Butler Yoon Said...
11th
The Sincere Butler Wishes, "Be Happy, Jaehwan."
Jisung memandangi bulan yang nampak lebih besar daripada biasanya. Berkilau putih dan jernih. Deretan bintang melingkari sang rembulan dengan rapi dan tanpa cela. Malam Bulan Putih yang sakral dan mistik tengah berlangsung.
Terdengar sorak-sorai dari jalanan. Ia menunduk memandangi gerombolan orang yang memadati balai. Begitu menemukan keberadaan Jaehwan, Jisung mengamati sekitar tuannya itu. Memantau jikalau ada bahaya laten bersembunyi dan mengancam keselamatan Jaehwan. Meski tuannya itu menghadiri perayaan didampingi si butler pirang dan beberapa prajurit, tetap saja Jisung khawatir.
Sekilas ia menoleh ke samping, Jangjun yang tengah bertelungkup sibuk mencungkil-cungkil iseng atap istana. Alis Jisung terangkat sesaat, kemudian memutuskan membiarkan tingkah pemuda itu. Toh, bukan properti milik Tuannya, tak jadi masalah.
Seolah tersadarkan, mata Jisung membola. Tuannya pernah bilang hendak berada pada posisi di atas duke, bukan? Satu-satunya kedudukan yang lebih tinggi jelas pemilik istana ini.
Jisung menoleh pada Jangjun dengan ekspresi terputar. Kalau Jaehwan benar-benar merealisasikan ucapan waktu itu, cepat atau lambat istana ini akan menjadi kepunyaan tuannya. Tidak boleh ada kerusakan! Ditepuknya tangan Jangjun.
Jangjun yang terganggu, menatap kesal. Mulut maju sambil bersungut.
"Kau pantau Tuan Jaehwan. Aku ada urusan," ujar Jisung mencoba jalan selamat setelah sadar ia baru saja dengan ceroboh telah memancing emosi esame. Apa gunanya kemampuan regenerasi kalau kau ditelan bulat-bulat, huh? Bulu kuduk Jisung meremang.
"Oh, urusan untuk Master Boss?"
"Ya, untuk Tuan Jaehwan," ulang Jisung menyakinkan. Suaranya tenang menyembunyikan kegelisahan di lubuk jiwa.
"Oke, pergilah Sir Boss. Jangan lama-lama, Master Boss biasanya pergi dari perayaan setelah tengah malam." Tangan Jangjun terayun-ayun serampangan, mata masih tertuju pada atap yang berjejer rapi mengundang untuk dilepas.
Melihat arah tatapan Jangjun, Jisung mengulangi perintahnya. "Fokuslah memantau Tuan Jaehwan."
Jangjun mendongak malas. "Iya. Instingku bekerja dengan baik kalau masalah keselamatan Master Boss." Ekspresinya tumpul. "Aku terkoneksi dengan sihir Master, jadi ... aman Sir Boss. Percayalah."
Dengan tatapan tak yakin Jisung terjun dari atas atap.
"Ck! Kenapa tidak percaya padaku sih?" dengus Jangjun terdengar samar.
Padahal yang Jisung khawatirkan adalah kerusakan istana yang akan Jaehwan miliki ini. Duh.
-ooo-
Ekspresi Jaehwan begitu memasuki ruangan kamarnya setengah geli setengah takjub. Ia berhenti di depan Jisung. "Kamu bisa main harpa?" Rasa penasaran tergambar jelas dalam nada suara Jaehwan.
Di dekat jendela yang awalnya tidak ada apa-apa itu sudah terletak harpa tanpa warna. Benangnya berkilau keemasan ditimpa sinar Bulan Putih. Tetapi, yang menarik perhatian adalah sosok Jisung yang duduk di samping harpa.
Jisung tersenyum nampak sani. "Mau mendengarnya?"
"Mainkan," ujar Jaehwan duduk di tempat tidur. Mata terpaku pada sosok Jisung. Terpancang dengan lekat. Meski hanya mengenakan kemeja putih polos dengan celana berwarna senada. Entah kenapa Jisung terlihat mistik dan memikat. Helai merah mudanya berhias kilau-kemilau. Anting pemberian Jaehwan nampak gemerlap memperelok penampilan Jisung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Butler Yoon Said...
FanficJisung pikir menjadi butler seorang duke adalah pilihan yang bagus, tetapi sihir pengekang di lehernya bukan sesuatu yang Jisung kira akan turut serta. Dan hasil penelusurannya akan jejak-jejak menghilangnya Duke Kim terdahulu membawa Jisung ke dala...