2. Yes, It's You

13 4 4
                                    


Aku mengetuk-ngetuk ujung sepatuku pada lantai kayu penginapan, mulai bosan menunggu Daniel. Entah aku yang datang terlalu cepat atau laki-laki pirang itu memang terlambat.

"Hai."

Aku berbalik mendengar sapaan Daniel, ia berjalan tergesa ke arahku.

"Menunggu lama?"

"Tidak, aku juga baru datang." bohong, aku sudah menunggu Daniel selama 15 menit, mungkin lebih.

"Ayo kita segera berangkat."

"Tempat apa yang pertama akan kita kunjungi?"

"Bukan tempat, tapi kita akan mencoba cable car dulu, bagaimana?" ia menawarkan.

"Menarik." jawabku. "Kau seperti familier dengan negara ini. Kau tahu restoran enak disini, tahu tempat-tempat wisatanya."

"Ini bukan kunjungan pertamaku. Biasanya aku pergi ke sini untuk masalah pekerjaan dan mungkin juga mencari inspirasi, tapi kali ini aku benar-benar hanya ingin liburan saja."

Aku mengangguk mengiyakan. "Berarti kau tour guide ku hari ini." candaku.

"Berarti aku mendapat bayaran hari ini." balasnya dengan kerlingan jahil.

Kami tertawa bersama setelahnya.

.
.
.

"Kau tidak perlu membayar tiket untukku." ucap Daniel sesaat setelah kami duduk berhadapan dalam cable car berwarna merah ini.

Aku menggeleng, "kau membayar makan malam kemarin, maka aku yang membayar tiket cable car. Anggap saja ini salam perkenalan dariku, kita impas."

Ia mendengus, "terserahlah."

Aku tersenyum geli melihat wajah kesalnya yang lucu.

"Kita terlihat seperti pasangan yang sedang bekencan." ia berucap tiba-tiba, bersamaan dengan cable car yang mulai melaju.

Aku terkejut, tapi langsung tergantikan dengan ekspresi bingung yang kentara.

Daniel menunjuk dirinya, lalu menunjuk kearahku. "Pakaian kita."

"Oh?!" aku baru menyadari jika kami memakai pakaian dengan warna senada.

Aku memakai kaos polos berwarna putih dan  rok selutut berwarna jingga, serta outer berwarna jingga senada. Sedang Daniel memakai hoodie berwarna jingga dengan aksen garis berwarna putih pada kedua lengannya.

Aku mengulum senyum, lalu memalingkan wajahku ke arah jendela, memandangi pemandangan di luar sana sembari menyembunyikan rona wajahku yang entah karena apa.

"Berapa lama kau liburan di sini?" Daniel bicara sambil membuka penutup lensa kameranya, lalu mengarahkannya ke menuju jendela dan mulai memotret.

"Sekitar satu Minggu." jawabku. "Bagaimana denganmu?"

"Entahlah, sampai saatnya tiba, aku akan pulang kembali ke Melbourne."

Aku memandangnya heran karena jawaban ambigunya.

"Ini pertama kalinya aku liburan sendirian." aku mulai bercerita. "Biasanya aku liburan bersama Nana dan Mark, atau bersama mama dan kakakku."

"Bagaimana perasaanmu sekarang?" Daniel menanggapi meski ia tidak melihat kearahku dan tetap sibuk dengan kameranya.

"Menyenangkan, aku merasa antusias."

"Meski kau sekarang pergi bersama orang yang baru kau kenal kemarin sore? Masih tetap menyenangkan?" Ia melirik sebentar kearahku, lalu kembali dengan kameranya.

Holiday To RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang