~ketuju~

22 3 3
                                    

Flashback off.

Hari ini jimin pulang lebih lambat dari biasanya, ia harus mengurus beberapa hal di sekolah. Ia langsung menuju ke halte dekat sekolahnya, berharap bus yang ia tumpangi akan segera datang Dan ia bisa pulang secepatnya.
Entah mengapa rasanya hari ini benar benar menguras tenaga padahal ia tak melakukan apa apa.
....
..
Namun hampir satu jam disana, Yang di tunggu tak kunjung datang. Hampir saja jimin mengumpat sebelum tubuhnya ditarik paksa oleh seseorang. Ia menoleh dan mendapati ada dua orang berbaju hitam dan berbadan kekar.
"Kamu park jimin kan?
"Iya" jawab jimin gugup, agaknya ia tau siapa mereka.
"Ada yang ingin bertemu dengan mu, ayo ikut aku" ujar pria itu setelah memegang pergelangan jimin erat.
"Tidak mau" jimin memberontak melepas gengaman itu, Jujur saja jimin takut, lama tidak berhubungan lagi dengan mereka membuat nyali nya menciut.
Namun hal selanjutnya yang terjadi adalah pukulan yang cukup keras menyentuh pipi jimin. "Jangan banyak bertingkah dan ikut saja". Akhirnya jimin pasrah ketika dua orang tersebut menyeretnya kedalam mobil.
....
..
...
Nyatanya semesta memang tak pernah memihak kepada jimin, entah kesalahan apa yang ia perbuat di masa lalu hingga tuhan membuat sekenario hidupnya amat menyedihkan. Seringkali jimin berpikir untuk menyerah saja, toh di dunia ini ia tak memiliki siapa siapa, tak punya tujuan untuk pulang, tak ada harapan untuk sekedar merasakan bagaimana sensasi tertawa lepas tanpa sebuah beban.
.
"Lama tak bertemu, jimin-shi~.
Kalimat pertama yang jimin dengar setelah dua lelaki berbadan kekar itu membawanya menuju gudang belakang sekolahnya.
Disana, tepatnya didepan jimin yang sedang berlutut di kaki wanita itu. Wanita itu memandang remeh ke arah jimin.
"Kau cukup berani ternyata" ucapnya sambil menyeringai. Agaknya jimin tau apa yang akan selanjutnya terjadi, ia akan dipaksa untuk pergi lagi, dipaksa untuk menjadi pria berengsek untuk kesekian kalinya. Meninggalkan putra kesayangannya tanpa ampun. Jimin cukup sadar untuk mengetahui dimana batasnya untuk terus bersama Taehyung.
"Untuk keratusan kalinya aku memperingatkan mu,  Menjauh dari putraku. Awas saja, Sekali lagi kau menampakan wajahmu di hadapan putraku. Ku pasti kan esok hari kau tak akan pernah menghirup aroma tanah seoul kembali".
Apa itu artinya jimin akan dibuang, atau lebih parahnya jimin akan dibunuh. Sebenci itu kah wanita tersebut terhadap keberadaan jimin, seolah sekali saja jimin bergerak maka dunia ini akan hancur, semenjijikan itu kah jimin di mata Ibu Taehyung.
.....
...
..
.
.
"Kau kenapa" lelaki yang bernama jungkook itu duduk didepan jimin dan membuyarkan lamunan nya.
" apa aku harus menyerah kembali jungkook-ah?". Dahi jungkook mengeryit, ia tak paham apa yang sedang dibicarakan laki-laki didepannya.
"Apa maksudmu?".
"Taehyung" jawab jimin tenang.  oke kali ini agaknya jungkook paham apa yang dimaksud jimin dengan kata menyerah.
"Terserah padamu, pertahankan kalau kau masih butuh, dan tinggalkan bila keberadaannya membuatmu terluka".
Jimin tersenyum kendati hatinya ingin berteriak, mengadu betapa sakitnya ia bertahan selama ini. "Aku bahagia dan terluka di waktu yang sama" jimin pernah berharap untuk tak pernah bertemu dan mengenal Taehyung. "Apa aku akan baik-baik saja jungkook-ah".
Jungkook menoleh, menggenggam tangan  pria yang sialnya dua tahun lebih tua darinya " Tentu saja, Tak ada Taehyung, bukan berarti kehidupan sorang park jimin akan berhenti".
....
..
.
.
Sudah terhitung seminggu sejak kejadian di taman saat itu, taehyung tak pernah bertemu lagi dengan Jimin. Hal itu benar benar membuatnya gusar setengah mati, hatinya terus berteriak ingin bertemu. Ada begitu banyak rahasia yang tercetak dengan jelas di wajah laki laki itu yang sialnya sukses membuat taehyung penasaran dan berakhir tak bisa tidur semalaman.
..
"Sebenarnya jimin itu siapa?" monlog taehyung hanya dijawab oleh angin malam yang berhembus lewat jendela kamarnya.

"Tuan, makan malam sudah siap" tiba tiba wajah bibi nam mencul di balik pintu kamar taehyung. Taehyung tak menjawab hingga saat bibi nam ingin menutup pintu, Taehyung berucap
"bibi"
"Ia tuan muda" jawab wanita itu.
"Masuklah, ibu sedang tak ada di rumah kan?". Taehyung sudah beranjak dari kasur nya.
"Ada yang bisa saya bantu tuan muda?".
Bibi nam melangkah masuk kedalam kamar majikannya, hingga langkah kaki nya berhenti ketika tuan mudanya berkata
" bibi tau jimin itu siapa?". Nama itu, pria muda yang seumuran dengan tuan nya, laki laki yang amat taehyung kagumi kala itu. Nama yang tak pernah absen untuk selalu tuan mudanya sebut barang sehari saja, mana mungkin ia tak tau. Ia hanya dipaksa untuk tak mau tau oleh nyonya besar. Ia hanya bertugas Menyaksikan betapa hancurnya pemuda itu ketika dipisahkan oleh tuan mudanya tanpa bisa melakukan apa apa.
"Memangnya ada apa tuan muda?, anda mengingat sesuatu ?". Taehyung terdiam sebentar
" jadi bibi tau siapa jimin?". Wanita itu gelagapan, buru buru merutuki kebodohannya.
"Ah tidak tidak, siapa itu jimin. Apa tuan muda diganggu olehnya?".
Tapi taehyung tau ada yang aneh dari gelagat bibi nam
"Katakan saja bi!. Tak ada siapapun dirumah ini. Lagipula tak ada CCTV di kamar ku".
Apakah harus?..
"Tapi janji untuk tak mengadukannya pada nyonya besar ya tuan". Taehyung menganggung..
" tentu".
....
...
...
..

Don't forget meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang