Selamat membaca
•
•
•"Selamat pagi anak-anak" Sapa pak Galih selaku kepala sekolah.
"Pagi pak" Jawab seisi kelas 11 IPS B bersamaan.
"Bapak ke sini cuma mau nganter murid baru, pak Hasannya bentar lagi juga masuk."
"Lia, kamu memperkenalkan diri." Lanjut pak Galih.
"Cantik juga tuh cewek"
"Boleh jadiin gebetan nih mah"
"Siuitt manis banget sih"
"Ekhemm, perkenalkan nama saya Vanesha Aqilia Roberts kalian bisa memanggil saya Lia. Saya harap kalian bisa menerima saya di kelas ini, terima kasih." Ucap Lia berusaha ramah memperkenalkan dirinya.
"Jangankan berteman jadi pacar mah hayuk atuh" celetuk salah satu murid laki-laki di barisan belakan yang membuat kegaduhan di kelas itu.
"Sudah-sudah" lerai pak Galih.
"Lia? kamu bisa duduk dengan Yoriko. Yoriko bisa angkat tangannya?" lanjut pak Galih.
Yoriko yang merasa terpanggil pun mendongakkan kepalannya dan mengangkat tangan kanannya sesuai perintah pak Galih.
Dari depan kelas Lia bisa melihat dengan jelas seorang gadis cantik berambut panjang sedikit bergelombang duduk di barisan tengah mengangakat tangan kanannya. Dia yakin gadis itu lah yang bernama Yoriko, ia pun mengangguk hormat pada pak Galih dan melangkahkan kakinya menuju meja Yoriko.
Yoriko mengulurkan tanganya pada Lia setelah Lia duduk menempati bangku kosong di sebelahnya "Salam kenal, Yoriko panggil aja Yori" ucapnya dengan senyum yang mengembang.
Lia menerima uluran tangan Yori dengan senang hati tapi tidak ada senyum yang terukir di wajah gadis itu, "Lia." ucapnya dengan dingin.
"Lia nanti sepulang sekolah ke ruangan bapak ya? untuk liat kamar kamu di asrama." ujar pak Galih yang masih setia berdiri di depan kelas.
"Baik pak." jawab Lia sopan.
"Pak Hasan udah mau masuk, kalo begitu saya permisi."
"Iya pak." ujar seisi kelas serempak.
"Lia asrama juga? gue kebetulan juga asrama loh, semoga aja bisa satu kamar ya kebetulan juga temen kamar gue udah lulus." racau Yori yang hanya di balas anggukan oleh Lia tanpa menoleh sedikit pun.
❄️❄️❄️
Tok
Tok
Tok
"Permisi, Pak."
"Masuk" mendengar balasan dari dalam ruangan yang ia ketuk pintunya, Lia langsung memasuki ruangan tersebut.
"Duduk dulu." perintahnya tanpa melihat siapa yang datang karena masih sibuk dengan beberapa berkas.
"Owh Lia. mau ke asramanya sekarang?" tanya pak Galih setelah beberapa saat hanya keheningan di dalam ruangan tersebut.
"Iya boleh, Pak."
Lia mengikut setiap langkah kepala sekolahnya itu, mereka melewati jalan yang lumayan sepi hanya terlihat beberapa anak lalu lalang di sini.
"Asrama putra sama Asrama putri di sini berseberangan." jelas pak Galih yang di angguki oleh Lia. "di sana" pak Galih menujuk gedung yang ada di sebelah kiri mereka "itu Asrama putra" Lia hanya mengangguk paham. "dan yang kanan itu Asrama putri."
"Iya, Pak."
"Batas putra dan putri adalah taman ini."
tampa Lia sadari ternyata jalan ia lalu adalah taman, banyak tumbuh tumbuhan hijau di sini ada juga beberapa kusri dan satu air mancur yang di kelilingi kursi berjarak kurang lebih hanya dua meter dari air mancur tersebut.
mereka berbelok memasuki gedung Asrama putri, gedung ini tidak bertingkat namun cukup luas, no! bukan cukup lagi ini sangat luas. mereka melewati koridor dengan banyak murid cewe berlalu lalang di sana, mereka yang melewati mereka menunduk hormat melihat kepala sekolah mereka, ada juga bertegur sapa.
di depan kamar bernomorkan 124 pak Galih menghentikan langkahnya, membuat Lia juga menghentikan langkahnya mengikuti pak Galih.
Tok
Tok
Tok
pak Galih mengetuk pintu itu dengan sopan, menunggu ada balasan orang yang di dalam nya namun tak kunjung mendapat balasan. Akhirnya pak Galih kembali mengetuk pintu itu.
ceklek....
"i-iya a-da apa pak?" tanya gadis yang baru saja membuka pintu dengan gelagapan, pasalnya di hadapannya sekarang adalah pak Galih dan ia merasa tidak berbuat salah sedikitpun.
"Yori, saya cuma mengantar Lia, dia akan menjadi teman sekamarmu mulai sekarang."
lega, gadis yang bernama Yori itu mengangkat kepalanya dan dengan sangat antusias ia menyambut Lia, "wahh! Liaa kita satu kamar!" ucap Yori dengan sangat semangat namun tetap tidak mendapat respon hangat dari Lia. Sedari tadi walaupun mereka duduk satu bangku Yori belum pernah mendengar Lia berbicara, paling cuma menjawab ocehan Yori dengan berdeham atau sebatas "oh" "ya" "ga".
"Ya sudah saya permisi."
sepeninggalan pak Galih kedua orang itu masih berdiri di ambang pintu dengan Yori yang tidak henti mengoceh dengan Lia yang hanya merespon jengah mendengar ocehan itu. entahlah mengapa Lia menjadi pribadi yang seperti ini, ia hanya merasa lelah dengan hidupnya ia rasa dengan dirinya seperti ini hidupnya akan sedikit tenang.
"Lia, ayo masuk."
mereka berdua pun melangkahkan kakinya memasuki ruangan yang di sebut kamar tersebut. oh jangan lupakan kopermu Lia, hampir saja ia meninggalkan koper merahnya di depan pintu. ia sudah berat-berat menyeret koper tersebut sedari tadi sangat tidak epik jika koper itu hilang karena keteledorannya.
"Selamat datang teman kamarku yang baru." pekik Yori heboh ketika mereka sudah memasuki makar dengan nuansa krem dan dua kasur yang saling berjajar.
"Lia kamu tidurnya di sini ya" lanjutnya dengan menepuk kasur di sebelah kanan. lagi lagi Lia hanya mengangguk. melihat respon itu lagi membuat Yori membuang nafasnya dengan kasar, belum saat ia menanyakan semua pertanyaan yang mengganjal untuk temannya itu.
❄️❄️❄️❄️❄️
Haiii Author kembali, maaf banget nunggu lama hehe. semoga masih ada yang nunggu cerita ini.
kasih kritik dan saran dong cerita ini atau buat Thanks Iqbal juga boleh.
di tunggu kritik dan sarannya, kalo ga ada juga gapapa hehe.
makasiii,
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Girl [Hiatus]
FanfictionIni cerita tentang gadis 17 tahun yang belum pernah merasakan keharmonisan dalam keluarga, keluarganya terbilang kaya tapi tidak dengan kasih sayang, ia tak pernah mendapatkannya. Gadis itu memilih untuk hidup mandiri dan tinggal di Asrama, seolah m...