Menyesal

49 5 2
                                    

Suara bising dari alat rumah sakit memenuhi ruangan yang saat ini di tempati Febby. Denyut nadi nya lemah. sudah 2 minggu sejak kejadian tabrak lari, Febby tak kunjung terbangun dari koma.

Sena yang mendengar kabar itu terus menemani Febby dari sehari setelah kejadian itu.

Sena memperhatikan wajah pucat Febby yang menurut nya sama sekali tak ada yang berubah. hanya tubuh nya yang terkulai lemas.

Sena berkali-kali memanggil nama Febby agar tersadar dari koma nya. namun hasil nya nihil, Febby tak kunjung bangun.

Suara pintu terbuka. "Maaf tuan, boleh saya periksa pasien?" tanya dokter tersebut seraya berjalan ke arah Sena. Sena menangguk lalu melangkah mundur.

Sena menghembuskan nafas nya. "Bagaimana keadaan nya dok?" tanya sena. Dokter tersenyum hangat.

"Saya sudah berusaha yang terbaik tuan, saya hanya ingin memberitahukan berita ini. jika sampai besok Febby belum bangun juga. maka dipastikan nyawa nya tidak akan selamat." ucap nya.

Sena menggeleng. "Gak! gak mungkin dok! Febby pasti sembuh." Sena menjambak rambut nya prustasi.

"Hanya itu yang ingin saya beritahukan, jika ada apa-apa cepat kabari saya." ucap dokter tersebut kemudian pergi dari ruangan itu.

Sena mendekati Febby. "Febby..." Ucap nya lirih. "Bangun sayang," Sena mengusap rambut Febby lalu mencium nya lama.

"Aku kangen By, kamu gak mau jalan-jalan bareng aku lagi?" ucap nya lemas.

Sena duduk lalu menggengam tangan Febby erat. "Aku tau aku salah. tapi aku mohon bangun. aku bakal lakuin apa aja buat kamu kalo kamu mau bangun." tak ada sahutan dari Febby.

Sena mencium punggung tangan Febby. "Bangun sayang..." ucap nya lagi dengan nada lebih lemah.

Perlahan jari-jari lentik Febby mulai bergerak. Febby membuka mata nya menyesuaikan cahaya dihadapan nya.

Febby melihat Sena yang masih terdiam diatas tangan nya. kemudian tangan Febby yang di lengkapi dengan infusan perlahan bergerak mengusap rambut Sena.

"Aku udah bangun Sena." ucap nya lemas. Sena menoleh.

"Feb... Febby? ini beneran kamu sayang?" ucap nya bersemangat setengah tak percaya. Febby tersenyum hangat seraya mengangguk.

"Maaf." ucap Sena. Febby menggeleng. "Gaada yang perlu di maafin." Sena tersenyum.

"Aku gak mau kamu pergi." ucap nya. Febby kini tersenyum getir. "Aku juga gak mau pergi. tapi, kamu yang nyuruh aku."

"Aku nyesel." ucap Sena lirih.

"Semuanya udah berakhir Sena, aku udah gak bisa sama kamu," ucap Febby setenang mungkin.
"Kita masih bisa jadi sahabat kan?" lanjut nya.

Sena menggeleng. "Beda Feb! aku gak mau!" Febby menghela nafas. "Bang lukas mana?" tanya nya.

"Jangan alihin pembicaraan Feb." ucap Sena terdengar nada kecewa di nada nya.

"Sena, Febby gak bisa." ucap nya menundukan kepala.

"KENAPA GAK BISA FEB! KENAPA!" Suara nya meninggi.
Febby tersentak kaget.

"APA! siapa disini yang salah?! aku atau kamu?! aku cape sama kamu!" Teriak Febby tak kalah hebat. sendari tadi Febby menahan emosi nya agar tidak keluar.

"Tapi kenapa?!" ucap nya.

"Pergi... Sena!" lirih Febby kemudian suara nya mendadak meninggi.

Sena berdecih. kemudian keluar sambil mendorong pintu ruangan dengan kuat.

Febby mengusap wajahnya lelah.

"Aku sayang kamu Sena..." ucap nya sambil memandang sendu pintu keluar.

Haiii, happy reading❤

Ada yang kangen?

yaudah deh gapapa.

selamat membaca❤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Makhluk terindah bumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang