The Sane Butler said, "My Lord is Indeed Insane."

31 9 0
                                    

Butler Yoon Said...

8th

The Sane Butler said, "My Lord is Indeed Insane."

Kediaman Duke Kim di ibukota tidak kalah megah seperti di duchy Bahuela. Di balik pagar besi yang menjulang itu berdiri kokoh bangunan besar. Ukurannya nyaris tiga kali lipat dibanding kediaman bangsawan di sekitar. Menunjukkan dalam diam seberapa hebat daripada yang lain.

Ada taman di antara gerbang dan bangunan. Tidak terlalu berlebihan, tetapi dirawat dengan apik dan ditanami beberapa tumbuhan. Tanaman yang demi mendapatkannya puluhan ahli obat harus saling beradu.

Di tengah-tengah taman berdiri tegak dan menyendiri, pahatan ular meliuk dengan berlian terapit di antara taringnya. Lambang keluarga bangsawan Kim itu berdiri pongah dengan kilau indah berlian asli. Ruby diletakkan sebagai manik matanya. Merah menyahang seperti bara api. Mengingatkan Jisung pada asrar di citrine Jaehwan.

Meski di depannya terdapat patung yang memberikan kesan bergengsi, akan tetapi bangunan yang berada tepat di belakang tak kalah menonjol.

Hanya dengan melihat bangunan itu, sudah bisa diterka berapa banyak keping emas yang dikeluarkan bangsawan Kim untuk membangunnya. Bahkan biaya perawatan bangunan itu jelas tidak memiliki nominal yang sepele. Jisung sampai menggosok matanya ketika pertama kali melihat deretan angka di laporan pengeluaran bangunan itu.

Gerbang dengan ukiran ular menggigit berlian perlahan terbuka ketika kereta kuda berlambang serupa berhenti di depannya. Penjaga yang membuka gerbang, butler yang mengurus kediaman, serta pelayan, berderet menyambut Jaehwan. Jisung turun dari kereta, membukakan pintu untuk majikannya itu.

"Lord Jaehwan! Selamat datang di ibukota!"

Tubuh yang membungkuk dalam, suara nyaring tetapi berlapis rasa takut; Jisung mengangkat sebelah alis. Reaksi pekerja di kediaman ibukota terlalu berlebihan. Memangnya apa yang mereka takutkan dari Jaehwan, huh?

Mengesampingkan sikap suka semaunya, Jaehwan tidak pernah memukul, menyakiti atau menyiksa pekerja di manor. Jadi, apa yang mereka takutkan? Jaehwan bahkan lebih waras daripada bangsawan-bangsawan lain yang sudah Jisung pantau selama ini.

Tanpa mengatakan apa pun majikannya itu melangkah menuju bangunan. Sama seperti bagaimana seorang putra mahkota yang akhirnya menjadi raja harus berjalan dari gerbang kastel menuju pusat istana dimana singgasananya berada. Jaehwan juga melakukan hal serupa. Berjalan dari gerbang menuju bangunan kediaman Duke Kim.

Ketika pemilik memasuki kediaman untuk pertama kali, mereka harus berjalan langsung dari gerbang. Sebuah tradisi di Ratedmugal yang tak pernah lekang sejak dulu. Representasi menjejak setiap langkah menuju bangunan kediaman, sebagai simbol pengklaiman bahwa itu adalah wilayahnya.

Selama ini ketika Jaehwan pergi ke ibukota menemui raja, jangankan menginjakkan kaki di kediaman. Begitu menyelesaikan segala urusan di istana, Jaehwan langsung menaiki kereta kembali menuju duchy. Petugas istana bahkan lebih banyak berpapasan dengan Jaehwan daripada pekerja di kediaman Kim.

Sayangnya, mau tak mau Jaehwan harus bermalam di kediamannya di ibukota demi perayaan. Perayaan Bulan Putih berlangsung selama tiga hari. Itu pun kalau tidak menghitung perjamuan yang diadakan sebelum dan sesudah perayaan. Acara kumpul-kumpul setengah resmi antar bangsawan dan keluarga kerajaan itu terlalu sulit dihindari kalau posisinya sebagai pengganti Duke.

Seandainya ayahnya alias Duke Kim tidak hilang dengan tiba-tiba, Jaehwan pasti akan bertindak seperti biasanya. Hanya muncul tepat di malam Bulan Putih, memberi salam dan berbasa-basi dengan Raja, kemudian langsung kembali ke Bahuela malam itu juga.

Butler Yoon Said...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang