Matahari mulai terbit, Jaeslyn sudah dari tadi bangun dari tidurnya yang panjang. Ia tidak akan pernah terlambat datang ke sekolah, apa lagi ini adalah hari senin. Jika terlambat maka hukumannya akan lebih berat dari hari lainnya.
Jaeslyn memasuki buku-buku sesuai dengan jadwalnya, tidak lupa juga ia mengerjakan pr yang kemarin belum terselesaikan sama sekali.
Bae Jaeslyn hidup sendiri di rumah yang sederhana ini, rumahnya tidak terlalu mewah tapi nyaman untuk di tinggali. Mengapa Jaeslyn tinggal sendiri? Karena kedua orang tuanya sudah pergi ke sisi Tuhan, dan kakak laki-lakinya pergi merantau di negara sebelah.
Jadilah, di rumah ini hanya ada dua kamar. Satu untuk Jaeslyn dan satu lagi untuk Sang Kakak.
Sedikit lagi jam menunjukan pukul 6, sudah saatnya Jaeslyn pergi ke sekolah. Ia harus pergi pagi-pagi karena jarak rumah ke sekolahnya itu cukup jauh. Gadis itu memakai sepatunya, ia mengecheck handphone nya sebentar, sekaligus memberi dan menanyakan kabar untuk kakaknya di sana, lalu mematikan daya handphone nya. Kemudian langsung pergi menggunakan motor kesayangannya.
Sesampainya di sekolah, Jaeslyn memarkirkan motornya, melepaskan helm-nya lalu berjalan sembari menyapa guru, kakak kelas, maupun adik kelas yang ia temui. Setelah menaruh tas nya di dalam kelas, Jaeslyn segera menuju lapangan untuk mengikuti upacara.
“Buset, terik banget dah.” Oceh Salsha tiba-tiba sudah ada berbaris di samping Jaeslyn bersama Rara. “Panas nih kayaknya.”
“Iyalah, bodoh. Mana mungkin dingin.” Sewot Rara, Salsha hanya menatap sinis Rara.
“Btw, Jenny mana?” Jaeslyn melihat sekitar, mencari keberadaan sahabat gaib satu-nya itu, “Lambat lagi?”
Rara melirik Jaeslyn, “Udah tau nanya lagi lo.”
“Sensi bener, Rara Lee adik kesayangan satu-satunya Mark Lee.” Ujar Salsha, “Dapet kali dia.” Sambung Jaeslyn.
Upacara pun berlangsung seperti biasanya, untungnya kali ini pidato dari kepala sekolah tidak terlalu panjang dan belibet. Upacara selesai, seluruh murid bubar dari lapangan kemudian menuju kelas masing-masing.
“Hari senin yang mematikan, hari terkutuk.” Gumam Jaeslyn sembari mengeluarkan buku fisika nya.
“Woi, lo udah ngerjain pr gak?” Tanya Park Woojin, “Pinjemlah”
“Dih, kerjain ndiri lah bego. Makanya punya otak di pake, jan dijadiin pajangan doang.” Si juara kelas, Rara Lee.
Padahal dia sendiri baru kerjain juga.
Woojin hanya melirik sinis Rara, “Pelit banget nih bocah.” Tanpa basa-basi, Woojin langsung mengambil tugas Rara. “WOY PANKREAS SEMUT, BUKU GUE.” Rara mengejar Woojin.
Jaeslyn dan Salsha hanya menyimak pertengkaran Rara dan Woojin, memang mantan yang sangat akur.
“Mereka kenapa?” Tanya Jenny yang tiba-tiba di samping Jaeslyn, “Biasa, dikit lagi clbk keknya.” Jawab Jaeslyn.
Guru fisika sekaligus wali kelas 11 BA datang membawa bukunya, “Selamat pagi murid-murid.” Sapanya.
“Pagi buu.” Balik salam kelas 11 BA.
Dan pelajaran fisika pun di mulai.
KRIINGG
Seluruh murid bersorak, akhirnya jam istirahat berbunyi. Semuanya dengan cepat bergegas ke kantin untuk mengisi perut.
Tapi, tidak dengan Jaeslyn dan Jenny. Mereka berdua langsung pergi ke ruang rapat OSIS, untuk rapat. Yaiyalah, masa berdagang.
“Jadi? Siapa yang ingin mengikuti cerdas cermat antar sekolah?” Tanya ketua OSIS, Mark Lee.
Semuanya diam, tidak ada yang mengajukan diri untuk mengikuti lomba cerdas cermat. Jaeslyn juga tidak terlihat tertarik dengan ini.
“Kan Jaemin, Minju, sama Renjun yang biasanya ikut begituan.” Ujar Jenny, diangguki oleh semua orang. “Lagian ini tiba-tiba banget, mana lomba-nya tinggal seminggu.” Sambung Jeon Somi.
“Masalahnya, Minjun lagi sakit, dan Renjun ikut progam pertukaran pelajar.” Mark bedecak. “Dan seminggu juga udah cukup buat mempelajari itu semua.”
“Berlaku bagi otaknya encer kek air,” Sinis Lee Haechan. “Mending minta Jeno, dia juara 3 kan? Ama lo. Udah pas 3 orang.”
“Gue gak bisa, gue kan panitia di sana.” Jawab Mark.
“Bilang aja lo males juga, sama aja tai.” Gumam Lee Haechan.
“Terus Jeno nya mau apa kaga ikut ini?” Tanya Kim Seungmin, sang sekertaris.
Mark tersenyum sinis, “Itu mah gampang, yang jelas kita kurang satu orang lagi. Ada yang mau gak? Pokoknya harus ada yang mau.”
“nah, Jaeslyn aja!” Jenny melirik Jaeslyn dengan senyuman, “ Triple J! Jaemin, Jeno, dan Jaeslyn!”
“Napa jadi gue dah?!” Protes Jaeslyn, “Kalo di bandingin mereka berdua mah gue cuman renggingan. Jadi pajangan doang gue!”
Jaeslyn spontan melirik ke arah Na Jaemin yang sedang duduk santuy dan diam. Wakil ketua OSIS yang satu itu hanya diam mendengarkan ocehan ocehan anggota OSIS yang lainnya.
Masalah yang pertama, otak Jaeslyn pasti tidak bisa di ajak berkompromi untuk belajar cuman dalam waktu satu minggu dan masalah yang kedua gadis itu sama sekali tidak mengenal dan tidak dekat dengan oknum bernama Na Jaemin ataupun oknum bernama Lee Jeno.
Walau Jaemin dan Jaeslyn ada dalam satu organisasi yang sama dan sering bertemu, tapi Jaeslyn tidak pernah berbicara dengan Jaemin selama 2 tahun ini.
Apalagi dengan Jeno, ketemu saja Jaeslyn tidak pernah. Dia bahkan tidak tahu bentuk Jeno itu seperti apa.
Na Jaemin hanya tersenyum manis saja menatap Jaeslyn. Entah mengapa, perasaan Jaeslyn terasa tidak enak. Ia mendapatkan firasat buruk tentang hal ini, semoga otaknya baik-baik saja seminggu untuk kedepan.
“Boleh juga, nanti kalian berdua sama Jeno,” Mark menunjuk Jaemin dan Jaeslyn, “belajar mulai dari sekarang, waktu kita cuman seminggu.”
Next -
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE
FanfictionPadahal di luar sana sangat banyak gadis-gadis cantik yang ingin menjadi pacar mereka berdua, tapi keduanya malah saling menginginkan gadis yang sama. Bagaimana ini? Na Jaemin × Bae Jaeslyn × Lee Jeno T r i a n g l e L o v e S t o r y FrynkL...