Bagian Satu

27 3 3
                                    


Cuaca panas, matahari yang pagi membawa Raffa pada supermarket dihadapannya.

Raffa yang baru tiba di Indonesia kemarin malam, langsung menuju area pusat perbelanjaan yang di share location oleh Fadhila.

Dengan senyum keramahan juga sedikit menganggukkan kepala memberi hormat pada setiap mata yang tak jemu memandangnya. Menelisik dari atas hingga bawah. Seolah Raffa sebuah pameran yang harus di teliti keasliannya.

Bisik-bisik dari wanita yang Raffa lewati di depan kasir dapat Raffa tangkap. Cukup jelas di gendang telinganya segala pujian juga decak kagum atas ketinggian hidung mancungnya yang menular dari Fadhila. Meski kulitnya tidak seputih Fadhila namun perpaduan antara Umi dan Abinya begitu kentara.

"Dia bos baru kita? Ya ampun kalau gini aku betah, gak pulang gakpapa deh. Rela! Asal bisa mantengin wajah gantengnya. Uuuuuu, meleleh hati adekk bangggg"

Raffa menahan tawa, gelengan kepala samar ia tunjukkan dengan gaya satu tangan masuk ke dalam kantong celana linennya.

"Subhanallah.., allahu rabbi.., mimpi apo den caliak urang kacak bana. Amboi, beruntungnya den keterimo karajo dua minggu lalu. Haihh.., omakk, kawinkan aku dengannya. Huhh.., haahh.., huuhh,.., haahhh"

Sebelah temannya menoyor kepala wanita disampingnya. Ia bahkan kalau tidak membantu mengatupkan rapat bibir wanita bersuku minang itu, dapat di yakini air liurnya akan menetes membanjiri kantong plastik berisi uang pecahan ribuan beserta puluhan.

Disamping gelak menahan tawanya ternyata Raffa ditabrak seorang wanita berpakaian olahraga dengan atasan hijau dan celana dongker bergaris dua hijau. Hijab yang Raffa tau itu merk arabian berwarna sama dengan bajunya namun yang membedakan hijaunya lebih pekat sedang menempelkan kedua lututnya pada satu kotak keramik 60x60cm mengukut susu yang sedikit tumpah di lantai.

"Ngakpapa, kan?"

Wanita yang menabraknya hanya diam kemudian mendongakkan kepala sampai Raffa terpaku ditempatnya. Entah mengapa hati Raffa berdesir hebat padahal wanita di hadapannya tidak sedang melakukan apapun hanya mengambil dua kotak susu yang tergeletak di lantai kemudian membersihkan debu berasal dari lantai supermarketnya.

Dan berlalu meninggalkan Raffa yang diam mematung.

Kok bergetar?

Cepat Raffa memegang bagian dadanya, melafadzkan istighfar sambil berucap tasbih menetralkan dan memfokuskan hati pada kenyataan kalau Raffa benar masih di dunia bukan sedang di taman surga.

Diakah???

"Eh.., pak? Kenapa? Dadanya sakit, saya antar ke supermarket, eh, ke bank, eh ke klinik maksudnya, mau?"

"Hahh.., nggak. Makasih. Perempuan tadi kemana?

"Perempuan?"

"Yang mana, Pak? Saya kan perempuan, eh maksudnya saya laki-laki. Daritadi kita cuma berdua di gang ini, Pak?"

"Yang susu Milonya tumpah tadi.., dia dimana?"

"Ooh, itu" jeda, laki-laki itu berjongkok mengambil barang-barang shampoo untuk disusun di rak, "entah.., mungkin udah di kasir" jawabnya enteng. Dia tidak tahu bahwa jawabannya itu bergantung dengan debaran hati Raffa.

Kalang kabut takut perempuan itu pergi, Raffa mengayunkan langkah menuju delapan derettan kasir untuk memastikan. Langkah geseitnya mengambil jalan berupa gang kecil menuju pintu keluar, hingga membuatnya memutar demi bisa melihat dimana perempuan itu membayar barang beliannya.

Mendapati perempuan itu tengah berada di derettan kasir nomor empat dengan kepala meneleng ke arah monitor komputer, Raffa mencoba dekati, tapi sebelum itu Raffa mengambil dua kotak susu Milo tidak terlalu dingin dari kulkas. Kemudian menyodorkannya dengan suara, serta penawaran sekaligus permintaan maafnya karena sudah menabrak.., bukan, maksudnya Raffa yang ditabrak Chaisa tapi hati Raffa menjadi tidak tenang.

 KHR - Ketulusan Hati RAFFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang