Pergi

8 1 0
                                    

Assalamu'alaikum manteman🙌
Ada yang nggak sabar baca cerita Li nggak? Kalo ada langsung koment;)
Jangan lupa, bacanya sambi dengerin lagu di atas ya👆

Ok, cuss aja;)

Happy reading semua:D

*****

Mata sembab, pipi memutih, bibir yang pucat, serta selimut yang basah sudah menjadi kebiasaan bila pagi hari menyambut gadis itu. Rambut yang acak-acakan dan baju yang lusuh menjadi pelengkapnya.

Gadis itu memandang lurus dengan tatapan kosong. Entah apa yang sedang gadis itu pikirkan. Hingga ...,

Tok tok

Suara ketukan pintu kamar, berhasil membuat gadis itu sadar dari lamunannya. Ia mengerjapkan matanya berkali-kali. Berusaha memulihkan kesadarannya.

Ditatapnya pintu itu lamat-lamat. Dalam benaknya, ia bertanya, Siapa yang mengetuk pintu pagi-pagi seperti ini?

"Non Alu, ayo ke bawah. Sarapan dulu Non," jeda seseorang di balik pintu, "sebelum Non Alu pergi," lirihnya yang masih bisa di dengar gadis itu.

Kini ia tau siapa yang memanggil. Bi Sun. ART di rumah orang tuanya. Kedua orang tuanya memang membawa ART dari Indonesia. Alasannya, karena Bi Sun memang sudah sangat dekat dengan keluarganya. Jadi, daripada mencari yang baru, lebih baik membawa yang lama.

"Non," panggil Bi Sun lagi karena gadis itu belum menjawabnya.

"Iya Bi. Alu ke kamar mandi dulu," balasnya sedikit berteriak.

"Bibi turun dulu Non," pamit Bi Sun dan pergi dari sana.

Gadis yang dipanggil 'Alu' itu menginjakkan kaki menuju kamar mandi. Gosok gigi, cuci muka, hingga akhirnya mengguyur seluruh tubuhnya.

Air berjatuhan membasahi setiap lekuk tubuhnya. Dari ujur kepala, turun hingga ujung kaki, kemudian mengalir menuju lubang kecil.

Dalam hati, gadis itu berharap, semoga segala rasa sakit dan penyesalan yang selama ini terpendam bisa ikut terbawa arus air.

*****

Keluar dari kamar mandi. Gadis itu mengusap rambutnya yang basah dengan handuk kecil. Ditatapnya sebuah foto yang memperlihatkan dua gadis sedang tertawa bersama. Tangan mereka penuh dengan es krim cair. Dipegangnya foto itu.

"Kenapa nggak gue aja yang ada di posisi lo? Kenapa harus gue yang selamat?" Monolog gadis itu.
"Lo tau? Gue hidup sengsara. Gue hidup dengan segala penyesalan. Semua nyalahin gue di sini ... padahal gue nggak salah," lirihnya sambil menunduk.

Di sela-sela suasana sedih itu, gadis itu tiba-tiba teringat bahwa ia hari ini akan pergi. Cepat-cepat ia memakai baju dan bersiap diri.

*****

Memakai celana jeans hitam panjang dengan baju sweater berhoodie warna pink tua dengan gambar 3 beruang kecil di bagian dada, serta sepatu sneakers putih, kaki itu mulai menuruni anak tangga satu persatu. Rambutnya yang sepunggung ia kuncir kuda.

Matanya tak lepas dari seorang wanita paru baya yang sedang bermain ponselnya di sofa ruang keluarga.

Saat hendak menghampiri wanita itu, tiba-tiba wanita itu berdiri dan beranjak menuju tempat tidurnya.

Gadis itu menunduk. Ingin rasanya ia menangis. Tapi ia tahan sebisa mungkin, agar kristal bening itu tak lolos.

Baru beberapa langkah,  wanita itu berhenti dan berkata, "Semua sudah diurus oleh suamiku. Kau bisa pergi. Dan tolong jangan kembali lagi. Karena aku tidak mau hidup satu atap dengan seorang pembunuh."

Setelah mengatakan itu, wanita itu berlalu meninggalkan gadis itu yang kini semakin menunduk. Satu tetes air mata lolos dari matanya. Dengan segera gadis itu menghapus jejaknya.

Berjalan santai menuju ruang makan. Sembari menunggu seseorang datang, gadis itu menyibukkan diri dengan mengunyah beberapa makanan dengan tenang. Seakan kejadian tadi tak pernah terjadi.

Tuk tuk tuk

Suara sepatu seseorang membuat gadia itu menoleh. Dilihatnya seorang pria paruh baya dengan jas yang melekat di tubuhnya, kini sedang berjalan ke atar gadis itu dengan beberapa kertas di tangannya.

"Alula," panggil pria itu.

"Iya Ayah," sahut gadis itu.

"Semua sudah Ayah siapkan. Kamu boleh pergi. Ingat, jangan kembali sebelum kami yang meminta." kata pria itu tegas.

Alula meneguk ludahnya. Sepertinya, pergi memang yang terbaik untuk saat ini, dan mungkin seterusnya.

Alula berdiri, berjalan ke arah pria itu hendak menyalimi tangannya. Namun, pria itu langsung bergegas menuju kamarnya.

Alula menurunkan kembali tangannya. Ingin rasanya ia menangis. Tapi ia urungkan. Sudah banyak air mata yang keluar dari mata indahnya. Sekarang tidak lagi.

Alula berbalik badan dan memeluk Bi Sun.

"Alu bakal kangen banget sama Bi Sun," kata gadis itu lirih.

"Bibi juga Non," balas Bi Sun.

Alula melepas pelukannya dan berjalan mundur. Tangannya ia angkat dan bergerak ke kiri kanan.

Ia berbalik badan dan memegang sebuah koper besar yang memang sudah disiapkan sejak awal.

Mungkin ini yang terbaik untuk kalian, bukan Alula, batin gadis itu.

Ia mengamati setiap inci rumah besar itu. Bagaimana bisa ia tinggalkan semua kenangannya di rumah ini? Bagaimana bisa ia meninggalkan tempat di mana ia merasakan segala perasaan? Bagaimana ia sanggup?!

Alula menghembuskan napas berat dan mulai melangkahkan kakinya menuju halaman rumah.

Di depan rumah, Pak Jim sudah menunggu. Pak Jim adalah asisten pribadi Ayahnya. Pak Jim menunduk hormat dan membukakan pintu mobil. Sedangkan Pak Tobi mengangkat koper Alula di bagasi.

Mobil melaju dengan cepat. Membelah jalanan yang kini sudah mulai ramai. Alula menatap luar jendela.

Kini aku harus pergi. Bay bay Luna, bay bay kenangan ... bay bay New York

*****

Hola hola halo
Nah, udah meluncur nih part 1 nya. Bagemana? Menarik? Mbosenin? Atau ....
Ah sudahlah. Nantikan part selanjutnya ya;)

See you next part😙
Bay bay

#salamanisaqorambyar

18, Agustus 2020 pukul 03.30 WIB

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALULA (slow update:))Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang