#2

502 61 14
                                    

Geisha bukanlah pelacur. Geisha juga bukanlah istri. Geisha menjual keahlian bukan tubuh maupun seks. Geisha menjual kesempurnaan seni karena arti kata sebenarnya dari geisha adalah seniman. Seseorang akan diakui sebagai geisha apabila telah menjadi sebuah seni yang bergerak. Keindahan seni yang hanya dapat dikagumi selayaknya pajangan di sebuah museum.

(Mameha ; The Memoirs of Geisha)

"Tetsu-kun. Apakah okasan pernah mengatakan salah satu fase maiko menjadi geiko adalah menjalani fase mizuage (1)?"

"Okasan belum menceritakan hal tersebut padaku, Momoi-san."

"Mizuage-ku dibeli oleh Aomine-san, tuan rumah acara pesta yang akan kita datangi besok. Sejujurnya, aku jatuh cinta padanya dan berharap dia mau menjadi danna (2)-ku. Tapi, hingga saat ini dia belum menawarkan dirinya kepadaku sebagai danna. Aku khawatir, apabila aku menanti Aomine-san menjadi danna-ku yang nyatanya belum pasti, aku takkan bisa membayar utang-utangku pada okasan. Mizuage-ku hanya cukup membayar bunga dari utangku pada okasan."

"Momoi-san, apakah benar seorang geiko tidak boleh jatuh cinta? Okasan bilang seperti itu di saat melatihku."

"Ah, Tetsu-kun! Sebenarnya memang seorang geiko tidak boleh menjalani hubungan dengan siapapun kecuali dengan danna-nya. Pelajaran pertama yang kudapatkan dari okasan adalah kita sebagai geiko harus berperan sebagai perawan yang malu-malu, berlagak seperti kekasih yang didambakan tetapi tidak dapat menjadi teman tidur mereka. Apabila kau ingin menikah dengan orang yang kau cintai, kau diharuskan membayar seluruh utangmu kepada okiya dan pensiun menjadi geiko. "

"Jadi, perasaanmu pada Aomine-san?"

"Kau harus menjaga rahasiaku dari okasan dan yang lainnya ya. Apabila harapanku pada Aomine-san hanyalah angan-angan, aku terpaksa menerima pinangan pria lain yang mau menjadi danna untukku. Aku tak ingin terlalu lama terikat utang pada okasan."





Rentetan percakapan sebelum tidur dengan Satsuki kembali terputar dalam benak Tetsuya. Binar matanya memandang sedih, ketika membayangkan keinginannya untuk dapat mengembalikan sapu tangan merah dan mengucapkan terima kasih kepada sang pemilik, yang telah menjadi harapan untuk Tetsuya hidup.

Tetsuya tak lagi fokus pada perjamuan pesta yang diadakan oleh Aomine Daiki. Sosoknya yang bagaikan bayangan semakin terabaikan karena Satsuki sedang asyik berbicara dengan tamu undangan. Tetsuya lalu keluar menuju balkon, mengasingkan diri dari kebisingan pesta, mengalihkan pikirannya yang suntuk dengan menatap helai demi helai bunga wisteria yang tertiup angin.

"Menurut sejarah, wisteria menyimbolkan keabadian. Hal tersebut wajar mengingat wisteria dapat hidup hingga 100 tahun. Bunga yang indah juga memiliki arti yang luar biasa." Suara bariton menginterupsi lamunan Tetsuya. Sontak, Tetsuya mengalihkan pandangan pada sumber suara dan terlihat seorang lelaki tegap dan tampan, bersurai merah menyala dengan dua bola mata serupa dengan warna rambutnya, duduk di bangku tak jauh dari posisi Tetsuya berdiri. 'Sang pemilik sapu tangan!' jerit bahagia Tetsuya dalam hati.

"Apakah kau tahu, wisteria memiliki makna berbeda bagi seniman kabuki?" Tetsuya menggelengkan kepala pertanda dia tidak mengetahui hal tersebut. Pria crimson tersebut melangkah mendekati Tetsuya, menatap lekat sosok maiko yang tampak tersipu malu.

KOMOREBI [AKAKURO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang