Siren, apa kau tahu makhluk seperti apa itu? Pernah dengar mereka sebelumnya? Tidak? Baiklah. Siren adalah makhluk berwujud setengah wanita, setengah burung. Mereka suka menyanyikan lagu. Namun, orang yang mendengar nyanyian mereka akan menjadi tidak sadarkan diri. Ada yang berkata jika mereka tengah di laut, sebagian dari mereka akan menabrakkan kapal ke batu karang, dan sebagian lainnya menenggelamkan diri ke laut.
Well, saat ini, tepat di hadapan seluruh anak yang tersisa, tiga siren beterbangan di atas kepala. Makhluk tersebut melemparkan tawa yang menggelegar ke seluruh bagian. Menyerukan sisi horor pada siapa saja yang berada di bawah sana. Lapangan ini pun sudah berubah menjadi lautan biru tua nan menyeramkan. Dengan petir yang menyambar di berbagai sisi. Benar-benar tampak seperti berada di lautan sungguhan! Ombak tak tenang, warna biru tua mencekam menarik suasana lebih horor dan menakutkan. Bulu kuduk berdiri tegak tanpa kendali. Padahal tidak diperintahkan untuk berdiri. Duh. Semua paham bahwa ini adalah bantuan ilusi dari Jackson, guru yang mengajar di ekstrakurikuler ruang F. Guru yang memiliki kekuatan membuat ilusi. Mereka juga tidak berdiri di atas lantai lagi, melainkan berdiri di atas kapal raksasa dengan tiang-tiang penyangga dan bendera besar yang beterbangan, akibat sapaan angin. Kapan mereka naik ke atas kapal? Bahkan seluruh anak yang tersisa ini sama sekali tidak menyadarinya.
Siren tersebut tampak sangat cantik jika dilihat dari wajah. Wanita dewasa yang memiliki wajah cantik bak bidadari rembulan. Namun, jangan tertipu dengan kecantikannya, sebab kau akan terlena jika tenggelam terlalu jauh. Claude menghitung banyaknya anak yang tersisa. Beberapa menit kemudian, ia melebarkan netra, terkejut setelah mengetahui hasilnya. "Tersisa dua puluh sembilan anak. Wow! Lebih sedikit dibanding dugaanku."
Sungguh, dari tujuh puluhan anak, hanya tersisa dua puluh sembilan saja yang hidup saat ini? Semua melebarkan netra, menyadari banyaknya teman yang tidak bersama mereka lagi. Ada yang menangis, berduka, ketakutan dan rasa lainnya. Hah ... semua rasa itu memang sedari tadi sudah merusak pikiran jernih seluruh penghuni 1A.
Memuakkan.
Menjengkelkan.
Mereka mengobrol sejemang, membentuk strategi untuk mengalahkan tiga siren dalam waktu singkat. Waktu mereka tidak lama lagi, langit mulai gelap, sore akan habis dalam beberapa detik ke depan. Tidak banyak waktu untuk menyelamatkan nyawa mereka agar terbebas dari kurungan ini. Shi-chan, Ela, Agha, Lita, Gibran, Chia, Sona, Aster, Kaka, dan Boulad, kesepuluh anak itu menggenggam alat pemukul milik para Orc yang telah mereka binasakan tadi. Namun, apa gunanya alat itu jika stategi mereka saja tidak ada yang cocok dengan benda tersebut?
Setelah berpikir beberapa menit, Sona akhirnya berkata, "Baiklah, menurut ingatanku tentang makhluk ini, siren dapat dihindari, sulit dibunuh karena makhluknya ini sangat bising sekali. Dengan mendengar nyanyiannya saja kita bisa mati di tempat. Oleh karena itu, gunakan kapas penutup telinga kalian dua kali lipat dari sebelumnya." Semua mulai menggunakan kapas mereka lagi untuk melindungi diri. Terutama telinga, sasaran utama. "Nah, lalu setelah ini, kita harus memikirkan bagaimana kita dapat mengambil salah satu harpa milik mereka."
Tara mengernyit bingung. "Harpa itu apa?"
Zelenova menjawab, "Harpa adalah alat musik petik. Itu, yang digenggam oleh para siren adalah harpa."
Mereka mendongakkan kepala, melihat para siren beterbangan dengan harpa digenggaman masing-masing. Wajah cantik dengan bentuk tubuh aneh, melihatnya sedikit ganjil. Tidak ada yang kuat berlama-lama melihat para siren, seolah pusing menggerogoti diri tatkala netra mereka melihat siren-siren itu dengan mata telanjang. Apa harus pakai alat tertentu agar tidak mendapatkan efek makhluk itu, ya? Claude melangkah maju, menyipitkan netra ketika pemuda ini melihat sebuah kejanggalan. Ia merasa ada keanehan di ujung laut sana. Namun ... apa? Sepertinya otak mereka sudah berhenti berpikir. "Teman-teman, apa kalian melihat sesuatu yang aneh di ujung sana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tale of Cynoenix
Fantasy(Complete) ❝ Lemah sama dengan mati. Kuat sama dengan bertahan. ❞ Kegilaan mulai terjadi tatkala sebuah tragedi datang menyapa Delusion. Duka atas kepergian teman kembali bangkit, menumpuk rasa takut yang kian menggunung tinggi. Malapetaka yang tida...