04.Tak Disengaja

11 0 0
                                    

Kebohongan seperti apa yang tujuannya untuk kebaikan?
~Felicya Angela Gralse~

Bel pulang sekolah adalah hal yang paling ditunggu-tunggu bagi seluruh siswa. Ya, dimana mereka dapat pulang, nongkrong, atau jalan-jalan untuk melepas lelah selama disekolah.

"Ciya, kemarin lo bilang lo mau nyari sepatu kan ke mall? Yuk gue juga mau nyari heels baru buat koleksi gue." ajak Anggie setelah bel sekolah berbunyi.

"Gimana kalau besok aja, Anggie? Ciya ada urusan penting soalnya." tolak Ciya.

"Urusan apa? Mau gue temenin?" tawar Anggie.

"Gausah deh, Anggie. Ciya lama soalnya."

"Yaudah deh, kita pergi besok aja. Gue pulang dulu ya? Bye Ciya." pamit Anggie sambil menuju mobilnya.

"Bye juga, Anggie." sahut Ciya.

Setelah melihat mobil Anggie meninggalkan kompleks sekolah, Ciya langsung memesan taksi online untuk menuju kantor Bundanya.

Tak butuh waktu lama, Ciya akhirnya sampai di depan kantor Bundanya. Setelah membayar taksinya, ia masuk ke dalam dan langsung menuju ke ruangan abangnya. Tapi setelah sampai di dalam ruangan abangnya, dia bingung karena ruangan itu tampak sangat bersih seperti sudah lama tidak ada yang melakukan aktivitas disana. Ia keluar dari ruangan Vian dan langsung menuju resepsionis untuk menayakan tentang itu.

"Selamat siang, Mbak." sapa Ciya.

"Selamat siang kembali... Kamu Felicya kan? Putri dari Ibu Citra?" tanya resepsionis tersebut.

"Iya, Mbak, saya ingin bertanya dimana abang saya Alvian? Saya tadi masuk ke ruangannya tapi saya tidak menemukan siapa-siapa disana." jelas Ciya

"Pak Alvian sudah 2 minggu lebih tidak ke kantor." jelas Resepsionis

"Oh begitu, apa tidak ada keterangan kemana abang saya pergi?" tanya Ciya.

"Maaf, tapi kami memang tidak diberitahu kemana Pak Alvian pergi."

"Terimakasih atas informasinya, Mbak. Saya pergi dulu." Pamit Ciya. Ciya berjalan keluar kantor Bundanya dan berencana pergi ke Cafe dekat sana. Ia memutuskan untuk berjalan kaki saja karena jaraknya tidak terlalu jauh hanya sekitar 40 meter. Namun belum lama dia berjalan dia melihat ada sekumpulan anak SMA yang merupakan siswa dari SMA Harapan. Mereka mulai mengepung Ciya. Ciya berusaha pergi tapi tangannya di tarik oleh salah satu dari mereka.

"Lepasin!" perintah Ciya.

"Wooh... lo nyuruh gue? Gaada orang yang boleh nyuruh-nyuruh gue!" ucap laki-laki tersebut dengan tatapan tajam dan senyum smirknya.

"Aku gak ganggu kalian. Jadi lepas, aku mau pulang!" kata Ciya lagi.

"Lo gak denger yang gue bilang tadi? Apa lo budeg? Sekarang lo harus ikut gue!" paksa laki-laki itu sambil menarik paksa Ciya untuk masuk kemobilnya.

"Lepasin dia atau lo hancur." ucap seseorang berbadan tegap yang memakai seragam yang sama seperti Ciya dan dilengkapi dengan balutan jaket coklat.

"Siapa lo berani nyuruh-nyuruh gue?"

"Lo gak perlu tau! Sekarang lepas dia atau lo hancur." katanya dengan tenang.

"Kalau gue gak mau?"pancing laki-laki yang mengganggu Ciya.

Laki-laki itu hanya tersenyum miring, dengan cepat dia meninju kepala anak SMA Harapan itu. Melihat temannya dipukul, anak SMA Harapan yang lain tak terima lalu menyerang. Namun, jumlah tak menjadi penentu, cowok yang menolong Ciya dapat mengalahkan mereka yang jumlahnya 10 orang.

"Siapa lo sebenarnya?" tanya mereka karena heran dengan kehebatan cowok itu berkelahi. Dia bahkan dapat mengalahkan mereka tanpa terkena pukulan sekalipun.

"Gue Danial Mixael" jawabnya. Mendengar nama itu, mereka langsung pergi meninggalkan tempat itu dengan kendaraannya masing-masing. Danial berjalan kearah Ciya, dia membawa Ciya kemotornya.

"Naik. Gue antar lo pulang" kata Danial. Ciya yang masih syok hanya menuruti apa yang diperintah Danial.

Danial berhenti di alamat rumah Ciya. Ciya turun lalu menatap kearah Danial.

"Makasih udah nolongin Ciya." kata Ciya tulus.

"Hm," balas Danial. Dia lalu menyalakan motornya dan pergi meninggilkan rumah Ciya. Setelah Danial pergi, Ciya masuk kedalam rumahnya. Diruang tamu, ia melihat Ayah, Bunda dan Abangnya duduk dengan raut wajah cemas.

"Ciya pulang." Ucap Ciya dengan lesu.

"Ciya darimana aja? Tadi abang telfon Anggie katanya Ciya gak sama dia, Ciya bilang ke Anggie kalau Ciya asa urusan penting. Padahal tadi pagi Ciya bikang ke abang mau pergi sama Anggie. Hp Ciya juga gak bisa dihubungi. Abang khawatir jadinya." tanya Varo sambil memegang pundak Ciya. Ya, dia menelfon Anggie untuk memastikan adiknya itu baik-baik saja. Namun, Anggie menjawab kalau Ciya tadi pergi karena ada urusan penting. Tentu saja Varo khawatir terlebih lagi saat handphone Ciya tak bisa dihubungi.

"Ciya habis dari kantor Bunda." jawab Ciya. Varo terkejut dan menurunkan tangannya dari pundak Ciya lalu menoleh kearah Ayah dan Bundanya yang juga terkejut mendengar ucapan Ciya.

"Apa abang tau apa yang Ciya dapat?" tanya Ciya. Varo diam, dia tidak menjawab pertanyaan Ciya.

"Resepsionis bilang kalau Bang Vian udah lama gak kerja dan pergi tanpa keterangan. Padahal Bang Varo bilang kalau Bang Vian sibuk kerja. Abang bohong sama Ciya!" kata Ciya sambil menatap Varo dengan mata yang hampir menagis.

"Ciya, maksud Bang Varo bukan itu, sayang" kata Citra. Ciya langsung berjalan kearah Bundanya

"Terus maksud Bang Varo apa, Bunda? Kali ini kalian mau bohong apa lagi sama Ciya?" tanya Ciya.

"Ciya, maksud kami bohong itu untuk kebaikan Ciya. Kami mau Ci... " kata Hendra yang mencoba menjelaskan, namun langsung dipotong oleh Ciya.

"Kebohongan seperti apa yang tujuannya untuk kebaikan, Ayah? Bang Vian juga keluarga Ciya, apa Ciya bukan bagian dari keluarga ini makanya Ciya gak boleh tau tentang keluarga Ciya sendiri?" kata Ciya.

"Ciya itu anak Bunda, Ciya juga bagian dari keluarga ini. Ciya gak boleh ngomong begitu." kata Citra dan langsung memeluk Ciya. Dia harap Ciya akan membalas pelukannya dan menjadi lebih tenang. Tapi tidak, Ciya justru menjauh.

"Jangan egois, Ciya. Kami punya alasan kenapa Ciya gak boleh tau" kata Varo tiba-tiba yang langsung mendapat tatapan tajam dari Ciya.

"Ciya hanya pengen tau tentang Bang Vian karna Ciya rindu sama Bang Vian. Dan ya... Ciya disebut egois hanya karna itu. Kalau gitu, biar Ciya aja yang caritahu sendiri." kata Ciya sambil berlari ke kamarnya.

"Yah, kita harus secepatnya bawa Vian pulang. Varo gak tega liat Ciya gitu" ucap Varo setelah melihat Ciya masuk ke kamarnya.

"Ayah akan urus kepulangan Vian secepatnya." jawab Hendra frustasi.

-----
Halo...
Gimana kesan part ini?

Jangan lupa Vote dan Share ya
Thank you

FelicyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang