Mengenang masa Kecil

444 45 11
                                    

Disuatu distrik ternama, terdapat sebuah Sekolah Dasar yang terlihat sangat ramai dari hari-hari biasanya. Normalnya, dihari biasa sekolah akan ramai karna riuh teriakan dan ocehan murid-muridnya. Namun pada hari ini, ramai karna waktu dimana para Ibu berkumpul membicarakan nilai anak mereka dalam satu semester ini.

PENGAMBILAN RAPOT SISWA/i SD TITAN SHIGANSHINA

Pada kesempatan ini, siswa kelas 4 mengadakan pentas puisi yang direncanakan oleh wali kelasnya.

Setiap siswa HARUS membuat puisi karangan untuk orang tersayang dan dibacakan didepan orang tua mereka.

Tak hanya puisi, siswa juga boleh unjuk gigi. Bukan nunjukin gigi, tapi menunjukkan bakat terpendam seperti; pandai menggombal sejak dini, berdrama pura-pura sakit padahal engga, menyanyi berbagai lagu dari Shinzou wo Sasageyo sampai lagu Titanku ada lima, juga boleh.

Pertama-tama, kita mulai dari absen pertama. Yakni; Amin Arlartu

"Hai... disini Mimin mau jelasin teori yang Mimin dapet pas beraq sambil baca ensiklopedia, mengenai bumi itu bulat atau datar. ...." dan disini, Amin menjelaskannya hampir 2 jam sebelum sang guru yang mulai ngantuk mendengar teori Amin yang muter-muter.

Kita lanjut pada absen ke 2. Yakni; Anni Leonhayati

"Titanku ada 5
Rupa-rupa somvalknya
Ada yang ngupil dimata
Juga ada yang kayang

Si Lepi datang bunuh
DOR!
Ban mobil ngagetin Lepi

Titannya lari-lari
Mereka goyang 'peti mati'.

Dah!"

Peserta-peserta sudah tampil menunjukkan bakatnya. Sampailah kita pada si imut kesayangan Cikgu Yasmin yang mentranslate namanya jadi Cikgu Melati. Yakni; Eren Jaeghaifar

Disini dia membawakan puisi yang sangat menyayat hati.

"Ibuku,
Kaulah Ibuku
Istri Ayahku
Ibu Kakakku
Anak kakek-nenekku
Kakak Tanteku

Oh Ibu,
Engkaulah wanita
Dan bukan pria
Engkau selalu memakai daster bila belanja
Dengan sendal selow pelengkapnya

Oh Ibu,
Terimakasih sudah mencuci kolorku

Sekian puisi dari saya.
Babay^^"

Puisi diakhiri lambaian tangan serta senyum manis tapi wajahnya pucat gemetaran. Nerveous katanya.

Peserta-peserta tampil menunjukkan bakat mereka didepan orangtuanya. Eit! Murid tercogan(ngaku sendiri) kita juga tak mau kalah. Yak! Siapa lagi kalau bukan;

Jean Kurnawan

"JEAN-BOY!! TAMPILKAN YANG TERBAEKK!!" Dari bangkuk bagian belakang Ibu dari Jean berteriak menyemangati ala cherleader.

"SIAP, MAKK!! DUKUNG JEAN YAAA!!!" Balas Jean tak kalah teriak. Cikgu Jasmin sweatdrop dibuatnya.

"Kalian juga!! Dukung Jean dengan vote cerita ini yang buanyak, YAAA!!!" Tunjuk Jean pada kamera. Lah? Maaf salah server:v. Abaikan.

Piiip...!!!

"Disini Jean-boy mau ngegombal buat Mikasayang... " ujar Jean malu-malu kuda. Eh.

'Masih bocil udah belajar jadi buaya. Emang turunan bapaknya' batin Ibu Jean.

"Wahai, Mikasayang...ー"

Duakk!!

Sebuah kursi melayang hampir mengenai Jean. Sang pelaku ternyata pujaan hatinya sendiri, Mikasa.

Respon Mamanya Mikasa? Ngacungin jempol ke anak bungsunya, dong.

"Lanjut, Jean" pinta Cikgu Melati.

"Okeh, cikgu. Ekhemー"

"Ntar, iklan dulu. Batuk? Minum baigon. Batuk hilang, nyawa melayang. Lanjot!!" Potong Eren yang ngupil sambik duduk lesehan kayak lagi di warkop.

" ... " Jean menatap dengan wajah datar.

"Okeh. Wahai, neng Mikasayー"

"Lu bilang lagi kayak tadi gw panggilin pak Ustad sekalian baca tahlil buat lu." Ujar Mikasa dengan tatapan menusuk. Ibunya Jean apakabar? Dia mah kagak peduli ama anaknya, yang penting apdet status NA kalo dia lagi rapat walas.

"Ulang!"

"Wahai, Mikasa... engkau bagaikan selimut, selalu ada disaat aku kedinginan. Oh, Mikasa... kau bagaikan lampu yang bersinar terang dalam gelapnya pengelihatanku ketika menutup mata. Dear, Mikasa... aku, Jean Kurniawan ingin menjadikanmu pendampingku.... meski sedikit sulit menghadapi banyak tantangan, kita 'kan hadapi bersama. Akan ku singkirkan Eren dari hatimu..., kau dan aku... " Jean berbicara dengan sangat menghayati. Hingga tak menyadari hawa tak mengenakkan yang berasal dari Mikasa.

Bahkan seluruh penghuni kelas tadi sudah pamitan pada Cikgu Melati. Tinggal Jean dan Mikasa yang didalam. Jean meneguk ludah paksa.

"Lu. Gak. Akan. Bisa. Ngilangin. EREN. Dari hati gw.!" Ujar Mikasa penuh tekanan.

"MAAAKK!! TOLONGIN JEAN-BOY, MAKK!!" Teriak Jean berlari menghindari lemparan alat tulis (apa saja) dari Mikasa dibelakangnya.

"Pun10, Jean-boy, bapak kau nungguin dirumah. Nanti kalau main pulangnya jangan lama-lama, yaaa" Maknya Jean ngacir menaiki sepeda matic Beast warna putih.











Hy:)

Akhirnya up😂😂 maapkeun paketan hamba yang habeess😅.

Khukhukhu~
╥﹏╥

Shingeki no GesrekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang