru saja memilih tempat duduk setelah selesai memesan pesanan di meja kasir. Beruntung suasana kedai kopi sepi karena memang sudah lewat tengah malam dan tentu saja orang-orang akan lebih memilih untuk tidur dibandingkan datang ke kedai kopi di pagi buta hanya untuk meneguk kafein.

"Halo," sapanya tanpa tendeng basi-basi dan membuat perempuan itu mendongak  defensif ke arah dirinya.

"Aku Kim Namjoon."

Namjoon tidak pernah berpikir dua kali untuk memperkenalkan dirinya dengan sangat percaya diri itu kepada perempuan yang baru ditemuinya. Dan tentu saja itu membuat perempuan yang mempunyai bola mata secoklat karamel memandangnya penuh dengan raut terkejut dan  kebingungan.

"Boleh aku duduk di sini?"

Karena tidak ada jawaban sama sekali dari perempuan tersebut Namjoon dengan berani menawarkan diri untuk duduk di hadapannya. Padahal kursi kosong masih banyak di tempat lain.

Sedikit ragu perempuan itu membiarkan Namjoon untuk duduk di hadapannya.

"Baru pulang bekerja?" Namjoon membuka ruang obrolan setelah detik sebelumnya penuh keterdiaman.

Perempuan dihadapan Namjoon itu mengangkat kedua bahunya dengan melipat kedua tangan di dadanya dan bersandar pada sandaran kursi di belakangnya.

"Seperti yang kau lihat, budak corporat yang terikat aturan," jawab perempuan itu. Dia merasa sedikit agak aneh berbicara pada orang asing di depannya ini seperti teman lama yang baru berjumpa lagi.

Namjoon tertawa kecil menampilkan dimple di salah satu pipinya kemudian mengusak rambutnya ke atas. Sementara itu manager hyung hanya mengulum senyum melihat tingkah Namjoon yang terlalu bar-bar saat mendekati perempuan asing yang baru dikenalnya dari tempatnya duduk. Beruntung tidak ada orang lain di kedai ini sehingga manager hyung tidak terlalu takut dengan adanya wartawan atau penguntit yang akan memunculkan berita-berita  keesokannya karena Namjoon yang sedang mencoba mendekati seorang perempuan di sebuah kedai kopi di pagi buta.

Masih membawa embel-embel nama groupnya memang tidak bisa membuat Namjoon bergerak bebas seperti orang pada umumnya. Namjoon harus bersikap hati-hati ketika melakukan sesuatu karena mata-mata media dan fans masih terus menatap ke arahnya. Meskipun groupnya kini sudah tidak lagi memperpanjang kontrak.

"Hidup memang pilihan menjadi tuan atau kita yang dipertuankan." Namjoon menimpali sambil sesekali menyesap ice americanonya.

Perempuan itu mengangguk menyetujui apa yang dikatakan Namjoon. Tak lama pesanannya datang secangkir cokelat panas dan sepotong red Velvet.

"Omong-omong kerja di perusahaan apa?" Namjoon bertanya lagi. Kedua netranya begitu fokus memperhatikan perempuan yang sedang melahap potongan red Velvet tersebut.

"Samsung life insurance."

"Wow!"

Kedua mata Namjoon membelalak kaget mendengar jawaban perempuan di depannya.

"Kenapa?" Perempuan itu bertanya bingung ketika melihat reaksi Namjoon yang begitu terkejut.

"Tidak. Hanya berterimakasih pada Tuhan karena bisa bertemu dengan salah satu orang dari perusahaan asuransi  jiwa terbesar di Korsel ini," jawab Namjoon dan membuat perempuan tersebut tertawa.

"Berlebihan sekali," balasnya.

"Aku hanya pegawai biasa bukan direktur utama dari perusahaan tersebut."

"Tapi tetap saja itu suatu kehormatan bagiku. Oh ya, omong-omong..."

"Namjoon sudah saat kita kembali ke apartemen." Manager hyung menyela ucapan Namjoon saat berdiri tepat di sisinya.

"Ah, sayang sekali aku harus pergi dan meninggalkan obrolan ini. Anyway, terimakasih karena sudah membiarkanku mengganggu waktu anda nona manis. Aku harap kita bisa berjumpa lagi nanti."

"Well, yeah. I hope so."

Rasanya Namjoon enggan sekali pergi dari tempat ini saat dirinya mulai banyak membuka obrolan dengan perempuan yang baru dikenalnya beberapa menit lalu meskipun sampai Namjoon meninggalkan kedai kopi itu dia  belum mengetahui siapa nama perempuan dihadapannya itu.

Daily Life Kim NamjoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang