LilBuna
Present
TwoShot
Nomin Fanfiction
Halte
-HappyReading-
•
•
Pria itu disana lagi, duduk termenung sendirian. Dia berteduh sesekali menggosok kedua tangannya dan sedikit mengeratkan jaketnya.
Pria itu terlihat kedinginan.Jeno terus mengamatinya. Dia menatap setiap gerak-gerik yang pria itu lakukan. Sudah seminggu sejak Jeno yang tidak sengaja melihat pria itu tengah membantu seorang nenek menyebrang Jalan.
Entah kenapa sejak saat itu, Jeno merasa getaran aneh menjalar di hatinya. Dia tidak tau apa yang terjadi. Hanya saja selama 17 tahun ini, Jeno tidak pernah merasakan getaran yang membuatnya segila itu, merasakan sesuatu yang membuatnya terus tersenyum.
Jeno mulai berfikir, apa yang harus dia lakukan! Apakah dia harus berkenalan dengan pria itu?
Jeno lagi-lagi tersenyum. Lihat pria itu, dia begitu manis saat tersenyum bahkan dia juga sering memberikan anak kecil permen. Jeno menyukainya dia tidak tau kenapa yang pasti dia sangat menyukainya.
Menyukai pria yang terus dia lihat di Halte.
©LilBuna
Sore ini Jeno kembali. Dia sudah berdiam diri cukup lama di seberang jalan. Dia menunggunya.
Menunggu pria Manis dengan senyuman yang selalu menghiasi wajahnya. Bahkan dia sudah menunggu selama 1 jam di sebrang jalan. Untung saja Jeno membawa jaket untuk menutupi identitas pelajar miliknya.
Jika tidak pasti sekarang banyak orang yang mendekatinya, dan menanyakan apakah dia butuh tumpangan atau tidak. Jeno selalu menggeleng jika mendapatkan tawaran seperti itu.
Bukan!
Dia bukannya meragukan kebaikan manusia, hanya saja dia bisa meminta Sopir pribadi keluarga untuk menjemputnya.
Jeno mulai bosan, dia berjongkok menatap aspal jalanan, Dimana pria itu? Apakah dia tidak datang hari ini. Jeno mendesah, sepertinya Jeno gagal berkenalan dengan pria itu hari ini.
Jeno berdiri, dia menatap Halte di ujung jalan.
Itu Dia!
Pria yang Jeno tunggu dari tadi. Dengan cepat Jeno berjalan mendekati ke arahnya. Dia mencoba terlihat biasa saja.
Dia ingin terlihat senatural mungkin. Dia tidak ingin membuat pria yang sering dia amati curiga dengan kehadirannya.
Jeno berdehem sebentar. Pria itu masih sibuk dengan Ponselnya sehingga dia tidak menyadari kehadiran Jeno yang berdiri di pinggirnya.
"Bolehkah aku duduk?"
Sial, Jeno malu dengan dirinya sendiri. Bagaimana bisa dia segugup ini.
Pria itu tersenyum, menggeser badannya memberikan ruang untuk tubuh Jeno. "Tentu adik manis, kau bisa duduk di sebelahku."
Jeno sebenarnya ingin mengumpat.
Heol Adik Manis?
Kenapa bukan Adik Tampan?
Sepertinya sangat pas untuknya.
Jeno mengangguk menetralkan deru nafasnya yang tidak beraturan.
"Mau permen?"
Pria itu menyodorkan permen berbentuk hati kepada Jeno, sedangkan Jeno masih diam mengamati bentuk dari permen itu.
Mata Jeno membulat. Apakah ini adalah pernyataan cinta secara terang-terangan? Ini sudah jelas bukan dia memberikan permen berbentuk hati, berarti itu adalah tanda menyukai, bukankah begitu?
Seseorang tolong bangunkan Jeno, permen itu banyak di jual di pasaran, dia berfikir terlalu jauh.
Jeno menerima permen itu tanpa berniat memakannya, alih-alih dia malah menyimpannya di saku jaket.
Lumayan ini adalah barang berharga pertama yang dia miliki.
Pria itu menatap Jeno dari atas sampai bawah.
"Kenapa anak SHS sepertimu baru pulang?"
"Dari mana kau tau aku anak SHS? Aku sudah berkerja."
Pria itu terkekeh. "Bekerja tidak semudah yang kamu bayangankan adik manis, Aku sudah mengalaminya beberapa kali. Kau harus rajin belajar jika tidak ingin mengalami kehidupan berat di masa yang akan datang."
Kata-kata itu lagi, Jeno sering menemui kata-kata seperti itu dalam 17 tahun terakhir ini. Sebenarnya Jeno terlalu meremehkan kehidupan. Dia hanya terus berfikir, jikapun dia tidak belajar hidupnya pasti akan terjamin karena perusahaan besar Ayahnya sudah menunggunya di depan mata.
Sesempit itu pikiran Jeno.
"Kau sudah bekerja?"
Pria itu mengaguk. "Ya sudah lama sekali, ngomong-ngomong kau bisa memanggilku Hyung."
Jeno tidak percaya sekarang pria itu menyuruhnya memanggil Hyung.
"H-Hyung."
Pria itu menggangguk. "Ya, lihat! terdengar lebih manis jika terlontar dari bibirmu."
Jeno memalingkan wajah, sudah di pastikan jika wajahnya memerah sekarang."Hyung, bolehkan aku tau dimana rumahmu?"
Pria itu menggeleng. "Untuk apa anak kecil sepertimu ingin tau rumahku?"
Jeno menggoyang-goyangkan kedua kakinya."Em, itu? Aku hanya ingin tau saja."
Sebelum Jeno bertanya lebih jauh lagi. Pria itu sudah lebih dulu masuk kedalam Bus. Jeno hanya bisa menatap punggung pria itu yang semakin menjauh.
Lagi-lagi dia tidak tau namanya..
©LilBuna
Ini hari keempat Jeno menunggu pria itu di halte, dia harus menanyakan namanya.
"Kau lagi?"
Pria itu mendudukan diri di bangku kosong dekat Jeno.
"Hehe, aku sering menggunakan halte ini sekarang, Hyung bolehkah aku tau namamu?"
Dahi Pria itu berkerut 'nama' dia bilang. Untuk Apa? Apakah dia salah satu dari kriminal yang menyamar menjadi seorang siswa.
"Kenapa?"
Jeno mendengus. "Ayolah Hyung, aku hanya ingin tau, kenapa tidak boleh."
Pria itu akhirnya mengaguk dan memberitahukan namanya.
"Namaku Jaemin, Na Jaemin."
Jeno tersenyum. "Baiklah Jaemin Hyung, aku akan terus mengingatmu."
Akhirnya Jeno tau namanya.
Na Jaemin...
To Be Continued
©LilBuna
KAMU SEDANG MEMBACA
Halte [✔️]
Fanfiction🌺 [JenJaem] [TwoShoot] -Jeno yang selalu penasaran dengan pria di dekat halte. • Tittle : Halte • Genre : Romance, bxb • Bahasa : Baku tidak EYD • Rate : Mature Nomin Fanfiction - 21 Agustus 2020 [√] ©LilBuna